####
Daniel mengusap wajahnya kasar. Ia merasa sudah melakukan hal yang keterlaluan. Malam itu ia memarahi wanita yang ia cintai, tidak seharusnya kan ia lakukan? Bukankah mencintai seharusnya melindungi bukan menyakiti. Pantas saja hatinya masih dipenuhi oleh wanita itu, bahkan pikirannya tidak ingin melupakannya walau hanya sejenak.
Hahhh...
'Maafkan aku' ujarnya dalam hati, kedua bola matanya masih menatap layar monitor yang menampilkan ibunya juga Rose. Daniel tahu pasti Rose merasa tertekan juga ketakutan, kasihan dia. Pantas saja malam itu Rose ingin memeluknya, Rose memerlukan sandaran untuk sejenak membagi kegundahan hatinya. Tapi dirinya tidak menyadarinya. Ia malah melakukan hal yang lebih menyakitkan, menambah beban dihatinya.
Daniel memastikan dirinya akan menebus kesalahannya. Pasti, pasti akan ia lakukan. Ia tidak akan membuat Rose menjauh darinya lagi, apalagi membiarkan Rose bersama pria lain.
Tidak!
Itu mimpi buruk
"Jadi bagaimana tuan?" Tanya si pria berjas hitam itu. Daniel mengingat kembali dengan sepupunya. Yah, pria itu. Saat ini ia memang harus memberi pelajaran untuk sepupunya agar jera. Dan berhenti menganggu hidupnya juga keluarganya.
"Dengarkan aku" Daniel berdiri tegap memberikan interupsi, "kau dan anak buahmu sekarang begerak tapi ingat. Berjalanlah dikoridor rumah sakit dengan santai, jangan biarkan para pasien merasa takut. Aku akan menyusul. Tunggu aku diparkiran, jangan lupa panggil polisi"
"Saya mengerti tuan. Laksanakan"
Daniel mengangguk lalu melangkahkan kakinya keluar dari ruang keamanan. Ia melihat karyawan bagian keamanan sudah berjalan menuju lift.
Kini giliran Daniel yang mulai melangkahkan kakinya menuju lift. Ia mulai menekan tombol menuju lobi rumah sakit. Di dalam lift hanya ia sendiri, karena lift ini khusus untuk dirinya dan juga lift khusus untuk keadaan darurat.
Ting
Lift itu terbuka bersamaan dengan ekor matanya yang menangkap wajah Rose. Rose ada didepan lift, lift sebelah. Daniel tersenyum, direlung hatinya seperti ada ribuan bunga yang mekar indah disana. Ia berjalan mendekat kearah belakang Rose. Wanita itu tidak menyadarinya.
Happ
"Oh!" Rose terkejut saat seseorang memeluknya dari belakang, "lepaskan! Jangan kurangajar! Atau aku akan panggil keamanan! Lepaskan aku" Rose berusaha melepaskan pelukannya, meronta dengan sekuat tenaga yang ia miliki. Orang-orang disekitar Rose ingin membantunya namun Daniel memberikan perintah lewat wajahnya untuk tidak membantunya.
"Aku merindukanmu" Daniel mendekatkan wajahnya keleher Rose yang ditutupi rambut hitamnya. Rose berhenti meronta, tubunya menegang seketika saat indra pendengarannya menangkap suara khas seorang pria. Ia mengenalinya "aku benar-benar merindukan mu Rose" Daniel semakin mengeratkan pelukannya, kedua tangannya saling bertautan erat diperut Rose.
Ting
Pintu lift terbuka. Orang-orang mulai keluar dan masuk lift. Pandangan mereka sama, menatap dua orang yang melakukan skinship didepan lift. Hingga lift kembali tertutup, disana hanya menyisakan Rose dan Daniel yang masih belum beranjak.
"Maafkan aku, heum" Daniel mencium rambut Rose lalu kembali ia taruh kepalanya diatas bahu kiri Rose. Wanita itu masih diam dengan keterkejutannya.
"T... tuan?" Rose akhirnya bisa mengeluarkan suaranya setelah beberapa saat ia seperti kehilangan oksigennya, "apa yang kau lakukan?" Rose berujar lagi. Hatinya berdebar hebat sekarang.
Pikirannya mulai bekerja mencerna tindakan Daniel yang tidak wajar menurutnya. Bukankah beberapa hari yang lalu mereka bertengkar dan Daniel meninggalkannya dengan kemarahannya. Ia pikir pria itu sudah membencinya. Tapi sekarang apa yang pria itu lakukan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Feelings
Fanfictiondiawal pertemuan yang tak disengaja itu, Daniel jatuh cinta pada Rose. gadis yang sudah menolongnya. hingga cinta tumbuh dengan subur, membuat Daniel tak ingin menyerah untuk mendaparkan Rose. bagaimana kisah Daniel yang berusaha mendapatkan Rose...