~~~
Lembayung sore sudah hadir. Pertanda malam akan segera menyapa. Seorang gadis tengah duduk seraya menghembuskan nafas panjangnya. Ia begitu lelah, terlihat dari wajahnya namun ia juga merasa bahagia secara bersamaan. Gadis itu membenarkan posisi duduknya, seraya menatap matahari yang sebentar lagi akan menghilang.
"Hai senja, lama tidak melihatmu" Rose begumam seraya tak melepaskan pandangannya pada sang tata surya yang tak pernah berhenti memberikan sinar kehidupan kepada bumi. Rose mengatupkan kedua tangannya, saling menggenggam erat lalu ia letakan didepan dadanya.
'Ayah ibu, apa kalian bahagia disana? Aku merindukan kalian. Senja, tolong sampaikan pada kedua orang tuaku. Aku sangat mencintai mereka, aku juga merindukannya. Tuhan, berkati aku dengan kebahagiaan. Damai bersamamu' batinnya. Selesai berdoa tak lantas membuat kedua bola matanya terbuka.
Rose menikmati semilir angin sore yang menyejukan wajah serta hatinya. Ia bersyukur ada kolam kecil ditempat Daniel membawanya.
Tanpa Rose sadari, Daniel sudah duduk disampingnya. Kakinya ia lipat diatas rumput. Ini tempat kesukaannya, berada ditepi kolam yang tidak bisa dibilang kecil namun juga tidak besar. Ukurannya pas. Dulu, tempat itu begitu tak terawat tapi Daniel dengan setia selalu datang untuk membersihkannya. Memang sedikit jauh dari rumah panti asuhan, sekitar 50 meter lebih. Namun sekarang ia membuat danau itu menjadi lebih menarik dan indah. Jangan lupakan juga, bersih. Karena Daniel membayar orang untuk selalu membersihkannya.
Ekor mata Daniel selesai mengagumi tempat yang tak pernah bosan datangi. Karena memang disinilah semua keluh kesah Daniel tersalurkan. Daniel membenarkan posisi duduknya berada didepan Rose, ia saat ini tengah menatap Rose. Kedua tangannya ia gunakan untuk menopang wajahnya.
Daniel terpana untuk kesekian kalianya. Wajah itu tengah tersenyum dan begitu terlihat sangat cantik, meskipun kedua matanya tengah terpejam namun tak mengurangi keindahannya sedikitpun. Bibir itu, kedua pipi berisinya, hidungnya yang sedikit mancung, rambut hitamnya. Ah Daniel bahkan tak pernah bosan melihatnya. Jatuh cinta berkali-kali.
Seperti sebuah magnet yang menarik tubuhnya, Daniel berusaha menahannya tapi gagal. Wajahnya perlahan mendekat kearah wajah Rose yang masih belum terbuka kedua matanya. Daniel tahu itu salah, tapi sungguh ia juga tersiksa. Pikirannya memintanya berhenti tapi tubuhnya terus mendorongnya. Hingga pada jarak yang begitu dekat, mata indah milik gadis itu terbuka.
Deg
Tidak ada yang bergerak diantara mereka berdua. Kedua mata Rose tepat menatap kedua bola mata Daniel. Rose merasakan debaran jantungnya yang tiba-tiba hadir, desiran hebat itu menelusuk kedalam uluh hatinya. Ia mulai nyaman dengan mata itu. Namun sedetik kemudian kesadarannya kembali. Ia berusaha memalingkan wajahnya, tapi semua terasa kelu. Ada apa dengannya?
Daniel diam dalam pikirannya. Kejadian seperti ini sudah ia dan Rose alami beberapa jam yang lalu. Tapi Daniel bukan orang yang bisa dengan mudah menarik tubuhnya jika sudah berada didekat Rose. Daniel terus bermonolog, hingga kesadarannya membuat ia berujar.
"Aku melihat masa depanku dimatamu Rose" Daniel mengucapkannya dengan sepenuh hatinya. Ini kebenaran yang hadir langsung dari hatinya.
Dan Rose mencoba menampik lagi rasa yang mulai hadir disana. Ia mencoba membuat dinding pembatas untuk Daniel agar tak masuk lebih dalam dan bertahan disana. Ia hanya takut. Takut.
"Kau membuat pemandangannya jadi tidak bagus" Rose menarik dirinya, mundur dari Daniel namun tidak jauh.
'Jangan berdebar lagi, aku takut ia mendengarnya' batin Rose mengalihkan pandangannya menatap air tenang didepannya walaupun ada Daniel yang masih belum bergerak tapi ia tetap bisa melihat air didanau cantik itu.
Mata Daniel masih belum melihat kearah lain. Ia masih tetap menatap Rose.
"Aku merasa jantungmu berdebar. Aku seperti mendengarnya" tanya Daniel dengan tatapan mata menyelidik. Rose kikuk, ia tak tahu harus berbuat apa. Memang jantungnya berdebar tapi ia berusaha menampiknya. "Salah tingkah artinya menyembunyikan kebenaran"
"Memangnya tidak boleh jantungku berdebar? Bukankah jantung manusia memang selalu berdebar, jika tidak berarti manusia itu sudah berhenti hidup didunia ini" elaknya lagi. Semoga saja Daniel berhenti menanyakannya lagi.
"Hahaha, wajahmu itu merona Rose. Sudahlah, kau selalu saja mengelak. Ayo kita pulang" Daniel bangkit lebih dulu lalu diraihnya tangan Rose tapi Rose menolaknya.
"Aku bisa sendiri, kakiku masih baik-baik saja" Rose bangkit dari duduknya. Membersihkan celana panjangnya dibagian bokongnya yang terlihat sedikit kotor karena dirumput.
"Aku hanya ingin menjadi orang yang kau butuhkan, sekalipun kau bisa melakukannya sendiri" Daniel tersenyum tulus. Dan untuk kesekian kalinya, ada desiran aneh dihati Rose.
"Astaga, perkataanmu selalu menyebalkan tuan" Rose berjalan lebih dulu. Menormalkan debaran jantungnya, ia hanya takut Daniel mendengarnya.
"Tapi kau selalu tahu jika aku tulus mengatakannya" Daniel berlari kecil mengejar langkah Rose lalu menarik tangan Rose.
Langkah kaki Rose terhenti karena Daniel mengehntikannya dengan menarik tangan kanannya. Lalu dirinya melihat kearah Daniel.
"Aku tahu Rose, rasa itu sudah tumbuh. Katakan sejujurnya padaku" Ujar Daniel dengan wajah seriusnya, "apa kau takut dengan perasaanmu?" Tanya Daniel yang sepertinya mengerti dengan tatapan mata Rose.
Rose masih terdiam
"Apa yang kau takutkan heum?" Daniel berujar lagi.
Rose menunduk, menatap kedua kakinya. Ia mimilih menghindari tatapan Daniel.
"Apa kau takut aku akan menyakitimu? Apa kau takut aku akan membuatmu menangis? Apa kau takut aku seperti seseorang dimasa lalumu? Rose percayalah, setiap manusia itu berbeda. Mungkin itu cara Tuhan untuk membuatmu kuat tapi tidak membuatmu takut seperti ini."
"Maaf, tapi aku tidak bisa. Kita berbeda" jawab Rose akhirnya. Ia sadar disetiap negara atau dimanapun. Harta dan jabatan selalu jadi alasan. Ia hanya takut seperti masa lalunya, yang ditolak mentah-mentah oleh orang tua kekasihnya hanya karena ia dari panti asuhan.
"Kau belum mencoba?"
"Aku sudah pernah mencobanya. Dan itu berakhir buruk, sangat buruk. Aku tidak bisa, tolong hilangkan rasa yang sudah ada itu"
"Aku bukan kau yang bisa dengan mudah menolak rasa yang sudah hadir dihatiku. Tapi aku akan benar-benar menyerah jika kau memang tidak memiliki rasa yang sama denganku"
"Aku pernah mendengar perkataan yang sama seperti ini dan pada akhirnya memang harus berakhir. Sebelum terlambat menyesal dikemudian hari. Maka hentikan semua ini."
"Tapi kau menyukaiku Rose"
"Aku tidak menyukaimu! Sudah, hentikan semua ini. Dan berbahagialah dengan hidupmu. Aku yakin bukan aku yang akan menjadi bahagiamu" Rose memilih melangkah lebih dulu meninggalkan Daniel yang masih terdiam menatap punggung Rose.
Tanpa Daniel tahu air mata Rose sudah mengalir dikedua pipinya. Ia berbohong tentang hatinya.
'Maaf, tapi memang ini yang terbaik' batin Rose yang mencoba untuk menghentikan air matanya namun gagal.
Daniel menghela nafas panjanganya. Ia terluka, begitu terluka. Tapi ia tersenyum setelahnya, tersenyum getir. Miris melihat dirinya sendiri.
'Aku tahu dia pasti berbohong tapi apa yang harus aku perjuangkan sekarang jika ia memilih mundur?
Next...
Maaf lama gus..... ;) semoga suka sama ceritanya. Amiin.
13102017
KAMU SEDANG MEMBACA
Feelings
Fanfictiondiawal pertemuan yang tak disengaja itu, Daniel jatuh cinta pada Rose. gadis yang sudah menolongnya. hingga cinta tumbuh dengan subur, membuat Daniel tak ingin menyerah untuk mendaparkan Rose. bagaimana kisah Daniel yang berusaha mendapatkan Rose...