32 : Menunggu

5.4K 226 8
                                    

Author's Pov

Keina memutuskan keluar dari ruangan dengan nomor 214 itu. Ia duduk di kursi yang tersedia di koridor panjang depan ruangan. Menunggu.

***

"Ya Tante, Iya Siara udah di rumah sakit. Kamar nomor berapa?" Siara dan Revan berjalan cepat di lorong rumah sakit. Revan masih dengan wajah lelahnya sepulang dari family gathering.

"Van,"

"Ah, iya?" Revan mengangkat kepalanya yang sedaritadi menunduk menahan malas.

"Kamu nunggu di kantin rumah sakit aja ya, soalnya adikku..ng, gakbisa dijenguk orang banyak-banyak,"

Revan mengangguk singkat "Oke. Kalo ada apa-apa telepon aja ya ra"

Siara mengangguk dengan senyumnya, "Yaudah kalo gitu aku..langsung ke dalem gedungnya dulu ya,"

Revan mengacungkan jempol.

*

Revan masih berjalan tanpa tujuan di lorong-lorong rumah sakit.

"Ng...Ah..Yaelah, mau kemana coba gua?"

"Oiya ke kantin ya," Revan terdiam dengan wajah bodohnya. Ia baru teringat bahwa seharusnya dia ke kantin bukan jalan-jalan gak jelas dengan pikiran kosong seperti ini.

"Oiya kan gue gaktau kantin dimana" ia menepuk jidat.

Revan menengok kiri-kanan, depan dan belakang. Banyak memang orang yang berlalulalang. Revan memilah orang untuk ia bertanya.

Seorang suster muda berjalan ke arahnya dengan membawa beberapa map. Wajahnya menyenangkan.

"M-maaf," tangan Revan melambai rendah saat jarak ia dan suster itu terbilang hanya beberapa meter.

Suster itu berhenti. Memerhatikan Revan dengan sedikit gugup. Nampaknya suster baru. "Ya?"

"Saya mau ke kantin, ng-Dimana ya?"

"Kantin?" suster itu balik bertanya.

"I..ya," Revan menjawab dengan sedikit cengirannya.

"O-oh yaudah, kalo Adek--eh mas--eh adek,"

"Revan," Revan tersenyum. Nampaknya ia sudah membuat suster muda ini salah tingkah.

"Iya, Revan tinggal lurus aja nanti di sebelah kanan keliatan restoran cepat saji kok, nah dari situ juga lurus aja kalo mau ke kantin."

"Oh yaudah, makasih ya.." Revan menyipitkan mata, membaca nama pada name tag seragam suster itu "....Suster Karin."

Wajah suster itu seketika bersemu merah. Senyumnya tertahan dengan jawaban terburu-buru "Ya, sama-sama." kemudian ia pergi lagi-lagi dengan terburu-buru.

Revan menghela napas lalu berjalan santai menuju tempat yang suster itu tunjukkan.

***

"Ta.." Suara lemah itu memanggil nama Arta. Suara yang sangat amat dirindukan Arta.

Arta sumringah.

"Ra, ehm- lo..gakpapa?

Dengan penuh usaha, Tiara tersenyum.

"Maaf, gue tau pertanyaan gue basi banget. Gakusah dijawab gakpapa kok."

Ntah, hari ini Arta sangat payah mengendalikan diri. Mulai saat ia bertemu Keina tadi, dan saat bertemu Tiara kini.

"Gak kok, aku seneng kalo ada yang nanyain kabar aku. Aku bersyukur. Dan seperti yang kamu liat, aku udah lebih baik kan?"

Arta mengangguk, menyetujukan perkataan Tiara, "Lebih baik." ia tersenyum.

Jeda sekian detik mereka hanya saling tatap, lalu Arta membuang pandangannya ke arah lain.

"Apa kondisiku saat ini bikin juga bikin kamu lebih baik, Ta?"

Arta kembali menatap Tiara, namun dengan raut wajah bingung.

"Ta?"

"..S-sangat lebih ba--"

Suara tirai pembatas yang terbuka memotong ucapan Arta. Keduanya berpikir bahwa itu adanya Tante Tiara yang tadi izin untuk keluar. Namun nyatanya yang mereka lihat adalah seorang perempuan yang mirip dengan Tiara. Ya, mirip-dengan-Tiara.

***

"Mbak, hati-hati hpnya jatuh,"

Keina terbangun saat seorang suster mencolek bahunya. Ia tertidur di kursi tunggu di koridor lantai 2. Handphonenya nyaris saja terjatuh kalau saja suster ini tidak membangunkannya.

"Oiya, makasih ya sus."

Suster itu hanya mengangguk sambil tersenyum, lalu berlalu begitu saja.

"Mana sih Kak Arta, lama banget, udah setengah jam lebih." Keina melirik jam tangannya lalu mengetuk-ngetukan kaki ke lantai, tak sabaran.

Keina merasa haus. Dia ingin membeli minum, tapi.. Apa dia harus izin dulu ke Kak Arta? Apa kalau dia izin cuma akan menganggu?

"Ah, yaudahlah, beli minum sebentar doang kok."

***

Arta sempat hanya menjadi penonton pertemuan Tiara dengan kakak kembarnya yang baru ia tahu bahwa mereka sudah berpisah selama 10 tahun. Selama beberapa menit, mereka tak sama sekali dapat diganggu. Siapa pula yang tega mengganggu?

"Ya.. Kecelakan kedua orang tua kami membuat kami harus berpisah, karena, kalau kedua dari kami dirawat satu orang yang sama, itu pasti akan menyulitkan." Siara tersenyum miris menceritakan kisah keluarganya pada Arta.

"Kalo kembar, berarti.... lo juga kelas 3?"

"Hm.. Ya," Siara tersenyum.

"Kalo gitu gak masalahkan gue manggil tanpa ng, tanpa..embel embel 'kak'?"

Siara tertawa pelan. Manis sekali. Tiara pada akhirnya juga ikut tertawa.

"Masa aku dipanggil 'kakak' sama yang seumuran sih? Udahlah panggil aja Siara."

"Oke.."

Ucapan Arta kembali ditutup dengan suara tirai yang terbuka. Seorang suster datang memberitahu bahwa waktu besuk telah habis.

"Sus, tapi saya kakak kandungnya pasien, bisa saya tetap tinggal?"

"Ya, tapi untuk selain keluarga harap keluar agar mempermudah dokter memeriksa pasien."

Arta bangkit dari kursi sambil menghela napas. Ia tersenyum pada Tiara, Siara, dan Tantenya.

"Kalo gitu gue pergi dulu ya ra," Arta menoleh pada Tante Tiara, "Arta pamit Tante."

"Iya, hati-hati ya Arta.."

Arta mengangguk.

"Ta." panggilan singkat Tiara membuat Arta menoleh. Menoleh dengan air muka yang berkata 'apa?'.

Tiara tersenyum beberapa saat, lalu berkata "Makasih ya,"

***

Keina berjalan di lorong menuju kantin rumah sakit. Ya, Keina memutuskan untuk tidak izin terlebih dahulu, ia sudah sangat haus.

Saat memasuki kantin, awalnya Keina bersikap biasa bahkan sedikit lega karena akan segera menghilangkan hausnya. Tiba-tiba Keina berhenti memandang jauh sebuah meja di kantin itu.

=======================

Udah lumayan cepet kan updatenya? Heheeeehe. Gmn nih yaa kelanjutannya? Mau buru2 tamat aja atau gmn hahaha. Makasih yaa votenya, serah aja deh sm kalian yg cuma gak pake vote trs tiba2 comment gak enak di part yg udh jauh-,-

Oiya pengen tau nih Keina tuh gimana sih karakternya menurut kalian berdasarkan cerita yang udah kalian baca sejauh ini?

3 Oktober 2014. 9.51 PM

KEINATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang