7 : Urusan Anak Muda

13.1K 288 1
                                    

Minggu, Aysiven.

Revan's Pov

Bel rumah berbunyi. Aku segera meninggalkan laptop dan turun dari kamar menuju ruang tamu untuk membukakan pintu.

Saat aku membuka pintu--dan--yap tepat, ada Radit di sana seperti dugaanku. Eh tapi kok ada--

"Keina?"

Keina berdiri di balik Radit dan kini kepalanya muncul bersama senyuman lebar khasnya.

"Yaaa" jawabnya dengan lucu

Tadi pagi Radit berkata bahwa dirinya akan datang seorang diri. Apa-apaan ini? Sebenarnya ini bukan masalah, namun mataku terlanjur menatap Radit dengan penuh tanda tanya.

"Ini lupa masuk itungan, dia kan tukang ngekor" ucapnya sambil mengacak rambut Keina, dia segera mengerti maksudku rupanya.

Keina cemberut sambil menatap Radit "Ih biariiin"

Aku tertawa melihat mereka.

Kebetulan sih aku juga udah lama gak ketemu sama si aneh, Keina. Kangen juga. Terakhir ketemu pas tahun baru. Sekarang dia udah SMA, walau gak banyak yang berubah, aku mulai merasa dirinya mulai lebih dewasa sekarang. Walau tetap saja anak kecil, dan itu yang membuat dirinya istimewa.

Aku langsung mempersilahkan mereka berdua masuk ke dalam rumah.

Keina dan Radit ku suruh menunggu di sofa ruang tamu sementara aku mengambilkan mereka minuman dari kulkas. Kopi kotak untuk Radit sang sepuh, dan susu kotak untuk Keina yang anak kecil banget.

Aku susu juga, sih.

"Nih" aku menaruh kedua minuman itu di meja. Dan langsung duduk disamping Keina--berhadapan dengan Radit.

"Thanks, Van" kata Radit

Dan aku masih ingat tujuan utama Radit datang kesini, family gathering, ya. "Family gatheringnya masih 2 bulan lagi kan, dit?" tanyaku setelah itu menyedot susu kotak ku.

Radit sedang sibuk menusukkan sedotan ke lubangnya. Dan Gagal. Aku gregetan melihatnya.

"Ish sini gue tusukin" aku merampas kopinya dan menusukan sedotannya lalu mengembalikannya pada Radit.

Radit cengar cengir memalukan. Kenapa Calista mau sama orang begini ya Tuhan?

"Iya masih 2 bulan lagi, para bokap nyuruh anak-anak muda yang nentuin tempatnya. Nanti banyak juga anak-anak temen bokap kita yang ikut rundingin"

Aku mengangguk paham

"Dia ikut gak?" Aku memegang bahu Keina sambil terus bertatap muka dengan Radit.

Radit menggeleng sambil menahan tawa "Barusan gue bilang kan anak-anak muda, bukan anak-anak kecil, Van"

Refleks aku tertawa mendengar jawaban Radit itu, yang ternyata membawa akibat buruk untukku--pukulan keras mendarat di punggungku. "Adoooh" ringisku

Aku menoleh ke arah Keina dan kini dirinya sedang menatapku sengit dengan susu di tangan kanannya dan komik di tangan kirinya, yang membuatnya semakin terlihat seperti anak kecil.

Aku menyenderkan tubuhku di sofa, dan senyumku mengembang sambil menatap Keina "Kok ngambek?"

Keina membuang muka dan melanjutkan baca komiknya, okay... Dan fokusku kini kembali pada Radit yang sedari tadi tertawa melihat kami, Aku dan Keina.

Radit pun kembali ke topik "Yaudah kita omongin dulu aja dari sekarang"

"Perlu gue ambil laptop?" tawarku

KEINATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang