Paper 12

2K 256 224
                                    

Sheraton Paris Hotel.

Soeun menggerutu tak terhentikan. Tubuh yang lelah seolah tak menghalangi laju kecepatan bibirnya. Sejak mereka tiba suasana hatinya memburuk karena tingkah aneh sang suami. Kimbum tiba-tiba saja menjadi pembungkam mengerikan, dan jika ia bicara, bibirnya hanya akan berucap kata menyakitkan. Bahkan seorang pramugari yang mengantarkan minuman, harus menangis ketika mendapatkan amukan maha dasyat sang pria tampan. Mengakibatkan soeun terbangun dan harus berusaha meminta maaf. Dan kimbum ? Pria itu bersikap acuh memasuki kamar pribadi yang disewa hanya untuk dirinya sendiri.

Mereka mendarat tepat pada pukul 08.00 pagi, dan kimbum segera menariknya menuju hotel ini. Hotel mewah milik goldshion, lalu meninggalkannya sendirian sejak 3 jam yang lalu. Apa ini waras ? Untuk apa dia ikut jika hanya pergi menikmati liburan sendiri ?

Jika saja soeun berani maka ia pasti sudah pergi sedari tadi. Apa yang harus dikatakannya ? Sang abeonim memberinya uang yang begitu banyak, namun soeun belum pernah sekalipun menginjakan kaki di negara eropa. Tersesat bukanlah jalan cerita yang bagus menurutnya. Akan lebih baik menunggu dan merengek pada kimbum untuk membawanya menikmati hari.

Menunggu adalah hal membosankan untuknya. Namun jika dengan menunggu bisa membuat kimbum mau mengajaknya berkencan, maka soeun akan dengan senang hati menunggu. Suara pintu terbuka dan tertutup membuat soeun segera berlari keluar dari dalam kamar. Tak perlu mencari tahu siapa yang tengah bertamu, karena sudah jelas yang dapat membuka pintu kamar hanya pria tampan kesayangannya.

"Kau sudah kembali ?." tanya soeun saat kimbum memilih mendudukkan tubuhnya di atas sofa. Hotel sang wo begitu mewah, sebuah kamar hotel dengan satu buah kamar di dalamanya, hingga nampak seperti apartemen mewah berukuran mini.

"Kau bisa melihatnya." jawab kimbum dingin. Ia menutup kedua matanya, memilih mengacuhkan kehadiran soeun. Suasana hati yang buruk membuatnya enggan untuk sekedar kembali ke dalam hotel. Bahkan sebenarnya ia sudah berencana kembali ke korea.

"Bum-ah.. ayo temani aku." rengek soeun. Ia mendekati kimbum dan mendudukkan tubuhnya tepat di sisi kanan sang suami. Melancarkan aksi manja dengan memeluk erat tubuh kekar kimbum.

Kimbum mengerang frustasi di dalam hati. Bayangan gambar soeun terus mencambuk ulu hatinya. Dalam sekali hentak ia melepas kasar pelukan soeun. Lalu beranjak melangkah menuju kamar.

Soeun tercekat. Satu tohokan menghantam denyut jantungnya. Ia tersenyum tipis, lalu mengangkat kepalanya menatap punggung kimbum.

"Tidak bisakah kau menganggapku sebagai adik mu ?." ucapnya lirih.

Lirihan yang begitu sendu dan hanya seperti sebuah bisik tanpa suara. Mengalirkan kekecewaan ke dalam hatinya. Pernikahan hanya bagai sebuah permainan, dan ia sendiri yang memainkan semua lakonnya. Jika saja ia bisa menolak, maka saat kedua orang tuanya menyetujui perjodohan maka soeun akan menolaknya. Sendiri bahkan lebih baik dibanding menahan rasa.

Kimbum menghentikan langkah kakinya tepat saat jemarinya bersiap membuka pintu. Ia menghela nafas kasar dan memejamkan matanya sekejap. Alunan nada lirih soeun sampai pada saluran pendengarannya. Mengantarkan puluhan paus menghantam hatinya, terasa begitu sakit dan memuakkan.

"Beri aku waktu 2 jam beristirahat." jawabnya, lalu dengan cepat melangkah memasuki kamarnya. Ia juga manusia, dan pernah merasakan rasa itu. Cinta namun di abaikan. Meski knum sendiri tak yakin dengan rasa cintanya itu. Setidaknya ia tak ingin soeun juga merasakan kehancuran hatinya.

Soeun tersenyum, memberi kiss jarak jauh dari posisi duduknya. Sebuah acting terkadang diperlukan untuk menaklukkan hati beku seorang pria. Oh astaga, buku yang diberikan bogem ketika mengantarnya pulang sangat berguna. Ketebalan yang membuat pusing, justru menghasilkan sebuah keberhasilan yang menyenangkan.

Conqeror Chocolate (Completed) √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang