Delapanbelas (Pergi)

1.1K 142 10
                                    

####

Gadis bersurai hitam panjang itu masih setia duduk disebuah kursi panjang di taman dekat rumah sakit tempat ia kerja dulu. Ia sudah diberhentikan secara paksa oleh pemilik rumah sakit. Gadis itu masih tertunduk menahan air matanya yang masih terus mengalir dikedua pipi berisinya. Rambutnya sesekali menutup wajahnya oleh angin yang melewatinya.

Ini sudah seminggu sejak Daniel pulih dari masa kritisnya. Dan Daniel masih dalam masa penyembuhan. Dihari saat Daniel membuka matanya ia ada disana, berdiri dibalik pintu kamar inap Daniel yang tak bisa ia buka, sekalipun hanya sekedar melihat wajahnya langsung. Ibunya Daniel tidak pernah mengizinkannya.

"Apa aku benar-benar harus pergi?" tanyanya pada dirinya sendiri. Ia lelah. Sungguh, jujur setiap pagi dan sore ia selalu datang menjenguk Daniel. Ia datang saat tak ada yang menjaga Daniel. Ia datang membawa makanan yang ia buat sendiri dan berakhir dengan Daniel yang selalu menolaknya. Rose tahu dan memahaminya jika tingkah Daniel akan berbeda kepada dirinya. Dr Ong mengatakan otak Daniel ada sedikit masalah hingga ia harus mengalami lupa ingatan sementara. Semua orang Daniel ingat kecuali dirinya. Dan dr Ong mengatakan itu karena Rose baru datang dihidup Daniel jadi mungkin Daniel tak bisa mengingat nya.

Menyakitkan bukan?

Saat kita berusaha berada disampingnya. Bermaksud untuk diingatnya tapi berakhir dengan ejekan dan hinaan. Bekal yang selalu Rose bawa untu Daniel selalu berakhir di lantai. Rose lagi lagi hanya bisa memahaminya dan jujur ia masih bisa sabar menghadapinya beberapan hari yang lalu tapi tidak untuk kali ini, Daniel sudah membuat hatinya sangat terluka. Daniel sudah sangat berlebihan.

Flashback On

Pagi ini seperti biasa Rose datang dengan paperbag ditangannya. Ia membawa makanan untuk Daniel pagi ini. Rose menunggu sekitar 20 menit untuk memastikan jika Daniel sudah sendirian dikamar inapnya. Kali ini Rose memakai topi hitam juga jaket hitam untuk bisa masuk ke rumah sakit tanpa pihak keamanan yang melihatnya. Rose berdiri didepan pintu kamar inap Daniel. Menghela nafasnya sejenak lalu tersenyum dan ia membuka pintu yang bercat abu-abu itu.

"Selamat pagi tuan" sapa Rose memasuki kamar inap Daniel. Daniel yang sudah tahu kedatangan Rose hanya bisa tidur menyamping. Memunggungi Rose. Rose mengerti, bukan bukan pertama kalinya sikap Daniel seperti ini.

"Aku membawa nasi bola juga telur dadar kesukaanmu. Kau selalu menyukai makanan yang berbaur dengan telur" Rose membuka paperbagnya dan menyiapkan makanan untuk Daniel. Ia memegang satu tempat makanan dan berjalan memutari ranjang dan kini ia berdiri didepan Daniel. Mata Daniel tertutup, Rose menatapnya dengan hati yang terbalut kebahagiaan. Ia selalu menyukai jika melihat Daniel menutup matanya. Seperti bayi laki-laki yang menggemaskan.

"Aku membawa makanan untukmu tuan, kau selalu menyukai makanan apapun yang kumasak" Daniel masih belum membuka matanya, dan Rose masih memperlihatkan senyum untuk sikap Daniel, "apa kau sudah kenyang? Sayang sekali. Ini makasan aku buatkan khusus untukmu, apalagi telur goreng yang sangat kau sukai. Ah sayang sekali" Rose masih berusaha.

"Tuan" panggilnya lagi.

Pranggg

"Ya Tuhan!" pekik Rose terkejut.

Tempat makanan yang tadi ada ditangan Rose kini sudah berpindah kelantai. Nasi juga telur gorengnya berserakan dilantai.

Daniel membuka matanya dan kini menatap tajam Rose. Rose yang melihat itu hanya bisa berusaha menahan kuat-kuat air matanya yang sudah menggenang dipelupuk matanya. Daniel tidak pernah menyukai dirinya menangis didepannya. Ia pasti bisa menahannya.

"Aku ambil yang baru" Rose membersihkan makanan yang berserakan dilantai. Lalu mengambil yang baru untuk Daniel

Pranggg

FeelingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang