Satu (Datang Ke Seoul)

5K 384 21
                                    

First Meeting

Happy Reading...

####

Incheon Airport

Gadis bersurai hitam itu tersenyum menatap sekitarnya. Senyum cantik itu terus merekah diwajahnya. Orang-orang berlalu lalang disekitarnya. Gadis itu membenarkan letak tas punggungnya, tangan kanannya menarik koper besar miliknya. Melangkah keluar dari bandara terbesar di Seoul itu.

Ini kedua kalinya ia datang ketanah kelahirannya. Ia memang lahir disini, namun entah mengapa ia bisa sampai di Jerman. Disebuah panti asuhan. Dulu saat disekolah menengah atas, ia pernah datang kekorea untuk mencari seseorang atau tentang masa lalunya. Namun semua sia-sia, ia pun kembali ke Jerman.

Umurnya sudah menginjak 24 tahun, selesai kuliah dikedokteran dan mengabdikan dirinya dirumah sakit kecil yang berada tak jauh dari panti asuhan tempat tinggalnya.

Ia datang ke Seoul untuk bekerja disalah satu rumah sakit terbesar diSeoul. Awalnya ia menolak dengan keras, ibu pantinya membujuknya. Ia ingat apa yang ibu pantinya katakan.

"Sudah waktunya, cari lah sesuatu yang kau inginkan. Apapun itu. Sudah saatnya untukmu bahagia dengan arah jalan yang kau impikan. Jika merindukan tempat ini. Datanglah, tempat ini selalu terbuka untukmu"

Sebenarnya jika ia ingin bekerja, ia bisa bekerja dirumah sakit dibeberapa kota besar diJerman. Tapi salah satu pastur gereja memberi tahu dirinya untuk bekerja dirumah sakit di Seoul. Ia menerimanya, mungkin ini takdirnya pikirannya saat itu.

Rose. Biasa ia dipanggil. Bahasa Koreanya tidak begitu lancar, ia selalu menggunakan bahasa Jerman dan Inggris setiap harinya.

Ia menghela nafasnya melihat jam tangannya yang menunjukan pukul 11 malam. Perjalanan dari Jerman ke Korea memang jauh, ia pikir akan sampai tadi pagi diSeoul tapi ternyata malam. Tapi ia tak khawatir, masih banyak taksi yang menawarkan jasanya.

Rose sudah memilih taksi yang akan mengantarnya menuju ke Gereja yang akan ia tuju. Merebahkan dirinya pada kursi penumpang. Dilihatnya sekitar jalanan Seoul, sudah malam namun masih tetap indah. Ia tak henti-hentinya berucap kagum dengan keindahan Korea dimalam hari. Pemandangan yang cantik.

Ponselnya berdering, Pastur Kim menghubunginya.

"Kau sudah sampai Rose?" Tanya sang pastur diseberang sana.

"Iya pastur Kim, baru saja."

"Kau sudah memiliki alamat gerejanya kan? Begini, saya meminta maaf. Saya sedang diBusan. Adik saya kemarin kecelakaan, jadi saya tidak bisa menjemputmu."

"Ah... tidak apa-apa pastur Kim. Saya sudah menaiki taksi. Saya akan langsung kegereja"

"Baiklah, sekali lagi saya sangat menyesal. Maafkan saya, oh iya jangan lupa tempat tinggalmu dibelakang Gereja untuk sementara. Saya akan mencarikan apartemen untukmu secepatnya."

"Saya mengerti Pastur Kim. Salam untuk adik anda, semoga cepat sembuh. Tuhan memberkati"

"Iya terimakasih. Saya tutup, hati-hati"

Tut...

Rose menaruh kembali ponselnya ditas punggungnya. Ia kembali melihat keluar kaca jendela. Sayang jika harus melewatkan pemandangan yang sangat indah.

Kening Rose mengkerut, ia memicingkan matanya memastikan penglihatannya. Serasa sudah cukup jelas, ia dengan segera menghentikan taksinya.

"Berhenti sebentar Ahjussi" Rose membuka pintu taksinya. Jalanannya sepi, hanya ada satu atau dua kendaraan yang lewat disana. Rose berlari mendekat kearah seseorang yang tengah kesakitan dipinggir jalan, dengan luka dikakinya. Jiwa dokternya bangkit.

FeelingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang