Paper 2

3.8K 343 67
                                    



+Tinggalkan komentar!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

+Tinggalkan komentar!!

--------------------------------------------



Hitungan waktu persis seperti cerita lama di masa yang lalu.  Tidak ada yang berubah selain jaman yang semakin canggih.  Jhin Ae merogoh ponsel dalam tas tangannya. Menekan sesaat, kemudian menghembuskan nafas jenuh; sembari menunggu.

Penerbangan yang tertunda beberapa jam membuatnya muak dan tak bersemangat. Ada banyak hal yang menantinya.  Dan duduk menunggu adalah hal yang paling membosankan,— dari segala hal yang membosankan. Belum lagi tingkah santai Siwon yang sejak tadi asik dengan kegiatan bermain laptopnya. Semua sungguh memancing  emosinya.

Untuk beberapa saat, ada nada yang menyambung di ujung sana. Hingga pada sambungan ke lima, Jhin Ae menghela nafas ketika pendengarannya menangkap suara renta nan datar menjawab panggilan.

"Kenapa kalian melakukan ini padanya?"

Jhin Ae menahan diri. Mengepalkan jemari sekuat yang ia bisa, manakala di ujung sambungan nenek tua itu terdengar mendesis marah.

Pembicaraan ini memang tak sepantasnya dibahas melalu saluran telpon. Tapi ini lebih baik dibanding menunggu hingga bisa tiba di Negara Sakura. Belum tentu juga ia bisa menemui para orang tua sibuk itu.

"Kami tidak perlu bicara terlalu jauh. Kau seharusnya sudah mengerti."

"Berhenti membencinya halmeoni!! Dia cucu mu."

"Cucu?? Jangan bermimpi!! Cucuku sudah mati!!"

Mati?

Sial!!

"Halmeoni kau keter,—"

Terputus.

Jhin Ae mengumpat ketika sambungan telponnya diputus secara sepihak. Yeonju begitu keras akan pendiriannnya. Bibir wanita tuanituntodak ada bedanya dengan cabai,— sama-sama pedas dan menyakitkan.

"Wanita tua itu!! Menyebalkan!!"

"Tenanglah Soeun akan baik-baik saja."

Siwon yang sejak tadi memilih diam, bergerak, lalu menarik pergelangan Jhin Ae; setelah sebelumnya menggeser laptopnya menjauh. Mengusap surai hitam wanita yang telah menemaninya beberapa tahun belakangan, Siwon memejamkan matanya,— demi meminimalisir perasaan kecewa yang hinggap.

"Ini tidak adil wonah. Ini tidak adil "

Benar.

Ini tidak adil.

Bukan hanya Jhin Ae yang cemas memikirkan nasib Soeun. Ia juga cemas dan gusar. Meski wanita kecil nan manja itu hanya berstatus sebagai adik iparnya, namun Siwon begitu menyayanginya. Sifat Soeun yang luar biasa manja menghadirkan kebahagiaan tersendiri dihatinya.

Conqeror Chocolate (Completed) √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang