Cangkir #8 Pensi

54 6 0
                                    

Pangandaran, malam yang penuh angin ...

Satu persatu peserta Inagurasi menampilkan bakat bermusik mereka di panggung lesehan yang sederhana, hanya ada 2 gitar dan sebuah cajon di sana. Panggung yang hanya beralaskan karpet merah dengan background warna biru langit menjadi pemanis untuk orang yang menonton. Namun demikian, acara Malam Keakraban terasa begitu meriah. Tapi, tidak untuk Alian.

Dari tadi siang, sesampainya di tempat acara, wajah Alian terlihat seperti kurang semangat. Ada masalah di sana, tapi, ia tidak mengakuinya.

"Lo kenapa?" Tanya Muki, sambil menghisap rokok.

Alian menggelengkan kepalanya.

"Kalo lo sakit, istirahat aja, nanti gue yang urus acara," tawar Muki.

Angin menimpa keduanya yang sedang berdiri memperhatikan peserta Inagurasi mengantri untuk pembagian kamar.

Mereka menginap di sebuah penginpan berbentuk L, bertingkat dua, dengan keseluruhan ada 20 kamar. Di depan penginapan itu ada lapangan ber-paving blok serta sebuah kolah ikan yang lumayan luas.

"Gue gak kenapa-napa, kok," jawab Alian, cepat.

Padahal, dalam hatinya ada sedikit masalah: dia jatuh cinta lagi. Ini perasaan yang sangat ia benci. Tapi, perasaan ini juga yang ia butuh.

Pertengkaran dengan Ira beberapa hari kebelakang membuat Alian sedikit membuka hatinya untuk orang lain, tapi, di sisi yang lain, ia tak mau kalo harus jatuh cinta kepada orang lain. Ia selalu ingat janjinya dengan Ira.

"Yaudah," kata Muki, "mending siap-siap buat pembukaan acara nanti."

"Eh, bentar ...."

"Apa?" Tanya Muki.

"Gue sekamar sama siapa, ya?"

Muki tertawa.

Alian mengangkat bahu.

Muki masih tertawa, tapi, kini dia sambil berlalu, "gue sama Aep, lah. Ha-ha."

"Yah ...." Alian terlihat pasrah.

Sudah bisa ditebak, malam nanti ia tidak akan bisa tidur nyenyak kalau harus sekamar dengan Muki. Karena, menurut pengalaman terakhir, foto tidur mangapnya Alian tersebar di grup medsos fakultas.

Terlepas dari kejadian siang tadi, Alian berusaha memasang senyuman di wajahnya untuk malam ini.

Pembawa acara berteriak semangat, "ya, itulah penampilan dari teman kita, Sandra!"

Penonton memberikan tepuk tangan.

"Terima kasih Sandra," ucap si pembawa acara di depan sana.

Seluruh peserta Inagurasi memakai kaos putih seragam. Tak terkecuali Alian. Ia duduk di kursi paling depan di temani Muki. Mereka--ceritanya--menjadi tamu kehormatan.

Alian meneguk berulang sebotol air mineral yang ada di atas meja kaca hitam itu. Sesekali tangan kanannya mengambil kacang bawang.

"Yan, jangan kebanyakan makan kacang," larang Muki.

"Loh, kenapa? Kacang kan enak."

"Lo tau gak?"

"Apa?"

"Kalo lo kebanyakan makan kacang, lo bakal mules terus," jelas Muki, dengan serius.

Saat Muki bicara seperti itu, Alian melihat tangan kanan Muki mengambil kacang.

"Terus kalo mules kenapa?" Tanya Alian. Ia sedang mengunyah kacang. "Gampang kan tinggal ke WC."

"Iya," jawab Muki, juga sambil mengunyah kacang. "Tapi, masalahnya, setiap acara yang melibatkan banyak orang kayak gini, mau ke WC itu susah. Ngantrinya minta ampun."

Dua Dalam Secangkir KopiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang