Maryam Saliha
Sumpah demi apa, tiba-tiba Gadis nelpon gue katanya dia ngajak ke grand opening Aqua See. Sebenernya gue nggak tertarik blas main ke Aqua See, paling-paling juga kayak Sea World, tapi berhubung ini Gadis yang ngajak--dan itu tiket VIP--jadi kenapa enggak? Lagian dari rumah gue ke Aqua See cuma sepuluh menitan.
Masalahnya sekarang, gue udah satu jam nungguin Gadis di food court, nyedot-nyedot ampas es batu capcin kayak orang bego di dekatnya badut gurita sama hiu yang joget-joget macam anemon laut. Mau gimana lagi, Gadis kena macet.
"Lu naik gojek kek, biar bisa nyempil-nyempil biar cepet sampe."
"Gak bisa, Mar. Gue serombongan naik mobil."
Pas mereka udah sampe, gue baru tahu kalau yang dimaksud 'serombongan' sama Gadis itu adalah seorang bapak-bapak mirip Jeremy Thomas, cowok tinggi-ganteng-macho, dan supir mereka yang sebenernya lumayan garang kalau berhenti prengas-prenges nggak jelas.
Buset dah. Gadis udah kayak princess dikawal tiga lelaki. Pokoknya kalau orang lihat pasti ngira si Gadis itu anaknya bapak-bapak tajir mirip Jeremy Thomas, bukan asisten rumah tangganya.
Sayangnya cuma satu: bajunya. Bajunya Gadis kayak summer dress di anime-anime Jepang. Kain sifon warna biru muda. Bawahnya selutut, atasnya cuma nutupin bahu. Gue pikir gue udah berhasil nge-hijrah-in dia tapi ternyata dia hijrahnya pakai hijab cuma waktu di sekolah.
Tapi gue ga boleh close minded gitu juga sih. Ini orang hijrah, bukan Power Ranger berubah mau ngelawan monster.
"Ini temen kamu?" tanya om-om Jeremy Thomas yang kayaknya tajir itu.
"Iya, Pak," si Gadis jawab.
Gue langsung kenalan sama om-om Jeremy Thomas itu, "Saya Maryam, Om."
"Oh, Maryam. Saya Hamzah. Ini Erwin, anak saya."
Gue noleh ke anaknya. Kamvret. Bening.
"Maryam," gue salaman sama Erwin.
"Erwin."
Habis gitu kita langsung masuk ke area akuarium, dipandu sama guide yang kayaknya semalem udah ngapalin hal-hal tentang semua hewan laut di wahana ini. Mulai dari berapa jumlah gigi hiu putih, berapa bayi kuda laut yang keluar dalam sekali persalinan, siklus hidup tripang, sampai nama latin anemon-anemon laut.
Habis gitu kita main di area touch pool. Di situ kita bisa nyelupin tangan trus pegang-pegang penyu, tripang, bintang laut, bahkan hiu kecil-kecil juga ada. Seumur hidup, baru sekali itu gue lihat Gadis se-excited itu, sampai dia bertingkah kayak anak TK baru dibeliin baju princess. Bedanya kalau ini gadis remaja 17 tahun pegang-pegang tripang. Ih, gue jijik banget padahal. Gue heran kenapa Gadis suka banget pegang-pegang hewan yg mirip ulet tapi 10 kali lebih menjijikkan dari ulet itu.
Nah, pas Gadis pegang-pegang tripang, tiba-tiba HP gue bunyi. Nyokap telpon.
"Halo, Mi?"
"Halo, Maryam, kamu sekarang sama Gadis, kan?"
"Iya, ini lagi di AquaSee sama Gadis. Kenapa Mi?"
"Bilang ke Gadis, dia lolos OSN Biologi. Mami barusan buka email notifikasinya."
Saat itu juga, gue ngerasa berada dalam adegan penting sebuah film. Ini berita besar. Antara seneng, bangga, terharu temen gue bisa jadi juara olimpiade Biologi nasional. Gue liat Gadis yang pegang-pegang tripang kayak anak SD. Wajah excited-nya norak banget, sumpah. Siapa sangka ini bocah menang OSN Biologi.
Gadis berhasil. Nggak kayak gue yang kandas di tengah jalan.
Jujur, gue masih suka sedih kalau mikir itu. Dan gue berharap banget, kalau tadi Mami telfon, yang disebutin namanya itu bukan Gadis, tapi aku. Tapi kenyataannya... yah. Mau gimana lagi?
Gue nggak boleh ngancurin kebahagiaan orang lain cuma gara-gara gue gagal mencapai kebahagiaan itu. Jadi dengan besar hati gue deketin si Gadis, trus gue tepuk pundaknya, gue bilang, "Dis, Mami gue barusan nelpon. Katanya lu menang OSN."
Gadis langsung histeris. Dan karena Gadis histerisnya pake lompat-lompat, dia kecebur ke touch pool.
Sumpah, dia kecebur. Di hadapan lima puluh orang, termasuk bocah-bocah TK dan SD. Airnya langsung tumpah kemana-mana. Bajunya Gadis semua basah. Bintang laut, tripang, tiram, sama bulu babinya pasti pada mabok semua.
Tapi kemudian, sesuatu yang sangat, sangat menarik terjadi.
Erwin tu langsung gelagapan narik badannya Gadis. Wajahnya kaget, tegang banget. Dan dia melakukan itu secepat kilat, sebelum Gadis kena bulu babi yang entah atas dasar apa, orang-orang nyebut hewan itu bulu babi, bukan bulu landak. Logis sih, kalau orang pasti bakal nyelametin Gadis dari tusukan bulu babi, tapi andai saja gue bisa jelasin ekspresinya Erwin waktu narik Gadis, pasti elu-elu semua pada tahu maksud gue.
Habis narik Gadis, Erwin marah-marah.
"Kamu tu kenapa sih lompat-lompat jejeritan gak jelas kayak gitu? Untung kamu cuma kecebur, kalo kebentur koral itu gimana coba? Siapa mau gantiin kepalamu?"
Gue bersumpah, pas Erwin bilang gitu, pembuluh darahnya di pelipis sampe kayak nonjol-nonjol mau keluar gitu, trus wajahnya merah. Dan dia ngomong gitu ke Gadis di depan mata sedikitnya tiga puluh anak di bawah umur yang pergi ke akuarium untuk nonton hewan laut, bukan aksi heroik beruntut display 'afeksi' dua remaja putra dan putri.
Gadis kaget dia ditarik sama Erwin dari touch pool, tapi dia nggak gubris sama sekali kata-kata penuh kemarahan berbau overprotectiveness-nya si Erwin. Malah dia nyengir lebar banget, bilang, "Aku berhasil. Aku berhasil."
Tiga menit kemudian, manajernya datang marah-marah, tapi Om Hamzah menyelesaikan itu dengan koneksinya. Jadi sebenernya yang punya tempat ini, yang tadi gunting pita di depan waktu acara grand opening tadi adalah temannya Om Hamzah. Namanya Pak Malik. Bukannya mengkritik Gadis atau apa, malah manajernya yang disuruh berhenti marah-marah. Katanya, "Ya kamu tinggal ganti saja airnya, apa susahnya sih? Lagian mana ada orang sengaja jatuh ke kolam?"
Wew. Bukan orang sembarangan.
