36 : Gue Mau Ngomong

8.3K 224 17
                                    

"Gue mau ngomong sama lo."

"Ngomong aja lah. Selama ini kayaknya tiap lo mau ngomong gak pake laporan kayak gini?" Jevo menjawab santai sambil membaca buku tebalnya yang belum juga selesai ia baca sejak kemarin.

Keina melihat jam tangan di tangan kirinya.

"Bel masuk masih 10 menit lagi, dan.. Gue mau ngajak lo ngomong, tapi gak di sini."

"Ha?"

"Ya!"

Keina berhasil membujuk Jevo dan membawa ia ke ujung lorong sekolah. Keina sudah memikirkan ini sejak semalam dan ia yakin bahwa hari ini adalah waktu yang tepat untuk ia menanyakan hal itu.

"Vo, lo bukannya gak tau kan gimana berubahnya Sonia saat ini?"

Jevo diam sebentar, seperti sedang menerawang apa maksud dari perkataan Keina.

"Y-ya. Gue liat itu. Gue rasa semua orang juga sadar akan perubahan sikap Sonia ini."

"Dan gue rasa lo juga tau alasan kenapa Sonia bisa begitu." Keina membalas dengan cepat hinggal membuat Jevo tercekat sesaat.

"Lo.. Nuduh gue, Keina?"

"Jawab aja, Vo. Gue gak perlu lo tanya-tanya begitu."

Rasanya jarang sekali Keina berbicara agak keras seperti ini kepada orang lain. Jevo pun belum pernah melihat sosok Keina yang seperti ini sejak awal ia mengenalnya.

Jevo memegang bahu Keina, berharap itu dapat meredam emosi yang mungkin sedang meluap-luap pada diri perempuan itu.

"Kei, gue beneran gak ngerti apa yang lo omongin."

Keina menghindar dengan cepat "Sonia yang bilang ke gue! Ya! Sonia bilang langsung ke gue kalo gue harus tanya ke lo Jevo untuk tau kenapa dia berubah! Hubungan gue sama Sonia mungkin emang lagi gak baik, Vo. Tapi rasanya sekarang gue tau harus percaya sama siapa."

Keina segera pergi meninggalkan Jevo. Setelah puluhan langkah menjauh Keina sempat berpikir bahwa tindakannya ini terlalu berlebihan. Namun Keina tak bisa bohong, itulah yang sedang dirasakannya, dan itulah akhirnya yang keluar dari dirinya.

Jevo berancang-ancang untuk mengejar Keina, namun lelaki itu mengurungkan niatnya.

"Gue tau, lo lagi gak butuh gue saat ini, Kei."

Keina masuk ke dalam kelas dengan terus memandangi sepatunya. Ia begitu tak berani memandang ke depan. Bukan pengecut, ia tak berani jika harus meneteskan air mata di hadapan semua orang. Keina tak ingin di cap sebagai perempuan pencari perhatian.

Orang lain tak perlu tahu masalah ini. Atau mereka akan mengira yang tidak-tidak dan membesar-besarkan yang ada. Batinnya.

Keina duduk di kursinya. Tepat di samping kursi Jevo. Ia tak akan pindah. Karena itu yang akan membuat orang bertanya-tanya.

Tak lama sejak Keina duduk, bel masuk pun berbunyi.

***

Jam istirahat.

"Buru-buru banget Ta," Gilang memandang heran pada Arta yang terlihat terburu-buru merapikan bukunya.

Arta menyengir "Iya nih, Keina ngajak ke perpus. Dia mau siap-siap untuk lomba bikin puisi lusa."

"Lusa? Hari minggu dong? Idih gue jadi Keina ogah banget membuang-buang energi di hari minggu."

"Ya itu sih emang karena gak pernah ada yang nawarin lo untuk kegiatan apapun." Arta terbahak lalu bangkit dari kursinya.

KEINATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang