Restauran ala barat dimana An Ziyan membawa Mai Ding memiliki susana spesial dan unik. Keempat sudutnya gelap dan hanya meja mereka yang disinari lampu sorot. Bahkan kursi dimana mereka duduk berada dibawah bayangan. Yang dapat kau lihat hanyalah hidangan yang tersaji di atas meja dan tangan yang terbuka.
Entah mengapa, Mai Ding merasa lebih nyaman berada dalam kegelapan. Saat melihat ke sekeliling, ada sebuah panggung kecil di tengah ruangan dimana ada sebuah piano hitam disana. Suasananya berkelas dimana ia tak terbiasa dengan suasana seperti itu dan ia merasa pakaiannya sama sekali tak layak dikenakan di tempat itu.
Begitu mereka duduk, ia dapat melihat samar-samar wajah An Ziyan yang berada dibawah remang-remang cahaya lampu, membuat segalanya nampak seperti tak nyata. Seorang pelayan menata peralatan makan diatas meja dan dengan nada sangat sopan bertanya, "Permisi, Tuan. Bolehkah saya mencatat pesanan Anda?" Kedua laki-laki itu memesan steak.
"Bagaimana Anda ingin kami memasak steak Anda tuan?" Pelayan bertanya dengan sopan
"Medium-well ~setengah matang~" An Ziyan menjawab.
"Err... Extremely well." Mai Ding menimpali, terlihat jelas ia tak tau apa yang ia katakan.
"Ungkapan macam apa itu? Seharusnya kau mengatakan 'well done'."
Waiter itu tersenyum dengan sopan kemudian meninggalkan mereka berdua. Sambil menunggu pesanan mereka tersaji, Mai Ding bertanya pada An Ziyan, "Berapa usiamu tahun ini?"
Sebelumnya tak pernah terpikirkan olehnya untuk menanyakan usia An Ziyan. Meski hal itu tak penting baginya, Mai Ding rasa tak ada salahnya memiliki informasi lebih tentang An Ziyan.
"Dua puluh."
"Kenapa kau masih di bangku sekolah?"
Sebenarnya Mai Ding tak berhak menanyakan hal itu dengan nada meremehkan. Toh dia juga memiliki usia yang sama dengan An Ziyan.
"Bepergian ke luar negeri selama beberapa tahun. Sedikit bersenang-senang."
Mai Ding merasa mereka berdua memiliki beberapa kesamaan : Keduanya suka bersenang-senang. Perbedaanya adalah : yang satu bersenang-senang dirumah dan yang lainnya bersenang-senang dengan bepergian ke luar negeri. Itulah perbedaanya saat salah satunya berasal dari keluarga kaya raya.
"Jadi kau memperoleh SIM mu begitu kembali ke China?" Mai Ding iri karena An Ziyan bisa mengemudi mobil. Ia tak pernah memiliki kesempatan untuk mengikuti tes mengemudi. Bagi An Ziyan, Mai Ding seperti anak kecil yang sedang penasaran.
Ia tak merasa kesal dan melanjutkan untuk menjawab setiap pertanyaan yang Mai Ding ajukan, "Aku tak punya SIM"
"Kau tak punya SIM!!" Mai Ding berteriak kaget, merusak ketenangan disekitar mereka. Menyadari kalau ia berkata terlalu keras, ia melanjutkan dengan merendahkan suaranya. "Apa kau tak punya akal sehat? Peraturan sangat ketat sekarang, apa kau ingin berakhir di penjara?" An Ziyan mengedikkan bahunya. Mai Ding adalah orang yang selalu mematuhi peraturan. Berpasangan dengan An Ziyqn yang selalu menganggap peringatan sebagai angin lalu, inikah yang disebut keberuntungan?
Meskipun Mai Ding merasa apa yang telah An Ziyan perbuat bukanlah sesuatu yang pantas untuk dibanggakan, ia tak berani mengkritiknya dengan keras. Mereka baru menjadi pasangan selama beberapa hari. Berkata hal bodoh hanya akan membahayakan hubungan mereka, ia mengerti hal kecil dapat membuat kekasihnya kesal. Tetapi ia juga tak dapat membiarkannya begitu saja. Ini sangat melanggar aturan dan berbahaya. Oleh karena itu, menurutnya, ia mengerti apa yang harus ia lakukan : besok ia akan belajar mengemudi. Bahkan setelah menikmati hidangan yang memuaskan, Mai belum sepenuhnya merasa senang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Will You Still Love Me Even If I'm A Man?~Indonesia Vers
Storie d'amoreFilm Like Love diadaptasi dari novel ini. Penulis : Angelina Diterjemahkan dari Bahasa Mandarin ke Bahasa Inggris : Dynasti_LikeLove Diterjemahkan dari Bahasa Inggris ke Bahasa Indonesia : Rosie Saya hanya berbagi, saya tidak memiliki hak cipta atas...