Bab 21 : Ia Benar-benar Mengingatnya

1.3K 72 0
                                    

Meskipun Mai Ding telah meminta dengan sungguh-sungguh pada An Su untuk membiarkan mereka bersama, ia mengerti hal itu tak akan mudah. An Su tak akan membiarkan mereka begitu saja hanya karena Mai Ding bersikeras akan cintanya kepada An Ziyan. An Su pun akan bersikeras.

Selama ini ia telah berusaha memisahkan mereka tetapi tak pernah berhasil. Mai Ding juga telah menerima hal itu sebagai bagian dan bingkisan tambahan dalam kehidupannya bersama An Ziyan. Ia percaya, seiring berjalannya waktu, An Su akan menerima mereka dan mengakui kalau adiknya menjalani hubungan sesama jenis.

Tahun ajaran sekolah akan segera berakhir. Liburan musim dingin akan segera tiba dan bagi Mai Ding, waktu mengalir begitu saja. Semua orang sangat bersemangat. Li Ming bersenandung sambil menyeret kopernya keluar kamar. Mai Ding juga beres-beres dikamarnya, bersiap untuk pergi.

"Apa kau mau berkumpul denganku nanti malam?" Li Ming bertanya.

"Apa kau bercanda. Ini hari terakhirku di sekolah dan kau ingin aku menghabiskannya denganmu?" Balas Mai Ding.

Li Ming mengedikkan bahu. "Nampaknya, persahabatan kita hanya bernilai saat kau sedang dalam masalah."

"Baguslah kalau kau tau." Mai Ding melanjutkan.

"Semakin lama kau bersama An Ziyan, kau semakin tak punya hati."

Karena Li Ming membahasnya, Mai Ding menjadi ingin tau apakah An Ziyan telah menyelesaikan kelas terakhirnya. Ia langsung berlari ke pintu sebelah untuk memeriksa apakah pria itu ada disana. An Ziyan tidak berada di kamarnya. Dari teralis, ia melihat kebawah dan melihat An Ziyan ditengah kerumunan dan meskipun mereka telah bersama selama beberapa waktu, melihay wajahnya tetap membuat Mai Ding tersenyum cerah.

"An Ziyan!" Mai Ding berteriak dari lantai lima.

"Idiot." Pikir An Ziyan saat ia melihat ke atas.

Liburan akan segera dimulai dan Mai Ding merasa sedikit kesal karena itu berarti sebulan kedepan ia baru bisa bertemu An Ziyan lagi. Ia telah terbiasa hidup dengan An Ziyan, semua ejekan sarkastiknya, bahunya yang dingin, saat-saat langka dimana ia bersikap lembut dan romantis... Sudah cukup bagi Mai Ding. Dengan adanya liburan, akan lebih sulit bagi mereka berdua untuk bertemu. Dalam pikirannya, Mai Ding berpikir ia tak boleh melewatkan setiap kesempatan untuk bersama An Ziyan dan sebelum ia menyelesaikan pikirannya, ia berlari menuruni tangga untuk menemui An Ziyan bahkan sebelum An Ziyan sampai di lantai lima.

Begitu bertemu An Ziyan, ia berkata, "Kita harus merayakan hari terakhir kita bersama."

"Memang kenapa? Apa kau akan mati besok?"

"Yang benar saja! Bisa-bisanya kau mengatakan hal gila semacam itu disaat tahun ini akan segera berakhir? Bukankah liburan dimulai besok? Berhenti berpura-pura. Aku tau kau akan merindukanku." Mai Ding memaksakan.

"Kau tak perlu mengkhawatirkan hal itu."

Mai Ding tak ingin melanjutkan. Entah mengapa ia merasa hari ini adalah gilirannya untuk 'menyiksa' An Ziyan. Lagipula, dia berada dibawah belas kasihan An Ziyan selama ini. Ia tau An Ziyan benci berbelanja. Oleh karena itu, dengan wajah polos, Mai Ding berkata, "Temani aku berbelanja hari ini. Ada beberapa barang yang harus aku beli..." Tanpa menunggu Mai Ding menyelesaikan kata-katanya, An Ziyan berlalu. "Hanya sebentar saja." Mai Ding berusaha membujuknya.

"Tak bisa."

"Dapatkah kau bersikap selayaknya seorang kekasih? Bersamaku selama sehari saja. Anggaplah kau memberiku angpaw tahun baru."

Beberapa minggu yang lalu, ia menganggap An Ziyan sebagai sinterklas. Sekarang ia ingin An Ziyan menjadi dewa keberuntungan.

Tanpa memberinya kesempatan untuk berdalih, Mai Ding menyeret An Ziyan bersamanya.

Will You Still Love Me Even If I'm A Man?~Indonesia VersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang