3. tragedi

522 9 1
                                    

orang tua dari sang suami akhirnya tiba di rumah sakit. mereka terlihat bahagia mereka tersenyum kepada semua karyawan di rumah sakit yang memberi hormat kepada mereka. kemudian bertanya siapa dokter yang telah membantu cucu terlahir di dunia ini. dokter datang memberi hormat dan juga ucapan selamat atas kelahiran cucu mereka. dokter mendapatkan hadiah mobil sebagai ucapan terimakasih.

"nyonya tak perlu serepot ini karena sudah menjadi tugas ku untuk membantu pasien" tolak dokter sambil memberikan kembali kunci mobil.

"kau mau menolak hadiah ku ? aku tak pernah sebahagia ini jadi jangan membuat ku marah" kata nyonya daina sambil tersenyum.

"maaf, bukan begitu maksudku" akhirnya dokter menerima hadiah tersebut.

"mereka sangat cantik seperti anda nyonya" lanjut dokter

"tentu" katanya singkat meninggalkan dokter dan berjalan memasuki ruangan.

memasuki ruangan mereka masih nampak tersenyum sembari menanyakan kondisi menantunya. saat melihat cucunya yang mungil dan lucu mereka tertawa bahagia.

"sini biar ku gendong cucu nenek" kata nyonya daina

"tidak, kau duduklah beristirahat biar aku yang menggendonya" kata tuan agus merebut bayi mona

"kenapa ayah dan ibu berebut, disini masih ada sani cucu kalian juga jadi kalian bisa menggendongnya bersama-sama" lerai fariq yang datang membawa sani

bukan senang dengan perkataan fariq, tapi senyum mereka menghilang dan pucat seketika. mereka meletakan bayi mona ke pelukan sang ibu dan menyuruh fariq untuk melakukan hal yang sama lalu memintanya berbicara diluar.

"kau melahirkan anak kembar perempuan?" tanya tuan agus dengan tatapan tak percaya .

"fariq tidakkah kau memberitahu lebih awal jika dia akan memiliki anak kembar? kesal nyonya Daina.

"maaf, aku pikir itu akan menjadi kejutan jadi kami tidak memeriksanya (USG). Tapi bukankah itu sebuah jackpot karena memiliki bayi kembar?" kata Fariq

"Bodoh" amarah Tuan Agus sambil mengepal tangannya dan pergi .

"kenapa, ayah bersikap seperti itu? tanya Fariq yang heran melihat ayah nya.

belum sempat mendapat jawaban dari sang ibu teriakan sang istri membuatnya dan ibu segera masuk ke ruangan ia melihat bayi sani mulai mengeluarkan darah darah dari mulutnya. Fariq keluar mencari dokter untuk memeriksa keadaan putrinya. nyonya Daina hanya terdiam seperti orang yang kehilangan kesadaran dan mematung di pintu.

"Putriku, putriku, kenapa dia, putri ku........" tangis sela istri fariq sambil mendekap sani sedangkan mona masih tertidur di ranjangnya.

Dokter segera datang bersama suster juga Fariq memeriksa kondisi sani. dia menyuruh suster membawa bayi sani ke ruang Operasi segera mungkin suster membawa bayi sani untuk di pindahkan tapi sela sulit melepaskan sani yang ada dalam dekapannya. dokter mencoba menenangkan "semakin cepat kita melakukannya semakin cepat juga sani akan aman".

barulah sela mau melepas sani " kau akan baik-baik saja ibu akan selalu bersamamu" kata sela sambil terus menangis. ia mengikuti sani sampai ke ruang operasi sambil menggendong mona dengan kursi roda yang di dorong suami. ia ingin menunggu sani tapi suster melarang karena dia pasti lelah dan butuh istirahat.

"apa maksudmu, kau tidak lihat putriku di dalam sana" amarah sela keluar karena suster terus saja membujuknya untuk istirahat di kamarnya.

"tidakkah nyonya lihat bayi dalam dekapan anda juga butuh istirahat, jangan sampai dia juga sakit" saran suster.

Fariq dan sela akhirnya sadar mereka juga mempunyai mona bayi mungil yang membutuhkan istirahat. mereka berdebat untuk tetap di depan ruangan menunggu sani.

"kau butuh istirahat pergilah bersama mona" perintah sang suami.

"tidak, aku sudah berjanji untuk bersama sani" kata sela

"mona juga membutuhkanmu" bujuk Fariq.

"tidak, aku sudah menyusuinya setelah itu dia akan terlelap jadi kau bawa saja dia nanti" kata sela sambil mengangkat mona agar di bawa sang suami.

akhirnya fariq pergi membawa mona karena dia tahu sifat istrinya yang tak menyerah untuk tetap bersama sani. fariq juga kasihan pada putrinya Mona yang pasti tak nyaman di luar ruangan seperti ini.

nyonya diana melihat tuan agus yang masih ada di rumah sakit karena mendapat telpon dia meminta suaminya untuk menyelesaikan masalah bersama, namun tuan Agus terlalu kesal dia hanya berbalik dan berkata "akan ku selesaikan semua masalah ini, sebelum semuanya hancur".

"apa yang kau lakukan? tanya nyonya diana. dia mengingatkan jangan melakukan sesuatu ketika kau marah karena bisa saja itu hanya akan memperburuk keadaan dan semua belum jelas tentang rumor itu .

"apa kau anggap sebagai rumor itu juga ada di mimpiku akhir akhir ini? dan kau ragu? tanya tuan agus dengan kesal seligus gelisah.

"mungkin kau hanya terlalu memikirnya hingga itu ada di dalam mimpimu" nyonya diana mencoba menenangkan

tuan agus tak peduli dengan berjalan menuju mobilnya dan pergi.

Yang Tergantung: RealityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang