Bab 2 : Dapatkah Kita Berteman?

2.4K 117 9
                                    

Penulis : Angelina

Diterjemahkan dalam Bahasa Inggris oleh Miah

Diterjemahkan dari Bahasa Inggris ke Bahasa Indonesia oleh Rosie

Film Like Love diadaptasi dari novel ini.

Saya hanya berbagi, saya tidak memiliki hak cipta atas karakter dan segala konten dari novel aslinya maupun terjemahan Inggrisnya.

================================

Setelah volume suara mereka berdua merendah, sulit untuk dapat mendengar percakapan mereka dari dalam kamar. Ketika Li Ming dengan tak sabar bertanya kepada Mai Ding jawaban dari pertanyaannya, Mai Ding dengan percaya diri dan meyakinkan menjawab, An Ziyan tidak menyukai laki-laki.

Dia merasa dengan berbuat seperti itu, dia telah membantu An Ziyan menyimpan rahasianya. Tetapi tak ada yang tahu apakah dibalik itu Mai Ding memiliki tujuan pribadi lain atau tidak.

Dia juga ingin berteman dengan An Ziyan, karena selama ini kehidupan Mai Ding sangat biasa. Bahkan teman-teman disekitarnya sangat umum dan tidak terlalu luar biasa. Jadi sekarang ini, selain mengetahui bahwa An Ziyan adalah seorang biseksual, dia juga menginginkan semacam hiburan dalam kehidupannya. Supaya suatu hari disaat ia telah memiliki banyak cucu, dia bisa dengan bangga mengatakan pada mereka, kalau kakeknya memiliki seorang teman biseksual.

Meskipun tidak terlalu meyakinkan kalau Mai Ding dapat menunggu sampai hari dimana dia memiliki cucu atau tidak.

Sore hari, setelah mandi, Mai Ding menyisir rambutnya yang masih setengah basah sambil berjalan keluar kamarnya dan mengetuk pintu kamar 501.

Setelah mengetuk cukup lama, An Ziyan dengan enggan membuka pintu, menemukan Mai Ding dengan senyumnya yang cerah, berkata :"Teman sekelas, bolehkah aku meminjam pengering rambut?"

"Tak punya." Pintu ditutup dengan bantingan.

Mai Ding sudah mengetahui kalau An Ziyan adalah orang yang dingin, tetapi ia tak menduga An Ziyan sedingin ini sampai senyumannya bahkan tak memberikan efek Japapun.

Pada hari kedua Mai Ding mengetuk pintu kamar An Ziyan seperti sebelumnya.

"Teman sekelas, bolehkan aku meminjam kamar mandi? Air di kamar mandiku mati."

"Tak punya."

Pada hari ketiga, Mai Ding mengulanginya tanpa merasa malu.

"Teman sekelas, bisakah aku menggunakan toiletmu, aku tak dapat menahannya dan toilet dikamarku sedang dipakai sekarang."

"Tidak."

Pada hari keempat, Mai Ding sudah mulai putus asa.

"Teman sekelas, bisakah kau meminjamkan cintamu?"

"Tak punya."

Ketika An Ziyan akan menutup pintu, Mai Ding meletakan tangannya di celah pintu :"An Ziyan, betapa keterlaluannya kau? Bagaimana bisa kau memperlakukan tetanggamu yang lebih muda, manis dan ramah seperti ini? Jika kau berani, tutup saja pintunya dan jepitlah jari-jariku."

Mai Ding berpikir An Ziyan tak akan berani menutup pintu sedangkan An Ziyan mengira kalau Mai Ding pasti akan menarik tangannya ketika ia menutup pintu, jadi ia menutup pintunya.

Setelah itu, terdengar teriakan kesakitan berbarengan dengan pintu yang terbuka kembali. Tangan Mai Ding terasa sakit luar biasa hingga ia melompat-lompat. Ia terus menerus meniup tangannya sambil menahan perasaan kesal. Dia bahkan tak memiliki kesempatan untuk memaki siapapun yang dapat ia lakukan hanya terus menerus berteriak karena rasa sakit. Tangannya mulai membengkak dan memerah. An Ziyan mengerutkan wajahnya dan menarik Mai Ding kedalam kamar :"Siapa yang menyuruhmu meletakan tanganmu disana!" Dari nadanya, tak nampak penyesalan sedikitpun. Tangan Mai Ding gemetaran karena menahan sakit dia bahkan menduga kalau tangannya patah. Dia mendongak, matanya dipenuhi air mata ketika ia menatap An Ziyan dengan tatapan memelas :"Cepatlah, ada krim pemberian ibuku dikamarku, tolong bawakan kesini."

Will You Still Love Me Even If I'm A Man?~Indonesia VersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang