Rumah Fatrial, Jl Slamet Riyadi
Proses perjodohan dengan jalur tukar biodata berlangsung begitu cepat. Beberapa saat yang lalu ustad Habib menghubungi Fatrial dan menyerahkan sebuah amplop coklat berisi biodata seorang wanita yang akan dikenalkan dengannya. Pertemuan yang berlangsung singkat di rumah ustad Habib itu tidak memberikan gambaran seperti apa wanita dalam amplop tersebut. Ustad Habib tidak menyinggung atau memberi kode sedikit pun, hanya tiba-tiba menyerahkan begitu saja disertai senyum, meminta Fatrial membuka dan membacanya di rumah saja.
Kini amplop itu telah di tangan Fatrial, siap untuk dibuka. Ada rasa sedikit ragu, akankah proses ini akan berjalan baik? Dan apakah mungkin bisa menemukan jodoh dalam proses yang sedemikan singkat? Ia ingat bagaimana proses pernikahan Nadia –kakaknya– juga hampir sama seperti itu, hanya bedanya Davidli adalah anak dari sahabat ayahnya, sehingga tak sulit untuk mengenalnya meskipun proses perkenalan hingga pernikahan hanya berlangsung tiga bulan.
Fatrial menarik napas dalam-dalam.
"Ya Allah, aku tidak tau apakah yang kulakukan ini adalah yang terbaik, semua kembali padaMU. Sejujurnya aku belum bisa melupakan Aina, tapi jika aku terus-terusan dalam kesendirian maka hanya akan membuat hidupku kian terpuruk. Aku juga tidak tau sosok seperti apa yang Engkau berikan padaku kelak. Apakah lebih baik dari Aina atau sebaliknya, tapi aku berharap bisa mencintainya jika memang kelak proses ini berlanjut."
"Bismillah.."
Perlahan Fatrial membuka amplop tersebut, mengeluarkan beberapa lembar kertas yang terjilid rapi, bersampul warna putih polos tanpa corak atau tulisan. Di halaman pertama setelah sampul ada nama pemilik biodata tersebut.
Veve Fitria
Sontak ada kejutan dalam jantungnya. Nama yang tidak asing. Seperti pernah membaca nama tersebut, tapi lupa di mana. Fatrial mulai penasaran, ia pun membuka lembar berikutnya. Membaca secara detail siapa Veve Fitria tersebut.
Nama : Veve Fitria
TTL : Malang, 21 Januari 1998
Umur : 25 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Guru SMP LB Ngudi Hayu BlitarMembaca pekerjaan sosok Veve sempat membuat jantung Fatrial melompat. Guru? Mungkin jika dibandingkan profesi dokter jelas amat jauh, tapi entah kenapa Fatrial fine-fine saja, ia terus melanjutkan membaca. Pada halaman terakhir tertulis satu paragraf yang membuatnya tertegun.
Aku ingin membangun cinta bersamamu
Jika kau merasa berat, kan kubantu memikul bebanmu
Jika kau merasa lelah kan kuhapus lelahmu dengan perjuanganku
Aku ingin membangunnya bersamamu
Berharap kau gandeng tanganku menuju surga-Nya-Veve Fitria-
Membaca paragraf tersebut memberi kedamaian tersendiri, bahkan mampu membuatnya tersenyum. Veve mungkin perempuan yang unik dan cukup berani untuk menulis kalimat semacam itu, yang jelas-jelas akan dibaca oleh lelaki yang tidak ia kenal. Setelah selesai membaca semua, Fatrial pun menghubungi ustad Habib.
"Assalamualaikum, Ustad. Ini Fatrial."
"Waalaikumsalam. Oh, dokter Fatrial. Gimana, sudah dibaca?"
"Sudah, Ustad."
"Saya tidak tau perempuan seperti apa yang diinginkan dokter, tapi jika kriteria utama Dokter adalah baik dan sholehah, Insya Allah dia memenuhi. Namun jika sebaliknya, semua keputusan untuk lanjut atau tidak ada di tangan dokter."
Fatrial menarik napas.
"Bagaimana dok? Apakah mau lanjut untuk bertemu atau bagaimana?"
Sekali lagi Fatrial menarik napas. Ia tidak akan tau seperti apa pribadi dan sosok Veve jika tidak bertemu dengannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dangerous Wedding 1 (Sudah Terbit)
RomansaAku tidak mencintaimu, tapi aku tak pernah menyesal menikahimu Novel ini sudah terbit dalam bentuk buku.. pemesanan bisa menghubungi Ae Publishing cabang gresik (0895-0977-3003)