13. Belated

323 9 1
                                    

Berjam-jam sudah fariq di dalam pesawat dengan penuh ketegangan. Awan gelap yang membawa hujan ataupun badai yang selalu siap datang kapanpun. Raut wajah tak definisi yang ia perlihatkan, bukan karena takut kehilangan nyawanya namun Fariq lebih takut kehilangan waktunya. Dalam fikirannya hanya ada sella dan kedua putrinya. Akhirnya kini pesawat telah melakukan pendaratan dengan mulus dan selamat.

Sesampai di rumah semua mata menatap Fariq. Tapi Fariq tetap berjalan tanpa rasa peduli dengan semua yang terjadi. Suara tangis dari bayi menyita perhatiannya. Fariq menuju ke arah suara, tatapan matanya kini berpusat pada nyonya Diana yang sedang menggendong bayi monna.

"Putri ku, sayang. Ayah sudah pulang jadi berhentilah menangis." Fariq menenangkan mona dengan menggendongnya.

"Di mana ibumu sayang? Apa ibu sedang mengurus saudaramu? " tanya Fariq pada mona.

Isak tangis nyonya Diana tak terbendung lagi, ia terduduk di lantai.
Fariq melihat dan mengulurkan tangannya untuk menyeka air mata yang keluar.

"Jangan menangis bu, aku sudah pulang. Dimana sella dan sani, aku sangat merindukan mereka" Fariq membantu ibunya bangun. Nyonya Diana memeluk Fariq tak mampu berkata-kata.

Fariq mengedarkan pandangannya mencari sosok yang ia rindukan. Namun tak dapat ia temukan. Fariq mendudukan nyonya Diana di sofa dan Rasa bingung menyelimuti Fariq karena tangis ibunya yang tak biasa dan mulai menanyakan alasan dari tangis sang ibu.

"Dia telah pergi " lirih ibu dengan nada suara bergetar.

"Siapa bu? Tolong katakan dengan jelas." pinta Fariq.

" Mereka. .. See.... Sel..... Sella dan.. " Nyonya Diana terbata-bata.

"Sella kemana bu? Apa yang telah ayah lakukan? Aku akan mencarinya sekarang, aku tak akan mampu berpisah lagi dengannya " Fariq menekan ibu untuk menjawab.

"Ayahmu...... " belum sempat nyonya Diana melanjutkan perkataannya tuan Agus datang.

"Kau sudah pulang Fariq?" sapa tuan Agus.

"Apa yang telah ayah lakukan kepada Sella, dimana dia sekarang?" Fariq langsung bertanya.

"Bukankah kau harusnya pulang beberapa hari lagi?" Tanya Tuan Agus.

"Sebenarnya apa yang Ayah inginkan? Jangan pernah menyentuh Sella dan kedua putriku" Fariq mengancam.

"Tidak bisakah kau menjawab pertanyaan ayahmu ini, kenapa kau malah balik bertanya dan kau juga berani mengancam ayahmu ini" Tuan Agus mendesah.

"Aku hanya melakukan yang anggap ku penting dan pertanyaan ayah itu tidak penting. Dan yah! Kenapa ayah melakukan persidangan perceraian yang bukan pernikahan ayah!" kemarahan Fariq memuncak.

"Perusahaan kau anggap itu tak penting. Apa yang bisa kau lakukan sekarang! " tuan Agus berdecih.

"Aku tak peduli. Tapi aku sudah kembali sekarang dan aku tidak akan membiarkan Sella pergi sekarang". Kata Fariq.

"Lakukan saja . Kau telah terlambat" Tuan Agus berbalik pergi.

"Apa maksud ayah?" Fariq meminta penjelasan.

"Tak bisakah kau melihat di sekitar mu". Jawab Tuan Agus masih membelakangi Fariq.

"Aku tak peduli dengan mereka aku hanya mencari istri dan anak-anakku". Fariq bernada tinggi.

"Mereka berpakaian hitam dengan kepala tertenduk dan mata sendu" jelas tuan Agus.

Fariq melihat sekitar dan memerhatikan mereka yang terlihat sedang memandang lantai. Pakaian yang mereka kenakan, membuat Fariq bertanya-tanya siapa mereka kenapa mereka berkumpul di rumahnya.

"Apa yang terjadi sebenarnya? Di mana istriku? " Fariq sudah tak mampu menahan emosi.

"Dia sudah pergi kami baru memberikan penghormatan terakhir " jawab tuan Agus.

"Ayah tidak bisa melakukan ini ! Kenapa ayah menginginkan aku berpisah dengan sella! Tidak walau kami bercerai pun itu hanya selembar kertas yang tidak bisa memisahkan kami" kata Fariq.

"Perceraian? " tanya tuan Agus.

"Jangan berpura - pura ayah! Aku tau semuanya! Tapi aku datang menghentikannya! Aku tak ingin berpisah dengan sella! Tak akan pernah! " Tegas Fariq

"Mengapa kau tidak mengerti juga dia sudah pergi untuk selamanya!" kata tuan Agus.

Fariq berkata dia akan menemukannya, dia akan bersama Sella dan kedua putrinya kemudian hidup dengan bahagia. Kata kata Fariq membuat nyonya diana semakin tak kuat lagi hingga air mata mengalir dengan deras dan menyebut-nyebut nama sella dengan sedih.

"Tenang ibu aku akan membawanya kembali ke dalam hidupku" janji Fariq.

"Kenapa kau tidak mengerti dia telah pergi! Pergi untuk selamanya! Dia, sella telah mati! " Tuan Agus membentak Fariq.

"Tidak! Itu tidak mungkin!"Fariq terkejut dan tak percaya.

"Malam itu dia keluar dari rumah sakit saat tengah malam dan menaiki taksi bersama sani. Dan dalam perjalanan taksi yang dia tumpangi mengalami kecelakaan. Taksi itu terbakar. " Cerita tuan Agus.

"Tidak! Aku sudah pulang aku akan memperbaiki semuanya! Itu tidak mungkin terjadi! Tidak akan terjadi apapun pada mereka! " Fariq menggila karena tak percaya.

"Itu tidak mungkin! Sella! Aku akan mencari mu! " Fariq beranjak pergi".

"Mayatnya terbakar. Kau terlambat Fariq. Kau sudah sangat terlambat" kata tuan Agus.

"Hentikan! Kau tak bisa memisahkan aku dengannya! Dia masih hidup dan sedang menunggu ku! " Fariq berteriak tak terima.

"Bukan aku tapi maut yang memisahkan kalian" tuan Agus menyanggah.

"Bahkan maut pun takkan mampu memisahkan. Aku akan tetap mencari nya walaupun aku harus pergi ke surga untuk bersama nya" Fariq berjalan pergi .

Jangan lupa vote dan coment ya makasih  😊

Yang Tergantung: RealityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang