4. keputusan

462 9 0
                                    

"aku harus melakukan sesuatu, aku harus melakukan sesuatu, aku harus melakukan sesuatu,aku harus melakukan sesuatu" gumam tuan agus berulang-ulang yang terdengar oleh supir. supir tersebut bingung karena biasa jika seseorang mendapatkan cucu baru maka dia akan senang tapi kenapa reaksi tuannya malah seperti orang bingung karena hutang? kemudian ia berani bertanya kepada tuannya" pak presedir, kenapa anda terlihat bingung apa ada yang bisa saya bantu pak? tapi tuan agus tak memperdulikannya dia terlalu fokus dalam masalahnya.

"kembali ke kantor, joko" suruhnya dengan memegang kepala.

"baik tuan" jawab supir

sesampai di kantor dia menuju ruang kerja dengan tergesa-gesa. dia mencari buku pribadi keluarganya, setelah beberapa saat baru dia ingat telah menyuruh seseorang untuk menyimpannya. dia menelpon sekertarisnya untuk membawa buku yang dulu suruh di simpan dengan segera. dia membuka dan membaca bukunya dengan teliti.

"aku harus bagaimana sekarang? aku tidak mungkin membiarkan semua ini hancur" bingung tuan iskandar menyuruh pengacara datang ke kantornya segera. dia menyuruh pengacara melakukan segala nya hanya dengan tiga hari. dia menyuruh pengacara melakukan apapun untuk menyelesaikan tugas ini dan akan membayar dengan mahal.

*rumah sakit*

datang pengacara menemui sela yang sedang duduk sendiri di kursi rodanya.

"nona sela, tolong tanda tangani surat ini, karena ini akan menyelesaikan masalah" disodorkannya surat ke sela.

"apa ini? siapa yang menyuruhmu? kejut sela setelah tahu yang di pegangnya surat cerai.

"ini akan menyelesaikan masalah sebelum timbul. dan masalah hak asuh anak kau akan memiliki salah satunya. " kata pengacara dengan percaya diri.

"aku bertanya siapa yang menyuruhmu? apa kau sudah gila? aku adalah sella iskandar, sella iskandar, kau tau kan? tanya sela geram.

"tentu saya tahu, maka dari itu saya kemari untuk meminta tanda tangan dari anda" jawab pengacara

" kau gila, benar benar gila, aku adalah menantu keluarga iskandar yang baru saja melahirkan, dan kau menyuruhku untuk mendatangani surat gila ini? kata sela sambil melempar surat cerai.

" itulah alasannya karena kau telah melahirkan jadi kau bisa di ceraikan secara hukum. ini adalah perintah langsung dari presedir jadi kau harus mematuhinya" pengacara mengambil kembali kertas tersebut lalu menyodorkan ke sella dan pergi.

sella yang terkejut "ayah" "bagaimana bisa?" kenapa?" "apa salahku?" beribu pertanyaan yang ada di dalam hatinya yang kini ia hanya bisa tangisi.

akhirnya dokter keluar dan berkata " sani sudah baik-baik saja tapi kami akan melakukan beberapa pemeriksaan dan dokter pun pergi". sella masuk dengan derai air mata di pipinya rasa di hatinya yang bercampur aduk. belaian kasih sayang kepada putri kecilnya, ia ingin memeluk dan menciumnya tapi tak bisa karena terlalu banyak alat yang terpasang pada putrinya itu. dia menelpon suaminya untuk datang ke tempatnya. tapi suaminya tidak bisa di hubungi dan akhirnya memilih menelpon sang ayah untuk meminta penjelasan dari semua ini.

"halo, ayah" sapa sela setelah telfonnya di jawab

" besok di kafe reisa jam 10 " jawab singkat tuan agus yang langsung mematikan telponnya.

berkali-kali ia mencoba menghubungi ayahnya namun tak bisa. ia menyerah kemudian ia kembali ke sani ia berkata" matahari kecilku sangat cantik bagaimana aku bisa meniggalkanmu? kenapa ini terjadi? kebahagian singkat kini akankah menjadi derita seperti ini? kini air mata telah mengalir deras tiada henti. tak lama nyonya diana datang untuk melihat sani.

"ibu, apa yang sebenarnya terjadi? tanya sella begitu melihat mertuanya datang.

"cucuku yang manis, cepat sembuhlah" kata ny. diana tanpa memperdulikan sella.

"ibu, ku mohon katakan sesuatu padaku, apa salahku? mohon sella pada ibu.

"sani akan baik-baik saja, jadi tenanglah" kata ny.diana yang bingung kenapa dia bersikap seperti itu karena diana juga belum tahu tentang perceraian tersebut.

sella sadar bahwa ibu mertuanya tidak tau tentang apa yang di lakukan ayah mertuanya dan kemudian dia bertanya kemana suaminya pada ibu mertuanya.

"fariq sedang pergi untuk bertemu ayahnya dan ia memintaku untuk menjagamu" jawab ibu.

"mona?"tanya sella

"dia sedang tidur aku menyuruh cin untuk menjaganya, kau tak perlu khawatir seperti ini, istirahatlah dulu di kamar bersama mona biar aku yang akan menjaga sani " suruh ibu

sella akhirnya pergi meninggalkan kamar sani dan pergi menuju kamar mona sebelum itu ia menuju ke dokter dan bertanya apakah bisa sani dan mona satu kamar dengannya? namun dokter tidak memperbolehkan mona untuk mendekati sani untuk sementara karena bisa-bisa mona juga akan ikutan sakit. sella pun pergi dengan kecewa dia berjalan gontai duduk tepat di depan kamar mona . dia melihat ponselnya mencoba menghubungi suaminya namun masih tidak ada jawaban.

Yang Tergantung: RealityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang