.....
Mardi Waluyo, pukul 06.30 WIB
Fatrial menggantungkan jas putih di rungannya. Menghela napas lega karena pekerjaan malam ini telah usai. Ia duduk sejenak, sambil membuka iPhone-nya. Tidak ada balasan dari pesan yang ia kirim tadi malam. Ada kegelisahan yang tumbuh perlahan.“Mungkin dia belum membacanya.” Gumamnya lalu memasukkan iPhone tersebut ke dalam tas ranselnya, siap untuk pulang.
“Mau pulang sekarang?”
Fatrial terkejut melihat Aina yang entah sejak kapan sudah berdiri di ambang pintu sambil menyilangkan kedua tangannya di depan dada.
“Oh, iya..” jawab Fatrial datar.
“Bagaimana kalau kita bicara sebentar, sekalian sarapan di kantin?”
“Apa ada sesuatu yang penting?”
“Tentu saja, ini terkait perubahanmu setelah menikah.”
“Sepertinya untuk itu tidak perlu dibahas secara serius.”
“Fatrial!” seru Aina dengan nada agak tinggi, lalu berjalan mendekat.
“Aku ingin kamu menjelaskan sesuatu padaku. Sebagai rekan kerja, juga karena aku telah lama mengenalmu. Aku ingin kamu jujur padaku, aku bisa melihat keraguan dalam dirimu, ada kegelisahan yang tak kau ungkap. Aku ingin tau apa yang membuatmu berubah sejauh ini.”Fatrial menghela napas, mengusap wajahnya. Apa yang ia dengar dari Aina justru membuatnya merasa penat.
“Aku tidak ingin membahas itu untuk saat ini.”
Aina langsung mengambil posisi duduk di depan Fatrial.
“Kenapa? Ada apa dengan rumahtanggamu? Apa kamu merasa jenuh? Lelah dan ragu untuk meneruskan semua?”
Seketika Fatrial mengangkat kepalanya, menatap Aina tajam.
“Aku ingin bertanya sesuatu padamu? Apa yang kamu katakan pada Veve minggu lalu di depan apotek?” tanya Fatrial serius.
“Maksudmu?” mata Aina terbelalak kaget.
“Bukankah kamu sempat bertemu dengannya?”
“Oh.. iya, hanya sedikit bercerita tentang masa lalu kita.”
Degg.. seperti ada butir peluru menembus jantung Fatrial. Kedua tangannya saling mencengkeram menahan emosi.
Pengakuan Aina jelas-jelas bukan permasalahan sepele baginya, dan tentu saja ia tahu bahwa membongkar masa lalu mereka akan membuat Veve terluka.“Apa saja yang kau katakan padanya?” mata Fatrial melotot meminta kepastian dari jawaban itu.
“Aku menceritakan tentang kamu, dan kita. Aku tidak bisa berbohong saat dia meminta kejujuran tentang masa lalu yang pernah terjadi pada kita. Kupikir dia memang harus tahu, jadi aku menceritakan semua.”
“Aina..” Fatrial tertunduk lelah, ia terlalu lelah untuk marah pada Aina karena telah menceritakan hal yang seharusnya ditutup.
Jujur ia tak mau Veve mengetahui masa lalu itu, ia tak mau masa depan yang sedang ia bangun porak-poranda hanya karena masa lalu yang telah lewat, yang telah terkikis cintanya.
“Apa aku salah?”
Fatrial mengangguk.
“Aku berusaha untuk menutupi semua. Kau tau kan aku masih berusaha untuk membangun rumah tangga ini. Aku tak ingin membebaninya dengan masa lalu kita.”
Aina tersenyum sinis, “Inilah risiko jika menikah tanpa dasar cinta, dan aku yakin kau tak akan mungkin sanggup bertahan lama.”
“Aku akan bertahan.” Tegas Fatrial sambil mengangkat wajahnya, menatap Aina lekat-lekat. Tatapan mengintimidasi yang membuat Aina merasa gentar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dangerous Wedding 1 (Sudah Terbit)
RomanceAku tidak mencintaimu, tapi aku tak pernah menyesal menikahimu Novel ini sudah terbit dalam bentuk buku.. pemesanan bisa menghubungi Ae Publishing cabang gresik (0895-0977-3003)