10. Pergi

340 10 0
                                    

Sella melepaskan tangan ibu. Dia menghampiri ayah yang lebih membuat ibu tercengang lagi ketika sella memohon sambil berlutut di depan ayah. 

"ayah aku mohon biarkan sani dan mona hidup.  Aku rela jika harus menggantikan nyawa mereka dengan nyawa ku. Mereka bahkan belum merasakan kehidupan ini. Mereka juga darah daging fariq anak ayah. Aku mohon ayah. Biarkan mereka hidup. " mohon sella tak henti mengalirkan air mata.

Tuan Agus pergi meninggalkan sella dan Ny. diana tanpa mengatakan apapun. Isak tangis sella tiada henti. Dengan penuh rasa simpati Nyonya Diana melihat sella. Tangannya mencoba menenangkan dengan menepuk pundak sella.  Namun tak berarti sella masih menangis tersedu-sedu. Tak tahan dengan penderitaan yang dialami menantunya ny. Diana menarik sella kedalam pelukannya. Sella meredam tangisnya dalam dekapan ibu mertua yang sudah dianggap ibu sendiri.

"Sayang,  tenanglah ibu akan mencoba bicara bicara dengan ayah nanti"  bujuk ny. Diana untuk menenangkan sella.

Sela diam sejenak dia melepaskan pelukan dengan mengusap air matanya. "Ibu saya baik - baik saja,  ibu tak perlu melakukan itu. Aku akan pergi bu. Tolong jaga moon ku bu"

"sayang,  ibu akan coba membujuk ayah,  agar kau tidak pergi... "

Belum selesai dengan kata-kata nya sella menggeleng " tidak ibu. Aku hanya akan pergi tapi aku akan tetap menjadi anak ibu kan?  Aku sangat mencintai kalian aku hanya ingin kalian bahagia" sella menyakinkan nyonya diana untuk tidak melakukan sesuatu yang bisa membuat hubungan nyonya diana dan tuan agus rusak.

Tetes air mata berlinang di pipi nyonya diana. Dia tak menyangka sella masih memerhatikan orang lain meski dirinya terluka "sayang, sampai kapan pun kau akan jadi putri ku.

"Terimakasih ibu,  aku menyangimu " kata sella. Dalam hatinya sella berharap hanya dia saja yang terluka.

"Putriku mungkin kau memerlukan ini, ibu tak bisa membantu apapun lagi jadi terimalah" nyonya Diana memberikan uang kepada sella.

"ibu jika ibu memaksaku aku akan merasa lebih terluka. Aku menjadi keluarga iskandar membuat ku sangat bahagia karena kasih sayang kalian" sella menolak

"Tapi, bagaimana kau nanti" Nyonya diana

"Ibu Aku tidak menerima tawarannya. Bukan karena aku yang terlalu sombong ataupun angkuh.  Juga bukan karena harga diri. Tapi aku menolak karena aku tidak tahu caranya membalas budi. Aku hanya ingin moon tidak merasakan ketidak hadiranku di sampingnya." jelas sella

"Moon akan baik-baik saja. Kau tak perlu khawatir" kata nyonya diana

Mereka berpelukan sebagai tanda perpisahan. Nyonya diana menasehati sella dan menyuruh dia menjaga sani dan dirinya. Sella pun pamit pergi dan meninggalkan rumah tuan iskandar.

Sella kembali ke rumah sakit dia pergi ke ruang dokter. Dia menanyakan kapan sani bisa pulang. Dokter mengatakan kondisi sella memang sudah mulai membaik, tapi dia masih membutuhkan perawatan. Sela bertanya apakah dia bisa pulang besok. Dokter memperbolehkan jika kondisi sani tidak memburuk lagi. Sani bisa melakukan chek-Up minggu depan.

Sella datang ke ruangan sani dia melihat sani masih tidur. Kepalanya terasa sakit sampai hampir ambruk. Suster yang melihat langsung menolong dan menyuruh duduk.

"Tidak, aku baik-baik saja" sella menyakinkan.

"Biarkan aku memeriksa anda" kata suster sembari mengecek tekanan darah.

"Sebaiknya tenangkan pikiran anda karena itu akan mempengaruhi kesehatan anda.  Sella tersenyum dan berterimakasih.

Suster berlalu sella berbaring di samping sani. Sela menggapai tangan mungil sani dan mulai menutup matanya. Bunyi ponsel membangunkan sella. Sella mengangkatnya dengan suara lemah.

"hallo, siapa ini? " sapa sella

"hai, sella. Ini aku maria.  Kau tau besok aku sudah tiba di indonesia. Aku sangat rindu padamu.  Kamu dimana? " kata maria antusias

"Humm" sella bingung menjawab.

"hai sella aku tanya kau ada dimana?" tanya maria cemas. Dia merasa aneh dengan sikap sella.

"Di rumah sakit " jawab sella dengan gugup.

"what? Why? Where? Hospital? Are you okey? Sudah berapa kau dirawat?  Kenapa kau tak menelepon ku? Jawab aku! " rentetan pertanyaan terlontar tiada henti.

"I'm okay." sella meyakinkan

"rumah sakit mana?" tanya maria

Sella sulit mengatakannya kepada maria. Tapi maria mengancam hingga dengan terpaksa dia mengatakan nama rumah sakit tempat ia di rawat.  Lalu dengan Berbagai alasan sella berusaha mengakhiri pembicaraan dengan maria.  Sella pusing jika harus mendengar ocehan maria yang tak ada akhir.

Sella kembali berbaring melepaskan rasa lelah dengan  mencium dan menggenggam tangan mungil sani.

Jangan lupa vote and coment
Thank you😘

Yang Tergantung: RealityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang