Cangkir #36 Bertiga di Mobil

21 5 0
                                    

Lamunan Alian terpecah oleh suara Salsa yang tiba-tiba ada di hadapannya. "Kok Aa ada di sini? Anggika mana, A?"

Alian membuka matana. Di hadapannya ada Salsa dan Dinan. Ia belum menjawab pertanyaan Salsa.

"Anggika di mana, A? Dia baik-baik aja, kan?" tanya Salsa, lagi, serius.

Dengan lemas Alian menunjuk pintu IGD.

Tanpa perintah, Salsa bergegas menuju ruang IGD.

Dinan yang berdiri, kini duduk di samping kanan Alian. Tangan kirinya mengelus-ngelus pundak Alian. "Lo gak apa-apa, kan?"

Alian melirik ke Dinan, lalu menggelengkan kepalanya.

"Muka lo kusut banget," lanjut Dinan.

"Gue gak apa-apa," kata Alian. "Cuma temen gue aja yang kena."

"Kok elo gak nemenin?"

"Udah ada yang nemenin," jawab Alian cepat. "Mana kunci mobil lo?"

"Mau ngapain?"

"Gue malu—" Alian menunjukan baju yang penuh darah ke Dinan. "—mau nunggu di mobil."

"Terus temen lo?"

"Udah biarin. Ada pacarnya sama Salsa ini." Alian bangkit dari duduknya.

"Yauda gue ikut."

Alian diam sejenak. Dalam otaknya ia berfikir mending Dinan tak usah tahu jika Neto ada di dalam. Ia tak mau menjelaskan apa-apa tentang kejadian yang baru dialaminya. "Iya, ayo, Nan. Temenin gue. Gue takut tiba-tiba pinsan."

"Katanya lo tadi gak apa-apa?"

"Raga gue gak apa-apa ... tapi, hati gue ...."

"Kenapa?" Tanya Dinan, cepat.

Alian diam sejenak. Lalu menjawab dengan cepat, "gak apa-apa."

"Yah, kirain."

"Yuk, ah." Alian bergegas pergi dari tempat itu. Diikuti oleh Dinan berjalan di belakangnya.

**DDSK**

Di dalam ruang IGD ...

Salsa berjalan cepat menuju ranjang tempat Anggika setelah ia bertanya kepada seorang perempuan yang sedang duduk di meja dekat pintu. Di hadapannya, masih ada Neto yang sedang mengelus tangan Anggika. Salsa memelankan langkahnya.

Salsa tak mengenal Neto. Tapi ia menebak Neto itu pacar atau gebetan Anggika. Salsa memberanikan diri untuk 'mengganggu' mereka. Saat Salsa datang, Anggika sedang berbincang dengan Neto.

"Gi ...," panggil Salsa.

Anggika dan Neto menengko serentak kepada Salsa yang datang tiba-tiba di hadapan mereka.

Salsa memasang wajang khawatir.

"Sa ...," ucap Anggika, lemah.

Neto sedikit menjauh setelah Salsa datang.

"Kamu baik-baik aja, kan, Gi?" tanya Salsa, yang kini ada di sebelah kiri Anggika.

Anggika tersenyum. "Gak apa-apa, kok, Sa. Cuma lecet-lecet kecil aja."

Salsa tersenyum sambil mengelus halus tangan Anggika. "Kamu ini, ya, Gi. Kepala diperban gitu masih aja bilang lecet."

"He-he."

"Syukur, Gi, kalo kamu udah bisa ketawa gini."

Anggika masih tersenyum.

"Makasih, ya, Sa. Kirain kamu—"

Dua Dalam Secangkir KopiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang