Bab 38 : AnZiyan Pergi Keluar Bersama MaiDing

1.9K 78 11
                                    

Selama beberapa hari berikutnya, MaiDing tak henti-hentinya mengomel pada BaiXiaoSi melalui telepon dan mengkritik AnZiyan di rumah. Hari Jumat tiba. MaiDing langsung melepaskan sepatunya begitu tiba di rumah. Ia sangat terkejut, saat melihat Ellen berjalan keluar dari ruangan filmnya hanya dengan mengenakan pakaian dalam. Tubuhnya sangat sexy dengan kaki yang jenjang. Ia melambaikan tangan dan tersenyum pada MaiDing, "Hai, kau sudah pulang?" Kemudian melanjutkan aktivitasnya di hadapan MaiDing seolah tak ada apapun yang terjadi.

"Apa maksudmu 'pulang'? Tolong kenakan pakaianmu. Kenapa kau ada disini dengan berpakaian minim seperti itu?" Kepala MaiDing dipenuhi berbagai pertanyaan, tetapi ia menutup matanya erat-erat agar tak perlu melihat tubuh Ellen.

"Aku datang untuk bersenang-senang."

"Apa AnZiyan bahkan merindukan kekasih temannya?" MaiDing berteriak. Diwaktu yang bersamaan, AnZiyan kembali ke rumah. Ia yang mendengar perkataan MaiDing, langsung menendang pantat MaiDing, "Jangan menjelekkan orang dibelakang."

"Ouch! Ouch! Bukankah sudah jelas aku mengatakan keburukanmu di depan?"

"Oh! Kau pergi keluar, lalu mengapa Ellen bisa ada di ruang film ku?" MaiDing menunjuk Ellen yang tengah menuangkan air ke gelas. MaiDing berkata sambil membuang muka agar tak perlu melihat Ellen. Saat AnZiyan bermaksud menoleh kearah yang MaiDing tunjukkan, MaiDing menutupi mata AnZiyan menggunakan tangannya. "Jangan melihatnya." Bagaimana jika AnZiyan merindukan tubuh perempuan yang seksi setelah melihatnya? Dan membandingkan dengan tubuhnya yang rata? Bukankah MaiDing sudah pasti tak akan memiliki kesempatan untuk menang? Sepertinya MaiDing kerap berpikir berlebihan seperti ibunya.

AnZiyan menyingkirkan tangan MaiDing. Ia tahu betul apa yang ada di pikiran MaiDing. "Kalau kau takut aku membandingkan dirimu dengan seorang perempuan, sebaiknya kau operasi memperbesar dadamu."

"Ya! Kalau kau menjadi perempuan berpayudara besar, aku akan memanggilmu MaiBobo." ZhouGe keluar dari kamar MaiDing hanya dengan mengenakan celana dalam. Dan yang terpenting, ia membawa tisu ditangannya dengan ekspresi kepuasan di wajah. Sejenak MaiDing berpikir dan menghubungkan kejadian-kejadian di hadapannya bersamaan : Ellen dan ZhouGe hanya mengenakan pakaian dalam, mereka berdua keluar dari ruang film yang dianggapnya suci, ekspresi wajah mereka dan tisu di tangan ZhouGe... Tiba-tiba ia berteriak pada ZhouGe, "Apa yang kalian lakukan di kamarku?"

"Setidaknya kalian cukup pintar karena tidak melakukannya di kamarku."

Mereka tidak benar-benar bodoh. Kalau ZhouGe berani berhubungan intim di atas piano AnZiyan, AnZiyan tak akan segan-segan mematahkan tulang rusuknya.

"Kau! AnZiyan, kau sangat jahat. Bagaimana bisa kau melarang orang lain berhubungan seks di kamarmu tetapi membiarkan mereka melakukannya di kamarku?"

Ellen berusaha menenangkan MaiDing, "Melakukannya di kamarku terasa lebih romantis. Aku berbaring di sofa sementara filmnya diputar. Sangat nyaman."

"Tutup mulutmu! Jangan membahasnya lagi!" MaiDing menukas ucapan Ellen. "Kau benar-benar tak tahu malu."

Beraninya mereka berpakaian minim di dalam kamar MaiDing. AnZiyan mulai merasa risih, "Kenakan pakaianmu. Ukuranmu sangat standar, beraninya kau memamerkannya?" Tak ada seorangpun yang bisa lolos dari olokan AnZiyan, baik kekasihnya ataupun temannya. ZhouGe dan Ellen masuk kedalam kamar untuk berpakaian. Setelah mereka berpakaian, MaiDing bergegas ke kamarnya dan gemetar menahan amarah karena kamarnya sangat berantakan. Baru saja ia berniat melampiaskan kemarahannya, AnZiyan memanggilnya, "Ayo pergi."

"Mau kemana?"

"Keluar."

Mereka bertiga pergi keluar, tak ada yang bisa MaiDing lakukan selain mengikuti mereka. Sangat menyebalkan. Bagaimana ia bisa tidak tahu kalau mereka akan pergi keluar hari ini.

Mereka berempat tiba di lapangan basket. Mereka nampak bersemangat. MaiDing tidak tertarik pada permainan olahraga selain badminton. Ia mengikuti dari belakang, "Er, aku tak bisa bermain basket. Kenapa kau tak memberitahu sebelumnya jadi aku bisa berlatih di sekolah?"

Diantara mereka bertiga, hanya ZhouGe yang berbalik ke belakang. Ia menatap MaiDing, "Siapa yang menyuruhmu bermain basket? Kau hanya perlu menunggu di tepi lapangan sambil memegangi pakaian kami."

"Lalu mengapa mengajakku kemari?"

"Kau pikir aku ingin kau ikut dengan kami?" ZhouGe mundur selangkah, dan menunjuk punggung AnZiyan dari belakang.

Melihat punggung AnZiyan, entah mengapa MaiDing merasa senang, tanpa alasan.

Ada empat pria lainnya yang juga datang, tetapi MaiDing tak mengenal mereka. Ia merasa kesal dan malu karena ia terpaksa duduk di deretan gadis-gadis, menunggu para pria bermain basket. Ingin rasanya ia menyembunyikan kepalanya dibalik jaket AnZiyan. Ia kehilangan harga dirinya sebagai seorang pria!!

MaiDing memperhatikan AnZiyan yang tengah bermain basket. Ia belum pernah melihat sisi AnZiyan yang seperti itu sebelumnya. Sisi apapun yang AnZiyan miliki membuat MaiDing tak bisa bernafas. Ia menyukai AnZiyan, menyukai ekspresinya saat ia melakukan berbagai hal. Contohnya, ia terlihat begitu tampan saat bermain piano.

Semakin banyak gadis-gadis yang menonton, MaiDing menguping pembicaraan mereka. "Tentu saja AnZiyan lah yang paling tampan, sayangnya sudah lama ia tak muncul di sini."

"Ya, ya. Sepertinya ia belum memiliki pacar."

"Kudengar ia sudah putus dengan pacarnya. Apa itu berarti aku punya kesempatan?"

Ellen yang berada di samping MaiDing mengedipkan matanya, tetapi MaiDing berpura-pura tak mendengar obrolan itu.

Seorang gadis berteriak ke tengah lapangan, "AnZiyan, fighting!!!" Kemudian diikuti oleh gadis-gadis lain yang semakin riuh. MaiDing memperhatikan mereka dan menghela nafas. Para gadis hanya memperhatikan penampilan saja. Tetapi tak seharusnya MaiDing berpikir seperti itu. Karena sebenarnya ia pun tipikal orang yang hanya memperhatikan penampilan luar saja. Saat pertama kali bertemu AnZiyan, ia juga berubah menjadi orang idiot.

Wakti berlalu. MaiDing menguap di sisi lapangan. Ia melihat jam tangannya, berharap permainan segera berakhir. Ia sungguh tak tahan karena harus duduk di antara para gadis dan mendengarkan obrolan mereka tentang AnZiyan. Permainan mereka berlangsung cukup lama. AnZiyan memghampiri MaiDing dan meraih sebotol air mineral untuk ia minum. Seorang gadis mengundangnya, "Bagaimana kalau kita makan malam?"

"Ya. Kita bisa bersenang-senang malam ini." Gadis lainnya menatap AnZiyan penuh harap.

AnZiyan menyadari MaiDing merasa lelah. MaiDing melemparkan jaket pada AnZiyan. AnZiyan menangkapnya, menggenggam tangan MaiDing di hadapan umum dan menariknya bangkit dari tempat duduk, "Ayo kita pulang."

Semua yang ada di sana melihat mereka bergandengan tangan dan berlalu pergi dengan mobilnya.

"Mengapa selera AnZiyan menjadi aneh sekarang?" Seorang pria bertanya.

ZhouGe menyilangkan lengan di depan dadanya, "Di masa depan ia mungkin akan tetap seperti ini."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 14, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Will You Still Love Me Even If I'm A Man?~Indonesia VersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang