Paper 5

2.2K 266 90
                                    

Semua bab sudah di revisi ya. Jadi jangan malas ninggalin komentar.
Untuk Story Baby Kim menyusul ya.

Selamat menikmati.


-----------------------------------------------


Kediman mewah keluarga Kim terlihat lengang. Waktu makan siang nampaknya membuat para pelayan sibuk menikmati waktu istirahat mereka; menyisakan sang majikan yang justru asik menikmati waktu hanya berdua, sembari menonton acara favorite mereka.

"Sayang, apa kita harus memberitahukan yang sebenarnya kepada Kimbum?" tanya Sahee.

"Mengenai apa?" jawab Sang Wo

"Mengenai keadaan Soeun? Atau kita biarkan saja ia tetap seperti itu?"

Sahee mempersempit celah yang memisahkan tubuhnya dan sang suami. Membuat Sang Wo mau tidak mau tersenyum geli melihat tingkah istrinya itu, dan ikut menggeser tubuhnya; lalu memeluk Sahee.

"Untuk saat ini ku rasa itu bukan pilihan yang tepat."

Benar. Ada banyak hal yang jauh lebih penting untuk mereka pikirkan. Mengenai Soeun, Sang Wo rasa ia perlu menyiapkan ratusan amunisi jika berniat mengungkapkan segala sesuatu yang telah ia tutupi selama ini. Dan Sahee begitu memahami itu. Wanita tua itu tertunduk lemah.

"Tapi, gadis brengsek itu bisa saja kembali dan merebutnya dari kita." bisik Sahee.

Bayangan kelam dimana seseorang datang dan menghancurkan keluarganya membuat Sahee kembali terluka.

Semua masih teramat jelas dalam ingatannya, dan Sahee tidak ingin semua itu kembali terjadi.

Sang Wo mencoba untuk mengerti. Ia mengangguk lembut.

"Aku tahu sayang. Percayalah padaku, itu tidak akan pernah terjadi. Aku bersumpah, Soeun akan merebut semua hati putra kita."

Sang Wo mengusap kepala lembut kepala Sahee. Berharap cintanya dapat menenangkan hati lembut yang kini tengah kembali merasa pilu itu. Sahee begitu menderita. Dan Sang Wo bisa merasakan itu.

Karena bukan hanya Sahee, ia bahkan jauh lebih muak dan benci pada gadis dimasa lalu putranya itu. Pembawa kehancuran dan kepiluan yang begitu tega memporak-porandakan keluarganya. Membuatputri sulungnya memilih pergi mengikuti sang suami; meninggalkannya dan tidak pernah ingin kembali, karena rasa traumanya.

Dan kenyataan itu hanya bisa ditutupinya, demi menjaga kejiwaan istrinya, serta nama baiknya dari kejamnya bibir manusia di bumi.

Sahee mengangguk. "Semoga saja." jawabnya lirih. Dan semakin mengeratkan pelukannya, sembari memohon kepada sang penguasa takdir, supaya setidaknya Soeun diberi kesempatan untuk menaklukkan hati putranya yang telah beku dan mati itu.

Dan membawa kembali keceriaan Kimbum, seperti masa yang silam.


------------------------------------------------------



Resto JW. Marriot tampak begitu ramai pada siang hari. Arsitekturnya yang berkelas begitu mendominasi, sehingga memperlihatkan kemewahan di setiap sudut. Wewangian sedap dari sajian makanan juga menunjukkan betapa hebatnya restoran itu.

Di sudut kanan dekat sebuah kaca pembatas tembus pandang, Soeun duduk berhadapan dengan Bogem, sembari meniknati sepiring chocolate waffles dan segelas hot chocolate.

Ralat, hanya Soeun seorang yang menikmati makanannya, karena bogem lebih memilih memandangi kegiatan dihadapannya.

"Tidak bisakah kau makan lebih cepat?" gerutu Bogem.

Ia sudah menghabiskan segelas americano cooffe-nya tanpa bersisa. Tetapi Soeun tidak juga menyelesaikan kunyahannya sejak tiga puluh menit yang lalu.

"Oppa tua, aku akan mati jika makan terburu-buru." jawab Soeun santai. Gerakan tangannya disengaja semakin diperlambat.

"Aish, kau selalu menjawabku. Berhenti bicara sambil makan." tegur bogem.

Bogem benar-benar tak habis pikir. Bagaimana bisa seorang model sekelas Soeun menikmati sajian chocolate sebagai menu makan siang. Sementara beberapa model yang dikenalnya justru menghindari makanan manis untuk menjaga berat badan mereka.

"Kau yang terus mengajakku bicara." celoteh Soeun tidak mau kalah. Mulutnya yang penuh dengan potongan waffles tidak menghambat laju kalimatnya.

"Ck, bagaimana bisa Kimbum menikahi bocah." cibir bogem.

Soeun membelalakkan matanya tidak terima. "Jaga bicaramu oppa. Aku berusia 24 tahun." jawabnya kesal. Jari telunjuknya diarahkan tepat ke wajah Bogem.

"Ku kira kau masih bocah." jawab Bogem santai, lalu menepis lembut jemari Soeun yang sangat tidak sopan menurutnya.

Soeun meletakkan garpunya dengan cepat, lalu berseru riang.

"Aku memang imut."

Soeun tersenyum cerah dan lebar. Ia sungguh merasa senang telah mengajak Bogem ke tempat ini, karena menurutnya pria itu sangat lucu dan menggemaskan. Bogem pantas untuk dijadikan teman bermainnya.


"Percaya diri sekali kau. Lagipula, siapa yang mengatakan kau imut? Aku mengatakan kau seperti bocah."

"Sama saja. Kau tidak tahu oppa? Semua orang menyukai wajah imutku ini."

"Aish, kau terlalu sombong." rutuk Bogem. Ia mengalihkan tatapanya pada kaca yang menampilkan jalan besar.

Ada yang salah. Jantungnya, jantungnya berdetak terlalu cepat. Tatapan Soeun entah mengapa sedikit menggetarkan hatinya.

Bogem menggeleng kecil. Tidak. Ini berbahaya, tidak mungkin ia mulai menaruh rasa pada istri atasannya sendiri bukan?

Meskipun Kimbum tidak pernah mengatakan mencintai gadis itu, tetap saja ia tidak boleh menaruh perasaan lebih terhadap Soeun. Bogem menghembuskan nafasnya lirih.

Mungkin, mungkin aku hanya merasa malu. batinnya menepis.

-------------------------------------------

Mohon untuk meninggalkan jejak teman-teman.

Terima Kasih

Conqeror Chocolate (Completed) √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang