Empat (Benci jatuh cinta)

2.1K 242 8
                                    

Feeling



Part 4



~~~~~~



Malam telah berlalu, pagipun menyapa. Matahari sudah tersenyum hangat menyinari bumi. Rose baru saja selesai memasak, ia menaruhnya di meja kecil.



Daniel perlahan membuka matanya, menggeliat pelan. Nyawanya sudah sepenuhnya pulih, ia tersenyum melihat Rose yang baru saja duduk didepan meja kecil yang dipenuhi makanan. Daniel melihat jam tangannya, sudah pukul 8 pagi.



Daniel melangkah mendekati Rose dan duduk didepan Rose. Rose seperti tak menyadari Daniel disana. Ia juga tidak berniat membangunkan Daniel.



Mungkin Rose marah



Daniel mengerti, ia mulai makan yang diberikan Rose. Walaupun tidak melihatnya tapi Daniel tahu Rose memiliki hati yang baik. Ia tidak mungkin akan membiarkan dirinya kelaparan. Pasti.



Daniel tersenyum seraya memakan makanannya dengan pandangan yang tertuju pada Rose. Rose makan dengan tenang, wajahnya tak memandang apapun kecuali makanan didepannya.



"Kau marah padaku?" Tanya Daniel memecahkan keheningan.



Sudah tahu mengapa bertanya?



Rose diam tak menjawab pertanyaan Daniel.



"Maafkan aku, salah sendiri kau memiliki bibir yang indah. Aku tidak bisa menahan godaannya" uacapan Daniel benar-benar tanpa rasa bersalah sedikitpun. Karena Daniel memang tidak menyesal melakukannya.



Bukannya menyesal tapi sebaliknya. Oh Daniel.



"Apa aku terlihat seperti wanita murahan yang mudah kau sentuh sesuka hatimu tuan" Rose menatap tajam Daniel.



Daniel menormalkan kan perasaannya, niatnya membuat Rose lebih baik tapi sepertinya sebaliknya.



"Tidak, bukan seperti itu Rose."



"Lalu apa? Kau menyentuh sesukamu seolah-olah aku wanita yang begitu rendahan dimatamu. Atau kau hanya hidup dengan mereka-mereka yang dengan mudah memberikannya padamu"



"Maafkan aku, tapi aku benar-benar tidak bermaksud seperti itu. Jangan salah paham Rose"



"Lalu apa? Apa yang membuatmu melakukannya tanpa berpikir panjang. Tanpa berfikir akibatnya setelah kau melakukannya"



"Aku.... aku terpesona olehmu. Kau membuatku jatuh cinta Rose" Daniel bernafas lega, ia bersyukur bisa mengatakannya dengan jelas. Bagus, kau pria jantan pikirnya.



"Jatuh cinta? Hah. Kau yakin tuan?" Nada suara Rose seperti meremehkan.



"Tentu saja. Kau tau, kerja jantungku bertambah cepat jika selalu bersamamu" Bagus Daniel, katakan saja semua yang kau rasakan. Mungkin itu bisa membuat Rose mengerti perasaanmu dan membalasnya. Semoga.



"Simpan saja cintamu tuan"



"Tentu saja akan aku simpan. Dihatimu" Daniel tersenyum senang, semoga Rose tidak marah lagi. Semoga.



"Aku benci jatuh cinta. Aku tidak percaya dengan cinta" jawab Rose dengan memberikan penekanan diakhir kalimatnya. Raut wajahnya semakin marah.



Rose sudah muak. Menurutnya jatuh cinta itu menyebalkan.



"Kau yakin?" Daniel tersenyum dengan tatapannya pada Rose.



"Tentu saja." Jawab Rose mengangguk pasti.



"Lalu bagaimana dengan rasa yang kau berikan pada ibu panti asuhanmu, adik-adikmu, saudara-saudaramu dipanti asuhan. Dan pasienmu. Bukankah itu juga cinta."



"Rasa cinta yang berbeda tuan. Cinta yang tulus tanpa pamrih, tanpa saling menyakiti"



"Waw, kau sudah salah mendefinisikan tentang cinta nona. Terlalu negative pandangamu tentang cinta yang lain. Bagaimana denganku? Apa kau tidak terpesona padaku?"



Rose menggeleng jujur



"Lalu mengapa kau menolongku? Atas dasar perasaan seorang dokter kepada orang yang terluka?"



Kali ini Rose mengangguk.



"Bagimana jika suatu saat nanti kau jatuh cinta padaku, maksudku cinta yang berbeda dari seorang dokter pada pasien, buka juga sebagai teman tapi sebagai wanita dan laki-laki" Daniel tersenyum diakhir kalimatnya.



"Sudahlah tuan, aku benar-benar benci jatuh cinta pada seorang pria. Itu hanya akan berakhir dengan saling menyakiti. Aku nyaman hidup sendiri, tanpa harus ada rasa resah karena merindukannya. Tanpa harus ada rasa kecewa saat melihatnya bersama wanita lain. Tanpa harus ada rasa gelisah karena dia tidak selalu ada didekatku."



"Baiklah, jika kau sudah merasa jantungmu terus berdebar karenaku kau harus katakan padaku. Jika kau merindukanku kau harus katakan padaku. Jika kau ingin selalu bersamaku kau harus katakan itu. Kau mengerti. Aku pasti bisa membuatmu merasakan itu."



"Cari wanita lain tuan."



"Tidak mau. Ini masalah takdir Rose. Tuhan mentakdirkan kita bertemu"



"Ya tapi sebagai orang yang saling tolong menolong. Tidak lebih." Rose menghela nafas panjangnya "Bagimana mungkin kau bisa mengatakan jika kau jatuh cinta padaku, padahal kita baru pertama kali bertemu tadi malam. Kau hanya berbohong kan?"



"Takdir Tuhan. Kau pasti paham benar tentang takdir Tuhan yang luar biasa, ya kan?" Daniel merasa bangga dengan jawaban kali ini. Iya yakin Rose tidak akan mengelaknya lagi.



"Terserah kau saja" Rose bangkit dari duduknya. Membawa peralatan makan lalu mencucinya.



Daniel melihat punggung Rose, dengan senyuman dibibirnya yang terus ada.



Ia hanya yakin bisa membuat Rose jatuh cinta padanya.



Rose melihat Daniel yang masih duduk didepan meja kecil seraya menatapnya.



Apa lelaki itu akan terus duduk tersenyum mengerikan padaku? Batin Rose bergidik ngeri.



"Apa kau akan tetap duduk disana tuan? Bersihkan dirimu. Kau bahkan belum membasuh wajahmu tapi sudah sarapan. Ck"



Daniel tersenyum kikuk. Astaga ia malu dengan kebiasaannya. Daniel bangkit lalu membersihkan dirinya.



Next...

Typo adalah kebiasaan buruk saya :(

19092017

FeelingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang