Sesaat setelah teleponan dengan Alian pagi tadi, Ira langsung masuk ke bawah selimut, sampai siang ini. Ia tak pergi ke kampus. Seperti ada kekangan yang kuat untuk tidak melakukan aktivitas apa pun. Semua kegiatan terasa malas.
Sesekali ia melihat ke hape-nya, berharap ada Alian menghubungi. Tapi, harapannya itu belum menjadi kenyataan sampai siang ini. hape-nya masih sepi.
Ira kembali memejamkan matanya untuk kesekian kali, tapi, ia tidak bisa, pikiran tentang sikap Alian yang berubah pun tak mudah enyah dari otaknya.
Apa sikapnya yang menaruh rasa curiga kepada Alian adalah suatu yang berlebihan? Pertanyaan itu terus berulang muncul.
Ira mengambil hape-nya, lalu ia berniat untuk menghubungi Alian. Saat ia akan menekan 'call', tiba-tiba hape-nya mati. "yah, mati ...."
Ira bangun, mengambil ujung kabel charger yang masih tergantung di tembok, bekas pakai semalam yang belum sempat ia dicabut. Ia menghubungkan charger-nya ke hape, tapi, baterai hape-nya tak kunjung terisi.
"Kok gak ngecas, sih?" gumamnya. "Apa mati listrik, ya?"
Ia mencoba menekan-nekan kontak lampu kamarnya, tapi, tak menyala. Ia semakin yakin bahwa sedang mati istrik. "Beneran mati listrik kayaknya."
Untuk memastikan listrik mati semua atau hanya kamarnya, Ira berniat bertanya kepada Riri. Ia pergi ke luar kamarnya hanya dengan menggunakan baju tidur ping polosnya.
Saat pintu kamarnya terbuka, ia mendapati ada sosok cowok yang tak asing baginya; ada Didit sedang duduk di kursi. Ira pun terkejut.
"Eh, ada kamu," sapa Ira, langsung, "lagi nunggu Riri?"
Didit yang memakai kemeja biru—yang lengan tangannya dinaikan, sehingga Ira bisa melihat jelas banyaknya gelang di tangan itu—bangun dari duduknya. "He-he. Iya nih, Kak. Lagi nunggu Riri."
"Ririnya ada?"
"Tadi, sih, dia lagi mandi."
"Oh, ya udah. Aku ke sana, ya." Ira menunjuk kamar Riri.
Didit hanya menjawab dengan senyuman, lalu kembali duduk.
Ira dengan mantap melangkah masuk ke kamar Riri. Wangi Lavender menyambut Ira. "Ri! Ri!"
"Iya! Ada apa, Teh?" Teriak Riri di dalam kamar mandi. "Aku lagi mandi."
"Kamu mati listrik gini mandi? Emang gak gelap?"
"Ya, mau gimana lagi. Pas aku lagi asik mandi, tiba-tiba mati."
"Ha-ha. Awas salah nyabun," canda Ira.
"Tenang, udah hafal," jawabnya ngawur. "Ada apa, Teh?"
"Enggak ada apa-apa. Cuma mau mastiin listriknya mati yang aku doang atau semuanya," jelas Ira, yang kini bersender di pintu kamar Riri.
"Mati semua kayaknya, Teh."
"Yauda cepetan, ada gebetan, tuh, nungguin. Ha-ha." Kemudian Ira menutup pintu dan keluar.
"Masih mandi, ya, Kak?" Tanya Didit, tiba-tiba.
"Iya, tuh. Tapi, kasihan, takutnya gak ada air. Ha-ha." Ira duduk di kursi depan kamar Riri. "Bete kalo mati listrik gini."
"Iya. Apalagi kalo lagi main game," timpal Didit.
Ira secara diam-diam memperhatikan cara berpakaian Didit yang rapih. Rambut sisir samping sangat cocok untuk bentuk wajah bulatnya. "Mau jalan ke mana, nih?" Tanya Ira, basa-basi.
"Oh, itu. Mau minta ditemenin Riri belanja kain di bandung buat bahan kerudung."
"Kamu punya bisnis kerudung gitu?"
"Si Mama, sih, yang ngurusnya," jawab Didit. "Aku cuma bantu-bantu aja."
Ira mengangguk-angguk. "Bagus, deh, dari kuliah belajar berwirausaha."
"Iya, Kak. Dikit-dikit belajar."
Ira menggaruk hidungnya. "Kok, Riri gak pernah cerita, ya, kalo dia punya pacar?"
"He-he." Didit tersenyum malu. "Aku bukan pacarnya Riri, Kak."
"Oh, maaf. Maaf," kata Ira, cepat. "Kirain pacarnya."
"Aku sama Riri temenan sejak SMA," jelas Didit.
"Oh ...."
"Enggak tahu kenapa, kuliah pun bisa bareng gini."
"Ya, bagus dong. Jadi, enak kuliahnya kalo bareng temen SMA."
"He-he. Iya, Kak." Ditutup dengan sebuah senyum yang manis.
Ira merasa senyumnya Didit itu lucu. Ia pun membalas senyumannya.
Ternyata Didit orangnya pemalu. Bicara pun seperlunya, kata Ira, dalam hati.
Ira bangun lalu berjalan menuju kamarnya sambil bicara, "Dit, ditinggal dulu ke kamar, ya."
"Iya, Kak," jawabnya ramah.
Ira menutup pintu kamarnya. Entah kenapa, ia tiba-tiba mengintip Didit dibalik kaca jendela, lalu kembali memperhatikannya dari ujung rambut sampai ujung kaki.
"Kok, gemes, ya, kalo ngeliat gaya Didit? Jadi pengen nyubit pipinya," kata Ira, dalam hati.
**DDSK**
Bandung, siang yang panas ...Alian menyusuri jalan setiabudi dengan motor jadulnya. Saat melihat sebuah gerbang besi hitam, ia menepikan motornya. Ia turun dari motor lalu membuka gerbang itu. Di dalam halaman, sudah ada 2 motor matic terparkir dan satu mobil Honda Jazz Merah di bawah pohon jambu air.
"Yah, tempat yang teduh diambil Jazz ...." Gerutu Alian.
Kemudian ia memasukan motornya ke dalam halaman itu, halaman sebuah tempat kos putri bertingkat. Halaman yang tak begitu luas, tapi, cuku untuk menampung kendaraan penghuni kos.
"Sorry, hari ini kamu kepanasan," kata Alian, ke motornya.
Di tempat itu salsa nge-kos, dan Alian ada janji untuk mengembalikan kamera yang ia pinjam saat acara Inagurasi dulu.
Kosan-nya berhurup U bertingkat dua. Untuk masuk, Alian harus melewati satu gerbang lagi, dijaga oleh seorang penjaga yang wajahnya mirip salah satu katakter wayang golek: Cepot.
"Siang, Kang," sapa Alian ke penjaga itu, sambil melambaikan tangan.
"Siang," balasnya dengan senyum ramah terpasang di bibir. "Bade ka Salsa, A?"
"Sumuhun," Jawab Alian.
"Mangga."
Alian dan Si Mamang Penjaga itu sudah saling kenal semenjak Salsa kuliah di bandung dan memilih ngekos di tempat itu.
Kamar Salsa terletak di lantai dua, nomor ke empat. Dengan langkah yang cepat, Alian menaiki tangga besi sehingga menghasilkan suara yang begitu berisik. Kamarnya terletak di paling ujung.
Di bahu kanannya, tergantung tas hitam kamera dan sebuah ransel di punggungnya. Rambut acak-acakan bekas memakai helm, serta tubuh yang wangi oleh parfum aroma matahari—karena ia tak memakai jaket.
Sesampainya di depan kamar Salsa, tanpa ragu Alian langsung membuka pintu, lalu dengan nada keras memanggil nama Salsa, "Sa—" Alian tiba-tiba diam saat pintu terbuka. Di dalam sana tak hanya ada Salsa, tapi juga ada Mia dan ... Anggika.
**DDSK**
Diterbitkan: 24 Februari 2018
Oleh: C. Sahetapi
KAMU SEDANG MEMBACA
Dua Dalam Secangkir Kopi
Storie d'amore[Cerita ini hanya dipublish di Wattpad oleh akun username-nya PENJAHITKATA, selain itu, COPAST dan PLAGIAT] ==Rank #11 dalam Kopi (241118)== **CERITA LENGKAP** Cerita dan Tokoh di dalam cerita ini adalah FIKTIF. Sinopsis: Sesuatu yang baru akan ter...