Mata Alian tak lepas dari cewek itu. Ia terus memanggil memori yang ada hubungannya dengan wajah seorang cewek yang kini ada di hadapannya.
Muki dan Salsa melihat aneh dengan sikap Alian tersebut. Seperti ada sesuatu yang tidak beres.
Beberapa detik kemudian, kepingan memori itu ditemukan dalam otak Alian. Ia ingat siapa cewek yang sekarang berdiri di depannya.
Poni itu ...
Pipi itu ...
Wajah itu ...
Senyum itu ...
Alian kaget. Itu cewek berponi yang bertemu dengannya di malam hujan di sebuah halte beberapa hari yang lalu.
Reflek, Alian menyodorkan tangannya untuk mengajak bersalaman. Cewek itu terus memasang senyuman terbaiknya. Mereka bersalaman.
"Kamu ... masuk angin enggak?" Tanya Alian, tiba-tiba.
Muki dan Salsa semakin merasa benar-benar ada yang tidak beres di antara keduanya.
"Aku masuk angin, lho," lanjut Alian.
Cewek berponi itu masih tersenyum. Lalu ia menggelengkan kepalanya untuk menjawab pertanyaan Alian tadi.
Alian ikut tersenyun. "Wah ... hebat ...."
Muki menepuk pundak Alian. "Woy! Lepasin, tuh, tangan."
Alian tersadar, dari tadi tangannya masih memegang tangan cewek itu. Buru-buru ia melepaskannya. Ada tawa kecil dari mereka berempat.
"Oh, iya. Kenalin. Ini Anggika. Temen aku." Salsa mencoba mencairkan suasana yang terlihat canggung karena ia sendiri tak tau apa penyebabnya.
Lalu Muki dengan cepat meyodorkan tangannya. "Muki." Mereka bersalaman.
"Dan ini A Alian. Saudara aku." Salsa menunjuk Alian.
Alian tersenyum malu, lalu mengangguk.
"Kayaknya kalian udah saling kenal, ya?" Tebak Muki.
Alian dan Anggika masih saling tatap seperti memberi kode untuk tidak menceritakan kejadian malam itu.
Anggika menggelengkan kepalanya.
Setelah Anggika menjawab dengan gerakan, Alian buru-buru menjawab, "iya betul ... kita belum pernah ketemu. Baru sekarang."
"Oh ...."
"Eh, jadi lupa." Salsa memberikan satu tas yang berisi kamera digital kepada Alian. "Ini di dalamnya sudah lengkap: memori, casan, tolak angin."
"Apa? Apa?" Tanya Alian sambil menerima tas kamera itu.
"Iya. Biar Aa gak masuk angin."
Muki tertawa.
"Haduh ... yauda, makasih."
Mata Alian sesekali melirik ke Anggika. Hatinya berdebar. Ia sebenarnya sangat mengagumi Anggika pada saat pertemuan pertama. Dan sekarang, ia bertemu lagi.
"A, duluan, ya, ke mobil."
"Kamu bus berapa, Sa?" Tanya Alian.
"Aku sama Anggi bus 2, A."
"Oh, iya." Alian bingung harus ngomong apa. Sebenarnya ia hanya ingin tahu Anggika naik bus nomor berapa.
"Yauda, duluan, ya." Salsa pamitan. Anggika masih memasang senyum, lalu ia mengikuti Salsa pergi menuju bus.
"Dua-duanya cantik," kata Muki.
Mereka kembali duduk di tangga.
Alian terus memandangi Anggika dari kejauhan, hingga mereka hilang dibalik bus nomor 2.

KAMU SEDANG MEMBACA
Dua Dalam Secangkir Kopi
Romance[Cerita ini hanya dipublish di Wattpad oleh akun username-nya PENJAHITKATA, selain itu, COPAST dan PLAGIAT] ==Rank #11 dalam Kopi (241118)== **CERITA LENGKAP** Cerita dan Tokoh di dalam cerita ini adalah FIKTIF. Sinopsis: Sesuatu yang baru akan ter...