18.Plans

176 1 1
                                    

Maria menunggu di ruang pribadi ayahnya. Karena bosan dia menyalakan tv. Tapi semakin membuat moodnya buruk karena semua tak berhenti menayangkan berita tentangnya. Yang lebih membuat Maria marah ketika berita itu mulai mengada-ada, mengatakan kekasih gelap dan ucapan hina lainnya.

"cukup! Hentikan sampai di sini! " teriaknya sambil melempar remot tv.

Tuan Agus datang dan menangkap remot yang melayang ke arah nya.

"Apa salah remot ini" kata tuan Agus sambil menunjukan remot.

Maria yang terkejut langsung berdiri seketika.

"Apa anda mendengarnya? " tanya Maria salah tingkah dibuatnya.

"katakan padaku seberapa banyak kau mengenal dirinya?" tanya tuan Agus sambil menunjuk wajah Fariq.

"emh, aku hanya pernah bertemu dengannya beberapa kali" jawab Maria.

"ceritakan padaku bagaimana dia ?" tuan Agus duduk sambil menyuruh Maria kembali duduk.

"patung itu, maksud saya Fariq dia itu kan putra tuan" jawab Maria dengan tidak

" Aku ingin mendengar pendapat orang lain tentang dia" tuan memandang Maria.

"Owgh, sejak pertama aku bertemu dengan nya itu hari yang menyebalkan, hujan petir datang saat itu. Aku sangat marah ketika aku bertemu dengannya lagi karena dia menghilangkan ponsel ku. Dia bahkan tidak mau di salahkan apalagi bertanggung jawab. Hah! Aku membenci nya tapi saat aku pertama menatapnya dia memiliki mata yang indah dan juga tubuh yang hangat." Maria bercerita panjang lebar.

Tuan Agus memperhatikan bagaimana Maria bercerita. Dia hanya tersenyum penuh arti.

"emh, rencana akan di mulai" gumam tuan Agus.

"yah? " Kata Maria yang mendengar nya.

"Dimana ayahmu?" tanya tuan Agus.

"Dia sedang rapat. Sebaiknya anda jangan kesana nanti anda akan di usir sama seperti saya." keluh Maria.

"Itu rapat penting jadi kamu tidak bisa kesana" kata tuan Agus.

"Tapi aku kan anaknya lagi pula kenapa ayah menyuruh saya datang kalau di usir" Maria tak henti mengeluh.

"pantas saja lidah ayah tergigit saat makan tadi rupanya ada orang yang sedang membicarakan ayah" kata tuan zeif .

Tuan zeif baru datang melihat Maria sedang bersama tuan Agus dan tak sengaja mendengar pembicaraan mereka.

Maria yang kesal memalingkan wajahnya. Tuan zeif menyapa tuan Agus dan menjabat tangannya.

"sudah lama anda di sini tuan Agus?" tanya zeif.

"ayah tidak menanyakan aku? Aku hampir jamuran menunggu di sini" Maria menyela.

"Kau pergi ke ruang kerja mu yang baru dengan sekretaris dulu nanti ayah akan menemui mu" kata tuan zeif.

"Ayah lagi - lagi menyuruh ku pergi" Maria dengan nada kesal.

"Maria kamu akan bersama sekretaris dia akan menjelaskan tugas dan menunjukkan ruang kerja untuk kamu" kata tuan zeif.

Sekretaris masuk dan memberi hormat pada tuan zeif dan Agus. Dia juga mempersilakan Maria agar bisa ikut bersamanya. Dengan kesal Maria pergi bersama sekretaris.

"apa yang membuat anda datang kesini tuan iskandar?" tanya zeif.

"sebaiknya kita mulai membiasakan diri untuk memanggil nama daripada marga. Panggil saja saya Agus mulai sekarang" kata tuan Agus sambil tersenyum.

"saya akan mencobanya. Saya dengar tentang masalah yang ada di keluarga anda, anda pasti sangat terganggu dengan para wartawan" kata tuan zeif.

" Tentu, tapi semua akan berakhir sekarang jika bisa menikahkan anak kita". Usul tuan Agus.

"apa? " tanya tuan zeif yang masih terkejut.

"iya, minggu depan jadwal ku kosong kita bisa melaksanakan pernikahan minggu depan. Untuk tempat dan yang lain biar aku yang mengurusnya. " ujar tuan Agus .

"Tapi bagaimana dengan tuan muda apa dia mau melakukan pernikahan ini? " tuan zeif ragu.

"semua yang aku inginkan pasti akan terjadi" tuan Agus tersenyum dan pamit pergi.

Tuan Zeif hanya terdiam di kursinya dengan tatapan kosong.

Yang Tergantung: RealityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang