14 : I'm Yours [2]

10.2K 273 8
                                    

Keina's Pov

Sampai detik ini, setelah kejadian semalam, aku dan Kak Arta belum saling bertegur. Tadi aku melihatnya, dan kebetulan juga dia melihatku, tapi Kak Arta hanya melihatku seperti melihat anak-anak lainnya dan segera membuang pandangan.

Jujur aja aku jelas masih ragu sama perkataan Kak Arta semalam. Aku takut Kak Arta mengucapkan itu hanya karena terbawa suasana. Dan apakah perjanjian itu masih berlaku? Walau sampai sudah akan kembali ke Todetecoz Kak Arta belum menghampiriku untuk menanyakan hal itu kembali atau hanya sekadar menyapa.

"Ah gue mikirin apa sih" aku menggelengkan kepala.

Aku kembali fokus dan mempercepat tanganku untuk merapikan segala hal yang akan aku bawa pulang ke Todetecoz. Kali ini aku sendirian di tenda karena Neli dan yang lain-lainnya sudah beres dan sudah menaruh tas di bus yang akan kami gunakan nanti untuk kembali ke Todetecoz.

"Keinaa buruan dongg, Kak Arta udah nyuruh rapihin tenda tauk!"

Nah itu dia suara Neli dari luar tenda "Ya Neli sebentar lagi"

Tak lama dari aku mengucapkan 'sebentar lagi' pada Neli aku benar-benar keluar dari tenda. Gak bohong kan aku? Sampai di luar tenda aku langsung disambut dengan wajah bete anak-anak yang lama nungguin aku di dalam tenda. Aku hanya cengar cengir sambil membentuk 'peace' dengan dua jari.

Semua kelompok sudah merapikan tendanya. Tempat berkemah pun sudah rapi seperti tak ada yang menempati sebelumnya. Memang itu tugas kami, menjaga dan mencintai alam. Di bawah sinar matahari pagi yang menghangatkan, sekarang kami sedang dikumpulkan untuk mendapat instruksi mengenai bus. Padahal sebelumnya sudah dipesankan ke masing-masing ketua kelompok.

Anggota pecinta alam tidak terlalu banyak. Hanya sekitar 30 orangan yang cukup dengan satu bus pariwisata besar. Yang artinya sudah pasti aku satu bus dengan.. Kak Arta. Bahkan untuk menyebut namanya saja sekarang aku sangat canggung.

Setelah pengarahan selesai anggota pecinta alam pun berhamburan menuju bus. Aku dan Neli memilih untuk naik terakhir daripada harus berdesakan naiknya.

"Kei, lo belom cerita semalem lu ngapain aja sama Kak Arta"

Aku menoleh menatap Neli dengan wajah heran "Ngapain gimana? Nggak ngapain-ngapain sih"

"Aduh Keina jaman banget apa ngeboong kayak gitu. Lo semalem gak ngikutin seperempat acara malam api unggun bareng Kak Arta. Itu yang namanya bukan ngapa-ngapain?"

Aku menghela napas "Ya gitu doang kok. Nah lo sendiri tau kan?"

"Isshh" Neli gregetan "Maksudnya--"

Melihat keadaan yang mulai sepi karena anak-anak sudah pada menaiki bus aku segera memotong omongan Neli "Ne, mendingan kita naik sekarang deh"

Belom ada seperempat perjalanan. Samping aku ini udah nyenyak kemanatau di alam mimpinya. Segitu lo ngantuknya kah Nel, huh?

Daritadi tak hentinya aku bolak-balik melirik jam tangan untuk memperkirakan jam berapa bus ini akan memasuki kota Todetecoz, dan kapan aku harus menjawab pertanyaan Kak Arta semalam. Selama dua jam perjalanan ini aku telah memikirkan jawaban yang aku yakin akan jawaban itu. Tapi aku masih menunggu kesempatan dan celah-celah untuk aku bisa ngomong sama Kak Arta.

Lama memikirkan ini benar-benar menguras tenagaku dan fokusku mulai hilang, aku mengantuk. Aku berusaha untuk tetap terjaga.. namun sepertinya..

Aku tertidur.

Arta's Pov

"Arta lo jangan jago-jago kek helah"

Aku hanya dapat tertawa mendengar tanggapan teman-temanku yang padahal bagiku kali ini aku cukup payah.

KEINATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang