Paper 7

3K 287 122
                                    


Sunyi, seolah nada menghilang dari ujung suara. Tidak ada jawaban yang bisa Soeun sampaikan. Suasana malam yang temaram membuat matanya sedikit berkabut.  Kimbum menatapnya penuh keseriusan, dan Soeun bisa merasakan kegusaran pria itu, meski Kimbum bersikap tenang.

Kimbumnya mencoba mengancam.

Soeun menarik napasnya satu kali, lalu membalas tatapan mata Kimbum dengan tidak kalah tajam. Membuat Kimbum salah tingkah.

Sial! maki Kimbum dalam hati. Ia bisa merasakan tatapan Soeun mengartikan sesuatu yang berbahaya.  Kimbum mengepalkan tangannya di bawah meja, lalu merapalkan doa agar gadis itu tidak semakin menyusahkannya. Sikap diam Soeun yang seolah-olah tengah memikirkan sesuatu membuat Kimbum merasa seperti sedang menunggu sidang kematian.

"Tidak mau."

Benar bukan?

Kimbum mendengus. Apa gadis itu bodoh? Atau dirinya yang bodoh?

Kimbum menatap Soeun tidak habis pikir. Bagaimana bisa gadis itu tetap bersikap manja di saat ia berusaha bersikap serius.  Kimbum bahkan sudah menyiapkan diri jika saja istri mungilnya itu meraung-raung dihadapannya. Tapi nyatanya? Soeun justru hanya mencebikkan bibirnya, lalu menelengkupkan kepalanya di atas maja.

"Aku tidak menanyakan apakah kau mau atau tidak."

"Tapi aku berhak memutuskan pilihanku."

"Tidak. Pilihanmu adalah mengikuti arahanku Soeun. Kau tahu jika kita hanya saling menyakiti."

Kimbum menajamkan manik matanya. Ia sedang tidak bermain-main, tetapi Soeun justru bersikap masa bodoh, dan terus saja menjawab dengan seenaknya.  Membuat Kimbum kehilangan kesabaran.

"Aku tidak merasa seperti itu. Dan aku menyukai pernikahan oni."

"Soeun pernikahan ini bukan permainan! Apa kau tidak mengerti?! Aku tidak bisa mencintaimu!" geram Kimbum.

Kimbum menutup matanya sesaat. Berusaha mengendalikan emosinya.  Demi Tuhan, menghadapi Soeun benar-benar membuatnya frustasi. Kepalanya terasa akan segera pecah. Jangan sampai tangannya memukul gadis cantik itu.


"Aku tidak pernah menjadikan pernikahan ini sebagai permainan Bumah. Aku menerima perjodohan ini dengan segala akibat yang akan aku terima."

Soeun mengangkat kepalanya, menatap Kimbum serius.

"Aku tidak bisa mencintaimu Soeun. Harus berapa kali aku katakan itu."

"Bukan tidak bisa. Tapi kau tidak mau."

Soeun terlalu sering menahan sakit. Jadi jika harus menahan setiap luka yang baru, maka Soeun tidak keberatan. Soeun akan menanggung setiap rasa tidak terima Kimbum, asal pria itu tidak meninggalkannya.

Soeun tidak ingin kehilangan keluarganya kembali. Keluarga yang bisa menerima segala kekurangannya.

"Soeun aku tidak ingin melukaimu."

Kimbum menatap manik almond itu lembut.

"Saat ini kau bahkan sudah melukaiku. Jika memang tidak bisa pun tidak masalah. Sekalipun jika hingga aku mati, aku tidak bisa mendapatkan hatimu aku bisa menerimanya."

Conqeror Chocolate (Completed) √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang