Mai Ding menggenggam beberapa surat cinta dan sayangnya, tak ada satupun untuknya. Dia hanya membantu orang lain. Para gadis tentu saja, dan surat - surat ini tak lain dan tak bukan adalah untuk An Ziyan. Meskipun bersedia membantu mereka tetapi Mai Ding merasa sedikit tidak nyaman. Dia mendatangi kelas An Ziyan, berharap menemukan An Ziyan disana tetapi sia-sia.
Ia bertanya pada seorang mahasiswi yang duduk di kursi deretan depan, "Permisi, apa kau melihat An Ziyan?" Gadis itu mendongak, mengamati Mai Ding dari ujung kepala sampai ujung kaki sebelum akhirnya menjawab, "Dia di perpustakaan."
Dia nampak tak terlalu peduli dengan keberadaan Mai Ding.
"Terimakasih."
Mai Ding pergi ke perpustakaan, energinya bertambah dengan aneh karena suatu alasan. Begitu memasuki perpustakaan, ia langsung menemukan seorang pria yang membuatnya tergila-gila. An Ziyan tengah membaca buku dengan seksama. Biasanya dia memasang wajah sinis dan ini adalah pertama kalinya Mai Ding melihat wajah seriusnya. Mai Ding penasaran bagaimana bisa satu orang memiliki begitu banyak ekspresi, begitu banyak sisi. "Teman sekelas." Mai Ding menarik nafas sambil duduk didekat An Ziyan. An Ziyan bahkan tak menoleh ataupun mengangkat kepalanya untuk menanggapi Mai Ding. Mai Ding menyerahkan amplop-amplop itu pada An Ziyan. Melihat surat-surat berwarna merah muda di hadapannya, An Ziyan cemberut. Tanpa berkata sepatah katapun, ia mengambilnya kemudian melemparnya ke dalam keranjang sampah di samping meja.
Diam-diam Mai Ding merasa senang tetapi ia tak bisa membiarkannya bersikap seperti itu.
"Mengapa kau membuang surat itu? Tahukah kau kalau itu surat cinta dan seseorang telah dengan susah payah menulisnya untukmu? Setidaknya apa kau tak ingin tahu siapa yang mengirimkannya?"
Mai Ding menasihati.
"Aku tak ingin membuang waktuku." Jawabnya.
"Membuang waktu? Bukankah kita perlu menyediakan waktu untuk memiliki hubungan yang baik? Apakah kau tak khawatir sikapmu yang dingin dan tidak bersahabat akan membawa masalah dikemudian hari?"
Mai Ding berusaha memberi pengertian pada bocah laki-laki ini.
"Mengapa kau ikut campur dalam hubunganku?"
An Ziyan bertanya, tanpa mengalihkan pandangan matanya dari bukunya. Membuat Mai Ding sedikit tersinggung.
"Kita teman. Tentu saja aku peduli dengan masa depanmu. Dan dari semua gadis-gadis yang mendekatimu tak adakah satupun yang sesuai harapanmu?"
Hening. Mai Ding merasa sedikit canggung. Beberapa saat kemudian An Ziyan menatap Mai Ding dan berkata, "Mai Ding, aku sudah memiliki pacar."
Entah mengapa, dunia Mai Ding hancur dan semuanya langsung berantakan. Bukankah dua hari yang lalu dia memberikan aku sebuah buku dongeng? Aku merasa spesial. Apa yang terjadi sekarang? Pikiran Mai Ding kacau. Mai Ding berusaha tetap tenang. An Ziyan bebas melakukan apapun. Selain itu ini adalah masa depan dan kebahagiaannya. Tapi mengapa hatiku tak rela? Mai Ding berpikir dengan keras. Mengapa terasa amat menyakitkan mendengar hal itu?. Mai Ding berusaha tersenyum.
"Jadi itu alasanmu membuang semua surat itu. Dia pasti cantik. Harusnya aku tahu dari awal. Bagaimana mungkin orang sepertimu masih single? Baiklah aku tak akan mengganggumu lagi. Aku pergi."
Dia berdiri, tersenyum dengan terpaksa, pergi. Aku tahu sejak awal. Bagaimana mungkin orang sepertimu masih single? Tapi ada apa denganku? Hal itu tak akan mempengaruhi pertemanan kita. Apakah aku menginginkan dia untukku sendiri? Apakah aku seburuk itu? Setiba di asrama, Mai Ding nampak lesu dan langsung menjatuhkan dirinya ketempat tidur. Dari tempatnya berbaring, ia menatap Li Ming yang masih menempel dengan komputernya, memainkan game bodoh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Will You Still Love Me Even If I'm A Man?~Indonesia Vers
RomanceFilm Like Love diadaptasi dari novel ini. Penulis : Angelina Diterjemahkan dari Bahasa Mandarin ke Bahasa Inggris : Dynasti_LikeLove Diterjemahkan dari Bahasa Inggris ke Bahasa Indonesia : Rosie Saya hanya berbagi, saya tidak memiliki hak cipta atas...