23 : Maaf

8.5K 227 13
                                    

Author's Pov

"Mau ngomong apa?" tanya Revan setelah ia dan Keina sudah benar-benar keluar dari restoran itu.

Keina melepaskan rangkulan tangannya pada lengan Revan. Ia menarik napas dalam.

"Gimana ya bilangnya," Keina menggerak-gerakkan kaki karena kebingungannya.

Revan terus menunggu Keina untuk berbicara. Tiba-tiba handphone Keina berbunyi. Keina melirik handphone yang sedaritadi dipengangnya itu.

Tuh kan Kak Arta udah nelpon. batin Keina.

Keina berdeham. "Jadi gini Kak, ng.. Aku dijemput"

Revan belum merespon apa-apa, dia masih meneliti wajah Keina beberapa saat dengan ekspresi yang sulit digambarkan.

"Itu telfon, gak diangkat?" Revan menunjuk sekilas pada handphone Keina yang terus berbunyi.

Keina menggeleng ragu "Nanti aja, gampang,"

"Siapa yang jemput? Udah nyampe dia?"

Keina mengangguk pelan sambil menundukkan kepalanya. Ia merasa tidak enak dengan Revan, walau dia tau, dengan ini bahkan ia tak akan merepotkan Revan.

Revan tersenyum dan mengambil tangan Keina.

"Kamu gak mau jawab siapa yang jemput? Dimana dia sekarang?"

"Parkiran"

"Yaudah yuk kita kesana"

Masih dengan senyumnya Revan menggiring Keina menuju parkiran. Tak ada ekspresi kecewa atau marah darinya.

"K-kak" Keina menarik tangannya dari genggaman Revan saat mereka sudah akan memasuki area parkir. Revan memandanginya bingung, Keina menunduk canggung.

"A-ayo" ajak Keina untuk mengalihkannya dari suasana ini.

Keina membawa Revan ke tempat yang sudah Arta beri tahu melalui chat. Keina terus berpikir, apa yang terjadi kalau mereka berdua bertemu nanti. Apa yang akan ada di pikiran Arta dan Revan nanti?

"Kei!" Arta yang tadinya sedang menyandarkan tubuhnya di pintu mobil segera menegakkan posisinya. Keina melirik Revan sebentar dan langsung menghampiri Arta.

"Ini yang jemput kamu?" Revan menengok pada Keina dengan pandangan bertanya.

Keina mengangguk. Arta memerhatikan laki-laki di hadapannya. Ia merasa pernah melihat orang ini sebelumnya, tapi ia lupa kapan dan dimana.

Revan mengangguk sambil tersenyum. Ia menjulurkan tangannya pada Arta "Gue Revan, gakusah bingung, kita emang pernah ketemu kok"

Arta menerima juluran tangan itu dan ikut tersenyum simpul "Gue Arta, yap kita pernah ketemu"

Revan memandang keduanya bergantian dengan bingung "Lo berdua..." Revan menunjuknya bergantian "P--"

"Ah, iya, gue pacarnya Keina" Arta menambahkan sekaligus menjawab pertanyaan Revan yang terpotong.

Sebenarnya Arta juga belum ingat kapan mereka bertemu. Senyum dari wajah Revan hilang. Ia menoleh pada Keina. Menatapnya dengan sekilas menyipitkan mata.

"Keina bisa pacaran?" Kemudian tawa keluar dari mulutnya. Keina memutar bola matanya malas.

"Lo.. Kesini mau jemput Keina kah?" wajah Revan kembali serius.

"Ya"

"Tapi gakbisa"

"Loh kenapa?" terdengar sedikit kaget pada suara Arta.

KEINATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang