7.Waktu

352 6 0
                                    

Mata sela kini tertuju pada sebuah toko perhiasan. Tempat ia dan fariq memesan dua pasang kalung untuk dirinya dan sang suami. ia melangkah memasuki toko tersebut dengan langkah berat.

"selamat siang nona" sapa penjaga toko tersebut.

sella hanya tersenyum sebagai jawaban.

"nona mau perhiasan apa? kalung?cincin?gelang? liontin? petugas menawarkan barang sembari memperlihatkan koleksi di tokonya.

"aku mau mengambil pesanan dua bulan yang lalu" kata sella mencoba menghentikan petugas toko yang masih menawarkan barang.

"iya, tentu. atas nama siapa? tanya sang pelayan.

"sella iskandar" jawab sella singkat dan memberikan kartu pesanannya.

"sebentar nona" pelayan kemudian mengeceknya.

"pesanan sepasang kalung dan liontin atas nama sella dan fariq iskandar" kata pelayan membaca layar komputernya.

"iya, benar. apa bisa saya ambil sekarang? " tanya sella .

"tentu, nona. pesanan anda telah selesai, saya akan mengambilnya." jawab pelayan ramah

"silahkan nona. mohon cek terlebih dahulu." pelayan menyerahkan barang pesanannya.

sella memeriksa barang pesananya kemudian mengucapkan terimasih. dia pulang dengan sedikit senyum di wajah nya. setidaknya ia masih ada yang membuat hatinya bahagia. ia kembali ke rumah sakit.

****

fariq memegangi kepalanya yang terasa pusing dan membuka matanya. ia bingung dengan pemandangan yang ada di lihat matanya. ia membuka-tutup matanya sembari menggelengkan kepala untuk menyadarkan dirinya. tapi tetap saja pemandangannya tak berubah hingga membuatnya terkejut.

"dimana ini?" suara fariq lantang terdengar

para pelayanan kemudian berdatangan menuju arah fariq.

"tuan, anda sudah bangun? tanya salah satu pelayan

"silahkan, minum dulu tuan airnya" pelayan memberikan air kepada fariq

dengan kesal fariq membanting gelas hingga hancur. fariq mengulangi pertanyaannya dengan penekanan kali ini. semua pelayanan takut dan mundur seketika membuat suasana menjadi menakutkan.

"kita sedang dalam perjalanan menuju ke korea tuan" jawab sekretaris yang kemudian maju menghadap fariq. ia mengkode dengan tangannya agar pelayan mebersihkan pecahan gelas dan membawa air minum lagi.

"apa? bagaimana bisa? aku seharusnya pergi ke rumah sakit sekarang" kata fariq yang masih memegangi kepalanya.

"akan aku jelaskan tapi sebaiknya tuan minum agar bisa merasa lebih baik" sekretaris menyodorkan air minum.

"aku baik-baik saja. cepat katakan apa yang terjadi" tolak fariq yang menuntut jawaban segera

"kemarin tuan mabuk dan mengacau di sana. kami datang dan membawa anda pergi untuk menjalankan kesepakatan bisnis di korea." jelas sekretaris.

"Kau pikir aku punya waktu untuk itu?! Kesal fariq membanting gelasnya lagi. Namun dengan sigap sekretaris menangkap gelas tersebut. Meskipun airnya tetap tumpah. Sekretaris menuang air kembali ke gelas yang sama.

"Tuan harus meminumnya, agar bisa lebih tenang dan bisa melakukan sesuatu dengan benar" sekretaris kemudian kembali menyodorkan gelas tersebut.

"Apa maksudmu aku tidak bisa melakukan sesuatu? "kesal fariq yang masih enggan menerima minuman.

"sifat tuan yang seperti ini yang membuat semua menjadi kacau. Tuan selalu keras kepala dan emosional " jelas sekretaris yg masih memegang gelas.

Fariq marah dan meminta penjelasan atas yang sekretarisnya katakan. Sekretaris mengatakan akan menjelaskan jika fariq mau patuh.
Fariq enggan menerima begitu saja dia merasa bahwa dia tidak perlu patuh kepada siapapun. Sekretaris bertanya walaupun itu untuk orang yang di cintai??

"Katakan sekarang " kata fariq sambil mengambil minum yang di berikan sekretaris sebagai tanda setuju.

Sekretaris menyuruh semua pelayanan untuk meninggalkan mereka berdua.

"Saya adalah sekretaris malik, Malik ibrahim. Saya sudah bekerja dengan tuan sangat lama sehingga saya mengenalnya sangat dekat" kata sekretaris yang di potong oleh fariq yang menginginkan penjelasan singkat karena dia merasa itu hanya membuang-buang waktu. Sekretaris menjelaskan semua harus mendetail dan lagi pula fariq mempunyai waktu beberapa jam untuk sampai di tempat tujuan. Saat ini fariq memang sedang dalam pesawat pribadinya.

Sekretaris kembali melanjutkan kata-katanya. Aku sangat mengenal tuan Agus dia tidak mungkin melakukan sesuatu tanpa ada alasan. Tapi dia telah mencari alasan agus melakukan semua itu namun tidak ia temukan. Ia mengatakan bahwa telah menganggap sella sebagai anaknya sendiri. Karena itu ia tidak ingin sella menderita.

"lalu? " tanya fariq

"Aku telah menemukan cara agar kau bisa kembali tapat waktu sebelum semuanya terlambat." kata sekretaris malik

"apa maksudmu terlambat? Tanya fariq heran

"Sidang perceraian akan berlangsung hari kamis nanti. Fariq terkejut bukan main mendengarkannya ia berkata "itu tidak mungkin terjadi aku bahkan belum mendatangani dokumen tersebut bagaimana bisa?".

"Itulah yang membuat ku mengatakan kau penyebab kekacauan ini. Kau bahkan tidak mengecek dokumen saat kau mendatanganinya" kata sekretaris dengan nada kesal.

Fariq kembali terkejut dan menyesali yang telah ia lakukan. Dalam hatinya ia tak menyangka ayahnya akan melakukan hal sampai sejauh ini. Fariq mengepal tangannya menunjukkan rasa amarahnya.

Yang Tergantung: RealityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang