Paper 4

3.6K 332 117
                                    

Warning :

° Revisi

°Pembaca baru harap tinggalkan jejak, jika ingin cerita ini terus dilanjutkan.

°Jangan buat mood penulis buruk.

Oke.

Silahkan menikmati.


-------------------------------------------



Pukul dua belas, lewat tiga puluh menit, siang.

Soeun melangkahkan kakinya, sembari tersenyum begitu lebar,  memasuki gedung mewah Goldshion Corporation,— setelah sebelumnya melakukan serangkaian perawatan pada wajahnya, yang hampir memakan waktu selama kurang lebih dua jam, hanya untuk mandi, luluran, memasang kutek, serta meng-currly  sang rambut; agar kelak sang suami yang datar bak tembok toilet itu jatuh cinta padanya; hingga ia harus rela berangkat sembari menemani si terik matahari yang sejak tadi membakar kulit kepalanya yang cantik.

Gadis bermata minimalis ini bahkan tidak perduli meski rasa pedih menyerang si titik sensitif, karena jauh dari itu ia tengah sangat bahagia. Oh kapan lagi ia bisa melakukan ini, mengingat si Kimbum,— manusia kaku bak tanpa nyawa itu tidak akan pernah berkenan membawanya ke tempat megah ini.

Soeun menggerakkan kepalanya lincah ke kiri dan kanan. Memperhatikan arsitektur mewah yang jarang ia pijaki selama hidupnya, serta seluruh karyawan yang nampak sibuk dengan kegiatannya masing-masing; atau katakan saja para wanita ber-rok kekurangan bahan sibuk bergosip secara diam-diam.

Soeun berdecak. Goldshion benar-benar di luar ekspektasinya. Ia benar-benar tidak menyangka, suaminya yang dingin itu memiliki perusahaan besar yang bahkan luas bangunannya hampir lima kali lipat dari luas kediaman ayahnya, tapi hampir seluruh karyawatinya tidak memiliki otak. Akan jadi apa perusahaan ini jika mereka dibiarkan seperti itu?

"Wanita jaman sekarang, aku heran mereka bertingkah seperti ratu. Tapi kenapa tidak memiliki pikiran?"

Wanita jaman sekarang?

Soeun menarik alisnya, lantas terkikik. Oh dia adalah salah satunya.

"Ibu mengatakan lantai teratas." gumamnya lagi. Sembari memperhatikan setiap gerakan mata yang perlahan mulai memperhatikannya. Dahinya mengerut bingung.

"Ada apa dengan mereka?? Apa aku terlihat aneh?"

"Tidak. Aku terlihat cantik."

Bertanya sendiri, ia juga memilih menjawab sendiri pertanyaannya.

Meski secara naluri Soeun masih merasa cukup aneh dengan respon para karyawan itu, namun ia tetap memilih berjalan lurus; mengabaikan tatapan mata yang seperti hendak menelanjanginya.

"Ah, lupakan mereka Soeun.  Kau harus bersiap." 

Berbelok ke kiri, dengan sedikit berlari kecil, wanita mungil nan seksi itu memasuki  lift yang hampir saja tertutup.

Dan untuk yang kesekian kalianya, Soeun menarik lambat dahi putihnya, ketika beberapa pasang mata pria kembali menatapnya aneh dan tanpa berkedip.

Conqeror Chocolate (Completed) √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang