33 : Serba Salah

5.1K 218 6
                                    

Judul bab ini mainstream banget emang. Tapi sumpah, bab ini gak disponsori Raisa kok.

---------------

"Kak Revan?" Keina bergumam menebak siapa yang sedang dilihatnya. Dan ia yakin betul itu adalah Revan.

Namun untuk apa ia berada di rumah sakit ini?

Keina berbalik badan dengan segera. Sejak hari itu, walau hatinya menolak, Keina berusaha untuk menghindari Revan, atas rasa bersalahnya pada Arta.

"Hei,"

"Kak Arta?" Keina mendengakkan kepalanya dan mendapati bahwa dirinya tepat menabrak tubuh Arta.

"Aku liatin kamu barusan di sini diem aja, ngapain?"

Keina menggeleng lalu tersenyum "Nggak kok, kakak udah jenguk Kak Tiaranya?"

"Udah, dan ini tinggal waktu kita, mau kemana sekarang?" Arta menyelipkan anak rambut Keina ke belakang telinganya, menunduk menatap perempuan yang lebih pendek darinya itu.

Keina terdiam sebentar merasa kaku dengan posisi dirinya dan Arta saat ini.

"Mau minum, aku gak selera sama minuman di sini."

"Perlu langsung ke gunungnya, ngambil air?"

"Ih alay banget siiii" Keina menepuk bahu Arta sambil tertawa "malu-maluin banget, pergi yuk"

"Ayo ayo"

**

"Itu Keina? Kenapa dia malah pergi?"

***

Keina sedang merebahkan tubuh di tempat tidur sepulang pergi bersama Arta saat notifikasi berbunyi pada ponselnya.

Keina meraih ponselnya dan membuka notifikasi tersebut.

Revan : Aku liat kamu di RS Surya Medika.

Keina terdiam beberapa saat. Cukup kaget. Bagaimana bisa? Ia yakin betul tadi laki-laki itu tidak melihat ke arahnya tadi di kantin rumah sakit.

Keina : Kakak ngaco. Salah liat kali.

Tak lama setelah Keina membalas chat itu, panggilan masuk pada ponsel Keina. Ya, Revan.

Keina menarik napas dalam.

"Kak.. Maaf" gumamnya saat membaca nama Revan pada layar ponselnya.

Dengan lesu Keina menerima panggilan itu.

"Keina" terdengar suara Revan di ujung sana. Suara yang selalu membuat Keina merasa hangat, suara yang sangat dirindukannya, namun kali ini, suara itu terdengar kecewa.

"Ya"

"Tolong sebutin kesalahan aku ke kamu yang bikin kamu ngehindar dari aku begini."

"A-aku sama sekali gak ngehindar k-kak"

"Sebesar apa salah aku sampe kamu bisa bohong gini, Keina?"

Keina benci saat seperti ini. Saat otaknya menolak untuk menangis, namun air mata dengan jujurnya mengalir, tanpa dibuat-buat, hingga membuat hidung terasa perih saking tertahan.

"Keina? Jawab aku."

Keina menyentuh tombol merah pada layar ponselnya. Ya, ia memutus percakapan itu. Tak perlu ada yang tau tentang tangisnya ini selain dirinya.

"Kenapa setelah aku baru aja membuat hal yang membuat aku merasa bersalah, kini datang lagi kesalahan berikutnya?" Keina meringkuk di ujung tempat tidur. Membenamkan kepalanya di lipatan tangan.

KEINATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang