18 : Traktir Menraktir

9.4K 259 4
                                    

Author's Pov

"Jangan ngambek, ok? Buat lo itu"

Keina masih hanya memandangi apa yang dipegangnya sekarang. Dia belum sanggup mengungapkan rasa bahagianya dengan suara ataupun ekspresi. Dia tak menyangka barang yang ia pikir baru ia dapat miliki tiga bulan kedepan sekarang sudah ada di tangannya.

Perlahan mata Keina kembali menatap pangerannya itu,

"Kak.."

Arta tersenyum sambil sedikit memiringkan kepalanya.

"..tau darimana kalo aku.."

"Emang penting ya gue tau darimana?"

Keina terdiam kemudian mengangguk cepat. "Iyalah. Gak mungkin kan kakak baca pikiran aku"

Arta tertawa sambil menyandarkan dirinya di kursi kemudian menarik kursi itu agar posisinya lebih nyaman. Keina menyedot kembali ocha miliknya sambil menunggu jawaban Arta.

"Mungkin aja" jawab Arta dengan sisa-sisa tawanya.

"Gak mungkiin! Ih kak yang bener dong" Keina menepuk-nepuk meja berulangkali akibat ketidakpuasannya atas jawaban Arta, alhasil, perhatian pengunjung restoran itu pun tertuju pada Keina.

Keina langsung terdiam dengan wajah datar.

"Kalo..." Arta bersuara

"..misalnya gue tau dari lo sendiri, gimana?"

Keina mengedipkan matanya beberapa kali "Dari.. a-aku?"

Kak Arta mengangguk kemudian menyedot jus miliknya.

"Aku gak pernah minta looh" Keina menekuk alisnya ke atas dan bibirnya membentuk huruf U terbalik.

Kak Arta mengangguk santai sambil tersenyum "Lo emang gak pernah minta"

"Ha?"

"Iya, tapi lo sendiri yang bilang, pas di kantin. Inget?"

Keina terdiam beberapa saat dengan tatapan kosong. Kemudian mulutnya membentuk 'ooooo' tanpa suara.

"Hehehehe" Keina menyengir lebar.

Arta hanya dapat tersenyum melihat pacarnya yang cukup aneh itu. Wajah Keina pun terlihat bersemu merah dan tingkahnya seketika gugup karena Arta terus memandanginya tanpa berkedip sambil tersenyum.

"K-kak.."

Arta mencondongkan tubuhnya ke Keina "Ya?"

"Tapi... aku kan gak boleh beli novel atau komik dulu. Nanti kalo.."

"Perlu gue yang ngomong ke mama lo, Keina?" Arta memotong ucapan Keina, yang membuat Keina terdiam, dan seketika pula tersenyum lebar.

"Kak Arta, makasih ya.." Keina menatap plastik berisi buku-buku itu "Padahal.. ini bukan ulang tahun aku, dan.. darimana juga kakak bisa tau aku mau buku-buku ini? Bukan mau sih, mau banget malahan"

Kak Arta tertawa pelan karena tingkah Keina.

"Yah maaf aku curhat kan"

"Gak gue maafin" Arta membuang pandangannya ke arah lain sambil menahan agar senyumnya tak mengembang.

"Kok.. yah. Emang kenapa? Jahat ih"

"Lagian curhatnya baru sekarang. Kenapa gak curhat dari kemarin-kemarin, coba kalo gue gak denger, lo masih cuma bisa ngarep-ngarep kan sama buku itu? Ayolah.."

"Ya kan aku udah minta maaf"

Arta menepuk-nepuk pipinya sementara wajahnya masih pada pandangan lain "Cium sini"

KEINATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang