Paper 9

2.5K 287 77
                                    


Selamat sore, selamat bersenang-senang. Ayo jangan malas Vote dan komentar. Dan buat kalian yang kepengen baca Broken Memory dan Moiase, kalian bisa langsung ke Novelme ya. Ceritanya aku publish di sana. Dan buat kalian yang belum download, ayo buruan download. Soalnya aku bakal update banyak cerita di sana.



-----------------------------------------------



"Apa yang sedang kau lakukan sayang?" tanya Sahee, sembari mendekati Sang Wo di kursi kerjanya.

Siang ini terasa lebih sepi karena Soeun sudah mulai bekerja. Tidak ada banyak hal yang bisa Sahee lakukan, dan ia mulai merasa bosan. Jadi mendatangi Sang Wo menjadi pilihannya. Suaminya itu memiliki kemiripan yang sama dengan Kimbum, yang akan tetap bekerja meski berada di dalam rumah.

"Lihat apa yang ku dapatkan." jawab pria itu bangga. Sang Wo menggerak-gerakkan benda yang berada dihimpitan jari telunjuk dan jari tengahnya kepada Sahee. Membuat wanita tua itu berlonjak kegirangan.

"Astaga, kau berhasil? Ya Tuhan ini kabar gembira." jerit Sahee riang.

Sahee berlari semakin mendekat, kemudian meraih kertas kecil itu bak bocah yang baru menerima sepuluh bungkusan permen.

Sang Wo tersenyum. "Apa kau bahagia?" tanyanya.

Sahee berdecak, "Tentu saja." jerit wanita itu lagi.

Sang Wo akhirnya beranjak dan segera memeluk wanita cantik itu.

"Akhirnya, aku bisa membuat istriku bahagia. " ucap Sang Wo lembut.

Menghantarkan perasaan bahagia yang membuat Sahee kembali tersenyum. Sahee membalas pelukan Sang Wo tidak kalah erat. Lalu menelusupkan wajahnya di perpotongan leher Sang Wo.

Sungguh ia sangat bahagia. Sahee berharap ini awal baik. Air mata yang mengalir menjadi saksi setiap usaha yang mereka lakukan untuk mencari kehangatan yang menghilang.

Dan Sahee bersyukur Sang Wo selalu berusaha mengabulkan segala keinginannya selama tiga puluh lima tahun pernikahan mereka. Sang Wo tidak pernah berubah. Pria itu selalu hangat dan penuh dengan cinta kasih.


®®®®



Kimbum menempelkan punggungnya pada sandaran kursi, sembari menatap datar pria yang duduk dihadapannya itu. Menimang-nimang dan menilai apakah ia harus mewujudkan permintaan pria itu, atau menendangnya keluar dari perusahaan ini.

Suasana riuh di luar sana jelas tidak mengusik berkat peredam suara yang telah tersebar di setiap sudut. Sesekali Kimbum mengetuk-ketuk pulpennya di atas meja. Menciptakan suara yang teratur seperti ketukan stik drum.

"Jadi kau sedang mencari pekerjaan?" tanyanya, setelah hampir lima menit menutup mulutnya.

Kimbum melipat kedua tangannya di atas perut, ketika pria itu mengangguk bersemangat.

"Tolong bantu aku." cicit pria itu memelas.

Kimbum mendengus, lalu melemparkan sorot mata tajam sebagai awal peringatan, yang dibalas tamunya itu dengan terkikik geli. Alunan manja pria itu sungguh mengingatkannya pada sosok si gadis mungil. Bertambah satu lagi bayi besarnya.

Conqeror Chocolate (Completed) √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang