Chapter 11

1.2K 57 0
                                    

Pagi itu Rossah menerima telepon dari kakaknya yang menyuruh dia untuk kerja sambilan di tempat Anna bekerja sambilan. Rossah pertamanya protes karena dia merasa tidak kekurangan uang dan tidak harus kerja sambilan. Tapi pada akhirnya dia menyerah juga karena alasan kakaknya untuk memperkuat penyamaran, dia tahu tidak ada artinya bertekak dengan kakaknya. Karena kakaknya lebih keras kepala dari dia, bisa jadi kakaknya tiba-tiba tidak memperbolehkan dia kuliah dan memaksanya untuk menikah.

"Baiklah, akan aku tanyakan pada An apakah masi ada lowongan atau gak."

Rossah mengatakan hal ini pada Kevin, kecuali tentang penyamaran melainkan karena kakaknya ingin agar dia bisa lebih mandiri. Tanggapan Kevin membuat Rossah tercengang.

"Ide bagus. Kurasa aku juga harus kerja sambilan. Tidak enak rasanya aku menumpang di tempat mu dan kamu harus bekerja. Bagaimana kalau kita kerja bareng saja." Rossah mendengar dengan bahagia. Senang sekali dia karena sahabatnya akan kerja bareng dengannya...

"Benarkah? Kamu mau juga, Kev? Tapi jika di toko Cuma butuh satu orang, aku tidak mau. Aku harus bersama mu."

"Tentu saja. Kan sudah ku bilang kalau kita akan kerja bareng dan pastinya di tempat yang sama."

"Aku akan tanya pada Anna di kampus nanti."

Anna melangkah masuk ke dalam kelas dengan tampang bahagia sambil bersenandung kecil. Dia melihat kedua sahabatnya Rossah dan Kevin sedang duduk di kursi dan sedang memandang dirinya dengan terheran-heran.

"Apa yang membuatmu begitu bahagia, Na?" Tanya Rossah penasaran "Dan, kamu kemana semalam setelah berjumpa dengan kakakku?" Anna belum menjawab pertanyaan Rossah dan masih bersenandung sambil mengeluarkan beberapa buku pelajaran dari tas nya.

"Kelihatan yah kalau aku sedang bahagia?" ucapnya sebelum Rossah kembali bertanya.

"Tentu saja! Siapa sih yang bisa bersenandung sambil cengengesan kalau lagi galau?" pinta Rossah tak sabaran. Anna tertawa cekikikan.

"Ayok lah, Na! Cerita padaku. Ku tebak pasti ada hubungannya dengan kakakku kan? Ya kan? Ya kan?" Tebak Rossah. Dia tidak menemukan alasan lain yang bisa membuat Anna begitu senang.

"Ross." Panggilnya, matanya berbinar-binar. Rossah menunggu dengan sabar."Sepertinya Kak Richard juga menyukaiku." Katanya pelan dan malu.

"Apa?"

"Kurasa Kak Richard menyukaiku." Katanya lagi, kali ini suaranya lebih kuat sampai Kevin yang duduk di belakang Rossah juga mendengar.

"Benarkah, Na?! Baguslah. Bagaimana kamu tahu? Apakah kakak menyatakan perasaannya padamu?" Tanya Rossah penasaran dan tidak sabaran. Hatinya meloncat-loncat girang dan tegang menunggu cerita dari Anna.

"Tidak. Kak Richard tidak menyatakan pada ku." Kata Anna. Rossah sedikit kecewa. Dia berpikir apakah Anna yang terlalu banyak berharap? Sampai menganggap keramahan kakaknya sebagai rasa suka padanya?

"Tadi malam aku nginap di rumah Kak Richard." Ngakunya dengan suara pelan.

"Benarkah?! Kok bisa?!" hati Rossah semakin menggebu-gebu. Dia tahu sifat kakaknya yang tidak pernah mengundang siapapun baik kolega, teman, atau siapapun ke rumah. Tapi kali ini lain. Anna menginap di rumah Kakaknya? Mungkin Anna benar, kakaknya menyukainya. Kalau tidak, bagaimana mungkin?

"Kami mengobrol dan tanpa sadar sudah malam. Jadi, kakak menyuruhku untuk nginap saja, walau aku harus bohong pada tanteku kalau aku nginap di rumah mu, Ross."

"Wow!! Ini takjub Na, takjub! Jadi kalian ngapain aja di rumah tadi malam?" Serunya. Rossah memperhatikan Anna yang sedang mengatur nafasnya, dia sama menggebunya dengan Rossah. Setelah menarik nafas menghembusnya berkali-kali, akhirnya dia jujur dengan Rossah.

RossahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang