Cangkir #26 Keluar dari Band

29 5 0
                                    

Dinan datang menyusul mereka. Di perjalan ia teriak, "Woy, ayo anying, manggung. Ngobrol terus!"

Neto membalas teriakan Dinan, "Nih, temen lo tiba-tiba ngundurin diri."

Dinan jalan sempoyongan, lalu mengalungkan tangannya ke Neto. "Apa, To? Gue gak kedengeran."

Neto mengulang, "Te-men lo ma-u ke-lu-ar da-ri band ...."

"Lo keluar, dari band, Yan? Kenapa? Gara-gara kita suka mabok, hah?" tanya Dinan, dengan nada yang meninggi. Alkohol mempengaruhi mereka berdua.

Alian mengangkat kedua tangannya. "Bukan itu alsannya."

"Pantesan di dalem nolak terus," kata Neto. "Tersnyata lo gak suka sama kita-kita?"

"Terus lo mau gimana, To?" tanya Dinan.

"Terserah, lah. Mau keluar, mau apa, kek. Gue gak peduli. Ha-ha."

"Ha-ha," Dinan ikut tertawa. "Dah, mending kita lanjutin pesta aja di dalem."

"Lah, lo gak ngajak temen lo, Nan?"

"Kan dia gak suka kita."

Alian semakin tidak menyangka dengan kelakuan kedua orang yang ada dihadapannya saat ini.

"Terserah kalian! Gue balik, makasih." Alian bergegas meningalkan mereka berdua di parkiran.

"Hati-hati, teman," kata Dinan sambil melambaikan tangan.

Alian tak menanggapi itu. Ia begitu kesal dengan sikap kedua orang yang sudah ia anggap sebagai sahabat terbaiknya. Ternyata kelakuan aslinya bikin Alian geleng-geleng kepala.

Alian berjalan sendir di trotoar yang gelap. Taka da siapa pun kecuali mobil dan motor yang berlalu lalang di sampingnya.

"Setidaknya gue udah memilih," katanya, dalam hati. "Demi Anggika."

Di belakangnya, ada motor yang tiba-tiba membunyikan klakson, dan berhenti di pinggirnya. "Gue anterin, yuk?"

Itu Cecep.

"Lo, kok, malah pulang?"

"Gue gak setuju dengan cara mereka memperlakukan seorang teman." Cecep tersenyum, lalu menyuruh Alian naik, "yuk, cepetan."

Alian mengiku ajakan Cecep. "Makasih, ya. Gue ngerasa emang udah ada yang gak beres dengan band ini."

"Gue udah coba bertahan, tapi, setelah kejadian tadi, gue sadar, emang bener ada yang beres dengan band Neto," jawab Cecep, sambil mengendarai motor matic-nya menyusuri jalanan kota bandung di malam minggu.

**DDSK**

Anggika dan Salsa duduk berdua di depan kosan Salsa. Mereka baru saja pulang menonton film romantis asal luar negeri di salah satu bioskop di bandung. Kini mereka berdua sedang menunggu tukang Sekoteng keliling yang biasa lewat di sana.

Anggika menggunakan jaket berbahan denim, duduk sambil mengayun-ayunkan kakinya. Di depannya, Salsa duduk di kursi yang lebih pendek.

"Mana, Sa? Lama banget. Keburu beku gue, nih," keluh Anggika. Setelah 10 menit ia menunggu tak kunjung datang.

"Sabar," jawab Salsa. "Kalo beku tinggal diangetin."

"Pake?"

"Pelukan."

"Siapa yang mau meluk gue, Sa?"

"Tuh," Salsa menunjuk ke arah kosan Alian. "Yang kosannya di sana. Ha-ha."

"Ha-ha. Dasar."

"Tapi, kayaknya belum pulang, deh."

"Emang lagi kemana, Sa? Malam mingguan sama pacarnya, ya?" pancing Anggika.

Dua Dalam Secangkir KopiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang