Chapter 15

936 48 0
                                    

"Ann.. Ann.." Rossah menghampiri Anna dengan semangat di koridor kampus. "Bagaimana kencan semalam?"

"Awalnya baik-baik saja. Tapi kayaknya kakak tiba-tiba punya urusan mendadak trus pergi ninggalin aku di hotel." Jelasnya singkat dengan raut wajah kecewa bercampur khawatir sambil duduk di tempatnya.

"Kakak ninggalin kamu di hotel?" Tanya Rossah tidak percaya. "Keterlaluan deh."

"Kurasa memang ada urusan mendadak."

"Aku coba telepon kakak."

"Eh, gak usa. Jangan.. Jangan, Ross." Anna menahan tangan Rossah yang hampir mendial nomor kakaknya.

"Beneran nih?"

"Iya, gak apa-apa kok." Jawabnya menghela nafas. "Kamu uda baikan ama Kevin?" Bisiknya ketika melihat Kevin masuk ke dalam kelas menenteng laptop dan proyektor dosen yang mencegatnya di depan kantor dosen tadi.

"Aku ada ajak bicara, tapi seperti biasa dia masa bodo." ketus Rossah.

"Kamu yakin dia gay?"

"Aku berharap dia bukan." jujurnya. Mata Anna terbelalak dan mulutnya menganga karena dia mengerti maksud Rossah.

"Kamu serius?" Bisiknya

"Tapi belakangan ini sikapnya aneh. Kadang baik kadang menyebalkan." Rossah menceritakan semuanya pada Anna, termasuk tentang kencan pertama dengan Bryan.

"Kamu sama Bryan aja deh. Kevin gak jelas amat orangnya." pintanya. "Bryan mana bisa di bandingkan dengan Kevin. Ganteng, berduit, pintar, punya masa depan yang cerah."

"Tapi, Ann. Aku tak tahu deh."

Kevin sudah selesai memasang proyektor dan laptop kemudian duduk di samping Rossah. Anna yang duduk di belakang Rossah memberikan secarik kertas berlipat kecil padanya.

Bryan itu seperti apa orangnya? Baik? Perhatian?

Lumayan enak di ajak  ngobrol. Tadi malam ngobrol dengannya sampai tengah malam.

Iihhh... Mau dong liat isi percakapan kalian.

Pakai Face time yeee.. Sekalian ngajari logat bahasa indonesia yang baik dan benar. Hahahaha..

Benar juga, aneh banget dengar dia ngomong pakai logat gak jelas kek gitu. Jadi kapan kencan lagi?

Tadi malam dia bilang mau jemput aku di mini sweets.

Mau kemana? Romantis dinner?

Ke pasar malam. Hahahaha..

Tempat kencan kamu unik amat. Restoran nasi padang, kali ini pasar malam.

Biasa, merakyat. Hahahahaha...

Hv a nice merakyat date deh...

Sejak kecil Rossah selalu hidup di atur, kemana dia harus pergi, harus pakai pakaian apa, harus melakukan apa, makan apa. Tidak pernah sekalipun bisa melakukan apa yang dia suka. Kali ini bersama Bryan dia akhirnya bisa melakukan hal yang belum pernah dilakukan, seperti naik motor, makan di restoran padang, ke pasar malam. Rossah masih ingin pergi ke taman hiburan berbaur bersama orang banyak tanpa di kawal pengawal. Kali ini dia benar-benar menikmati kebersamaannya dengan Bryan. Jika suatu hari dia benar-benar telah bersama Bryan, Rossah berpikir kakaknya mungkin tidak akan menikahkannya lagi dengan laki-laki lain.

Pukul setengah sembilan lewat, Bryan masuk ke mini sweets dengan kaos abu-abu, jaket jeans, celana jeans, yang berbeda dari dia hari ini adalah tidak memakai kaca mata nerd-nya. Kali ini dia lebih tampak mirip Bryan yang sebenarnya. Anna bahkan tidak bisa mengenalinya kalau bukan Rossah memanggil namanya "Loh, Yan bukannya janji kita jam sembilan?" Wajah sahabat Anna itu tampak merah padam dan bahagia.

"Aku tak ingin kamu menunggu, jadi aku datang lebih awal." 

"So sweeeetttt....." Seru Anna histeris. "Tapi kalau mau boleh pergi duluan deh. Aku entar di bantu Kevin juga bisa."

"Terima kasih kalau begitu, eh..eh.."

"Anna."

"Terima Kasih, Anna."

"Betul gak apa, An? Kamu yakin bisa?" Tanya Rossah dengan wajah bahagia tapi ragu.

"Iya. Pergi lah bersenang-senang Ross." Kata Anna sambil membantu sahabatnya melepaskan celemek dan merapikan rambutnya.

"Kenapa ingin pergi ke pasar malam?" Tanya Bryan ketika di atas motor.

"Karena belum pernah kesana." Bryan tertawa mendengar jawaban Rossah. Dia tentu saja tahu mengapa Rossah tidak pernah pergi ke pasar malam. 

Sekitar setengah jam perjalanan, mereka sampai ke tujuan. Rossah senangnya bukan kepalang. Mereka menyusuri jalan di pasar malam yang lumayan ramai itu. Mampir ke stand yang menjual jajanan pasar yang seumur hidup belum pernah di coba Rossah, kerak telor, cilok, snack telur, ombus-ombus, gula-gula. Dan memainkan permainan yang belum di jumpainya. Lempar bola berhadiah, lempar gelang berhadiah, tembak air, tangkap ikan.

"Naik itu yuk." Rossah menunjuk ke komedi putar mini yang tidak begitu ramai.

"Serius? Kamu belum pernah naik komedi putar?" Tanya Bryan yang sedang di tarik oleh Rossah.

"Belum pernah." ngakunya.

Kali ini akhirnya membuat Bryan tercengang. Seberapa terkekangnya hidup Rossah ketika kecil sampai belum pernah menaiki komedi putar? Mungkin Rossah belum pernah sekalipun ke taman hiburan atau taman hewan. Malam ini Rossah tampak bahagia, Bryan merasa Rossah sudah pasti akan menjadi miliknya dan rencana antara dia dan kakak ternyata berhasil. Hari ini Bryan memutuskan untuk menyatakan cinta pada Rossah agar resmi menjadi pacarnya.

Sudah lewat jam dua belas ketika mereka tiba di pekarangan rumah kontrakan Rossah.

"Terima kasih yah, Yan. Aku senang dan kenyang hari ini." Rossah tertawa senang sembari turun dari motor dan mengembalikan helm pada Bryan. Wajah manis Rossah yang tertawa bahagia itu membuat Bryan menarik pinggang Rossah dengan sebelah tangannya yang kosong. Bryan mengecup pelan hidung Rossah dan dalam waktu yang singkat kaki Rossah mendadak lemas.

"Aku menyukaimu, Ross. Maukah kamu jadi pacar ku? Aku bisa membuat mu bahagia seperti sekarang ini setiap hari."

Dalam jarak sedekat ini, Rossah tidak bisa menyembunyikan wajah yang mendadak merah dan suara jantungnya yang berdegup kencang. Untung saja Bryan masih memeluk pinggangnya, kalau tidak, Rossah pasti sudah terduduk di lantai karena kakinya kehilangan tenaga.

"Maukah?" tanyanya lagi.

Rossah mengangguk pelan. Bryan tersenyum dan mengecup bibirnya pelan.

"Terima kasih." kata Bryan. Dan Rossah kembali mengangguk kecil. "Masuklah."

Bryan pelan-pelan melepaskan tangannya dari pinggang Rossah. Gadis itu mundur teratur dan masuk ke dalam rumah. Jantungnya masih berdegup kencang, keringat dingin pelan-pelan turun dari dahinya. Ada gejolak yang belum pernah dia rasakan muncul dari dalam perutnya dan membuat perasaannya menjadi aneh. Antara tegang, senang, dan bingung.

Dia melihat Kevin masih duduk di sofa sambil nonton, Rossah berlari dan menjatuhkan dirinya di samping Kevin kemudian memegang erat tangan Kevin dengan tangannya yang gemetar dan dingin.

"Kev.. Bryan tadi..." nafasnya memburu, dia malu untuk melanjutkan perkataannya.

"Bryan kenapa emangnya?" Tanya Kevin cuek tapi dalam hatinya tentu sangat penasaran tentang apa yang terjadi di antara mereka.

"Dia tanya, apa aku mau jadi pacarnya?" ucap Rossah cepat dalam satu nafas. Nafas Kevin mendadak berhenti, otaknya kosong, gejolak yang sama muncul dari perut Kevin. Bedanya adalah amarah dan cemburu yang merasuk ke dalam dirinya.  "Dan aku mengangguk." Dia mengepal kuat tangan yang di gengam Rossah untuk menutupi tangannya yang gemetar karena gejolak itu.

"Selamat yah." Ucap Kevin susah payah lalu mematikan televisi, menepis gengaman Rossah dan beranjak pergi masuk ke kamarnya.

"Kev!! Kok selamat mu sepertinya gak ikhlas gitu sih?!" Seru Rossah di sambut bantingan pintu kamar Kevin.

RossahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang