~~~
Sinar matahari siang itu begitu terik. Daniel membawa Rose ke sebuah tempat yang membuat senyum Rose mengembang saat itu juga. Bahkan Rose tak henti-hentinya menatap Daniel hanya untuk berterimakasih.
Sebuah tempat yang asing bagi Rose namun terasa nyaman. Bangunan yang cukup besar dan pelataran lapangan yang juga luas serta ada taman buatan yang dipenuhi bunga-bunga berbagai macam jenis. Itu membuat siapapun menatapnya akan berdecak kagum dengan tumbuhan cantik dengan berbagai warna indah.
"Panti Asuhan Dong-hwi." Bacaan Rose sedikit lebih baik. "Bacaanku masih buruk, bagaimana aku berkomunikasi dengan mereka" wajah yang menggemaskan itu berubah. Daniel melihat kearah Rose lalu tersenyum.
"Tidak apa-apa. Panti asuhan kami seperti asrama. Ada saatnya kita berbicara dengan menggunakan bahasa asing. Bahasa inggris dan Cina."
"Benarkah?" Tanya Rose yang secara alami berjalan mendekati Daniel dengan senyum mengembang diwajahnya.
Deg deg deg
Jantung Daniel berdebar lagi. Debaran yang sudah membaik sejak beberapa jam yang lalu namun kini mulai kembali bahkan lebih cepat. Tingkah kikuk Daniel benar-benar menggemaskan. Gerakan tangan ditengkuknya yang tak lupa ia lakukan jika dalam keadaan seperti ini.
"Jangan mendekat atau aku tidak bisa menahan keinginanku." Jawab Daniel seraya melihat karah lain.
Rose tersadar. Jangan sampai kejadian semalam akan menimpanya lagi. Ia benci itu.
"Jangan lakukan itu lagi tuan, aku membencinya" Rose kembali ketempat berdirinya semula. Menjaga jarak 1 meter dari Daniel. Jaga jarak untuk mengamankan dirinya.
"Aku mengerti tapi jika hatimu sudah terbuka untukku. Jangan salahkan aku jika suatu saat aku akan terus melakukannya. Kau akan selalu terkejut, dan wajahmu merona"
Thinggg
Daniel memberikan kedipan mata untuk Rose. Percayalah, itu hanya cara Daniel untuk menyembunyikan kegugupannya. Dan tanggapan Rose hanya mengendikan kedua bahunya lalu membuang wajahnya.
"Aku dulu berada disini. Ditempat ini" Wajah Daniel berubah, detak jantungnya sudah normal kembali. Ia tersenyum melihat kedepannya. Rumah pertamanya, rumah kebahagiaannya. Sungguh, ia begitu merindukan tempat ini. Sepertinya sudah sebulan ia tidak datang kesini.
"Kita bernasib sama. Tumbuh dipanti asuhan." Rindu Rose hadir kembali tentang panti asuhannya di Jerman. Baru satu hari ia berada di Seoul tapi ia sudah merindukan tempat tinggalnya.
"Yah, mungkin juga kita bisa berjodoh" Daniel menampilkan senyum tulusnya. Menatap Rose dengan lekat dan berdiri tepat didepan Rose.
"Kau mau terjatuh lagi?" Rose mendorong dada bidang Daniel. Daniel tidak bergerak dengan dorongan tangan Rose. Ia justru menahan tangan kanan Rose yang menyentuh dadanya. Tepat dimana jantungnya berada.
Dag dig dug
Rose merasakan debaran jantung Daniel yang begitu cepat. Mereka kini saling menatap. Daniel mengagumi mata kecoklatan milik Rose.
"Ingin rasanya aku menjadi satu-satunya yang akan kau tatap seperti ini Rose"
Mereka masih belum bergerak.
"Rose, kau tahu aku melihat wajah seorang wanita cantik"
"Benarkah?" Tanya Rose dengan polosnya. Lagi lagi. Rose kapan kau mengerti?
"Heum" Daniel mengangguk tanpa mengalihkan kedua matanya yang tetap setia menatap kedua mata Rose.
"Dimana?" Lagi. Astaga Rose
"Didepanku. Seseorang yang terlihat dikedua mataku"
Bugh
Rose dengan cepat tersadar dan refleks mendorong Daniel hingga jatuh. Daniel belum menyiapkan tubuhnya, hingga ia berhasil menyentuh tanah disana.
"Argh... Rose" Kesal Daniel.
2 kali
"Bagus Rose, sekali lagi kau lakukan ini aku yakin kau dapat piring yang cantik bahkan bisa ada tambahan gelas dan sendok" gerutu Daniel seraya bangkit. Dan Rose hanya terkekeh melihat tingkah Daniel.
"Hehehe, bukan aku yang mendorongmu tuan. Tapi mungkin ada magnet antara kau dan tanah hingga kalian selalu ingin berdekatan terutama dibagian bokongmu" tawa Rose semakin kencang. Wajah Daniel benar-benar kesal dan itu berhasil membuat tawa Rose tak bisa dihentikan. Ada rasa bahagia dihati Daniel melihat Rose tertawa. Ada rasa bahagia hadir kembali. Rasa ingin selalu membuatnya tertawa hadir lagi. Biarlah dirinya akan bertingkah konyol atau jatuh berkali-kali asal ia bisa melihat Rose tertawa.
"Sudah Rose, atau aku akan menciummu agar kau berhenti tertawa"
Dan seperti sebuah perintah, Rose langsung terdiam dan menutup mulutnya dengan kedua tangannya.
"Hahahha" Sekarang baru Daniel yang tertawa. Menggoda Rose memang menyenangkan dan Daniel sangat menyukainya.
"Ada apa ini" Suara seseorang membuat Daniel menghentikan tawanya lalu beralih pada seorang perempuan paruh baya yang masih terlihat segar. Itu Kim hyejung, ibu panti asuhannya. Wanita terhebatnya.
"Ny Jung" Panggilan kesayangannya Daniel untuk ibu panti. Jika banyak orang yang memanggilnya ibu, Daniel memanggilnya Ny Jung. Daniel memeluknya erat, begitu erat. Daniel begitu merindukannya. Sangat.
"Sudah sudah, ada kekasihmu. Jangan memelukku seperti itu. Nanti dia cemburu" Ny Jung mencoba melepaskan pelukannya tapi Daniel masih enggan.
"Dia bukan kekasihku Ny Jung, but my future wife" Daniel menjawabnya dengan bahasa inggris, sengaja agar Rose tahu.
Jika saja tidak ada wanita yang disebut Ny Jung, Rose pasti akan memukul Daniel. Entahlah, tangannya ingin menyentuh bahu Daniel dengan keras. Hingga membuat Daniel merintih. Untuk saat ini Rose akan menundanya.
"Ada apa. Kau ada masalah?" Ny Jung mengusap punggung Daniel. Selalu seperti ini. Daniel akan datang padanya dan memeluknya lama hingga Daniel merasa lebih baik. Selalu seperti ini jika ada masalah.
"Tetap sehat Ny Jung agar aku selalu bisa memelukmu dengan erat. Aku rindu, berada disampingmu seperti ini"
Rose mengerti. Ia juga seperti itu. Ia merasakan apa yang Daniel rasakan saat ini. Ia menemukan sisi lain Daniel.
"Datanglah lebih sering, agar kau bisa memelukku seperti ini" Daniel baru melepaskan pelukannya. "Oh anakku sudah besar, kau semakin tampan nak" Ny Jung mengusap wajah Daniel dengan kedua tangannya. Mengusap sayang kepada anaknya. Anak asuhnya dulu.
Daniel mengangguk. Air matanya mengapung dikedua bola matanya. Rose malihat itu, melihatnya dengan jelas. Daniel menangis tanpa suara. Air matanya begitu jelas, namun dengan cepat Daniel memasukkannya kembali. Pria memang selalu gengsi untuk menangis.
Sisi lain Daniel yang Rose tahu lagi.
"Ah yah, aku membawa banyak hadiah untuk adik-adikku" Daniel menunjuk kearah mobil terbuka yang datang beberapa menit yang lalu. Rose bahkan tidak tahu kapan Daniel memesannya"
"Terimakasih. Semoga hidupmu semakin lebih baik lagi tanpa kekurangan"
"Hidupku tidak akan berkurang jika kau tetap sehat Ny Jung"
Ny Jung mengangguk tersenyum.
"Aku akan bahagia bisa hidup sampai kau menikah Daniel"
Daniel mengangguk. Daniel memeluk lagi Ny Jung.
###
Daniel dan Rose duduk disebuah bangku panjang dekat taman. Dibawah pohon besar yang bisa melindunginya dari sinar matahari.
"Kau memanggilnya Ny Jung bukan eomma" Tanya Rose memulai pembicaraan. Pandangannya menatap kearah lapangan yang cukup luas, ada banyak anak laki-laki bermain sepat bola. Sedangkan anak perempuan bermain ditaman. Ada juga yang bermain diayunan, atau berlarian.
Hahhh
Rose merindukan rumahnya di Jerman. Tapi ia bersyukur ini caranya mengurangi kerinduannya. Ia berterimakasih dengan tulus pada Daniel.
"Karena aku tahu eomma akan berubah menjadi nenek. Aku hanya tidak ingin Ny Jung menjadi tua dan pergi untuk selamanya"
"Tapi semua orang akan pergi meninggalkan orang-orang yang mereka cintai" Rose memikirkan banyak hal. Ia juga benci merasakan sakitnya ditinggal semua orang begitu ia cintai.
'Dan aku tidak ingin kau juga meninggalkanku Rose' batin Daniel
"Sebelum aku hidup dengan eomma dan appa angkatku serta Sohyun aku lebih dulu tinggal bersama Ny Jung. Tangan lembutnya tak pernah lelah mengusap kedua pipiku. Walaupun banyak orang yang harus ia urus, ia tak pernah berubah menyayangiku. Aku yang begitu sangat nakal, menyebalkan tapi Ny Jung selalu tersenyum kearahku. Seakan ia tahu, ini caraku marah dengan keadaan."
"Tempat pertama memang selalu tak terlupakan"
Daniel mengangguk setuju. Daniel beralih memandang wajah Rose. Beberapa rambut Rose terkena angin, dan beberapa kali juga Rose mencoba merapikannya kembali. Wajah itu begitu membuatnya tenang.
Semoga Daniel akan selalu melihat wajah itu. Selalu dan semoga akan selamanya.
"
Rose masih terdiam ditempat yang sama seperti beberapa jam yang lalu. Melihat beberapa anak-anak yang tengah bermain dilapangan. Ada juga yang bermain ditaman. Rose menyukai pemandangan ini. Setidaknya rindunya sedikit terobati.
Daniel meninggalkan Rose sendiri. Ia tengah menggendong seorang bayi kecil yang baru datang ke panti asuhan sebulan yang lalu.
Bayi yang saat itu mungkin baru berusia satu bulan. Kasihan sekali, orang tuanya meninggalkannya didepan pintu panti asuhan. Daniel yang saat itu, pagi itu berkunjung senang melihat anggota keluarga yang baru. Bayi kecil yang begitu cantik. Daniel bahkan memberinya nama Minyoung, Kang Minyoung.
Rose mengalihkan pandangannya kearah depan pintu panti asuhan. Ia melihat Daniel yang tengah menggendong bayi kecil. Rose melihat senyum Daniel yang begitu tulus. Seperti seorang ayah kepada putrinya. Apakah dulu ia juga disayang seperti itu oleh ayahnya? Ah sudahlah berhenti memikirkannya atau dirinya akan terluka lagi.
Kedua sudut bibir Rose terangkat. Lagi, ia melihat sisi lain Daniel.
Next....Biar gampang buat imaginasinya nih aku kasih pict Rose dan Daniel dikejadian hari ini.
Nggak bisa cepet ya untuk kedepannya tapi nggak tau juga. Nggak janji. Kalau udah selesai pasti langsung aku post. Jangan lupa vment nya. Thanks...28092017
KAMU SEDANG MEMBACA
Feelings
Fanfictiondiawal pertemuan yang tak disengaja itu, Daniel jatuh cinta pada Rose. gadis yang sudah menolongnya. hingga cinta tumbuh dengan subur, membuat Daniel tak ingin menyerah untuk mendaparkan Rose. bagaimana kisah Daniel yang berusaha mendapatkan Rose...