Chapter 19

1.1K 44 0
                                    

Rossah terbangun di pagi hari di dalam pelukan Kevin. Dia menengadah wajahnya untuk melihat orang yang sedang memeluknya.

"Kamu sudah bangun ya?" kata Rossah melihat Kevin yang tersenyum padanya. Senyuman pertama sejak resmi berstatus sebagai lelaki tulen.

"Gak tidur." ngakunya

"Jadi kamu ngapain aja?"

"Begini aja, liatin kamu tidur."

"Aduh. Tangan mu pasti kebas yah." Rossah bangkit dan berlutut di depan nya sambil memijit-mijit lengan Kevin.

"Gak kebas kok. Kamu nyenyak sekali tidurnya, sampai aku ke gerak-gerak juga kamu gak tau." Kevin bangkit dan menutup tubuh Rossah dengan selimut. "Jangan goda aku lagi yah."

"Jadi kamu beneran bukan Gay yah, Kev?" Rossah mendekatkan wajahnya pada Kevin dan dia mengangguk.

"Aku bukan Gay."

"Jadi tujuan mu apa? Hanya untuk menumpang tempat tinggal?"

Kevin menggeleng "Aku pengawal mu." akunya.

"Pengawal apaan?" Rossah menarik badannya, Kevin juga bangun dan duduk berhadapan dengan Rossah.

"Aku pengawal yang di perintahkan Boss untuk mengawal mu, Ross."

"Kakak?"

"Selama ini Boss menutupi identitas mu. Dan belakangan ini identitas mu hampir ketahuan dan Boss takut nyawa mu terancam."

"Aku gak peduli kamu pengawal ku atau bukan. Yang aku tahu kamu Kevin dan aku menyukaimu."

"Ini salah ku. Boss tidak akan merestui kita." Jelas Kevin "Dan kamu sudah punya calon suami. Maafkan aku. Aku akan menerima hukuman atas kelakuan ku yang lancang pada mu."

"Aku gak mau menikah kalau bukan dengan mu. Aku uda milikmu, Kev."

"Maafkan aku."

"Kamu juga menyukaiku kan? Kamu sebenarnya cemburu kan kalau aku sedang bersama Bryan. Kamu berkali-kali mengacau kami."

"Maaf, Ross." Kevin bangkit membelakangi Rossah. Rossah melihat punggungnya penuh dengan bekas luka goresan, luka jahitan, luka bakar. Kevin bukan sembarang pengawal, tapi dia sudah menerima banyak mara bahaya dan pengalaman di lapangan. Rossah menangis melihat pemandangan itu, di ingatannya Kevin adalah seorang yang lucu dan ceria. Tapi ternyata dia menyimpan banyak sekali luka dan pengalaman pahit di tubuhnya. "Bangunlah, kita akan ke bandara."

"Benar. Kalau Kakak memang tidak merestui kita, mending kita lari aja berdua." Rossah mengusap air matanya dan berkata dengan penuh harap.

"Tidak, Ross. Boss yang memerintahkan aku untuk mengantar mu ke bandara. Passport mu sudah aku simpan. Jadi bawalah beberapa barang yang kamu perlukan saja."

"Jadi, kamu gak mengawal ku lagi?"

"Tidak. Penyamaran ku sampai di sini saja. Aku akan kembali dengan timku."

"Jadi bagaimana nasib kita?" Rossa berbalut selimut bangkit menghampiri Kevin.

"Maafkan aku, Ross. Aku juga tidak tahu selain meminta maaf padamu."

"Katakan kamu menyukaiku."

"Aku tidak bisa. Maaf."

"Tidak bisa begitu, Kev. Yang kita lakukan tadi malam itu berdasarkan cinta. Aku jelas banget."

"Maaf. Aku bersedia menerima segala hukuman kalau Boss tahu hal ini."

"Tidak, Kev. Kamu tidak boleh di hukum. Kamu hanya perlu bertanggung jawab."

RossahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang