Chapter 20

1.1K 45 0
                                    


"Kamu ingin kemana, Ross?" Kevin tersenyum menoleh ke arah Rossah.

"Taman hiburan. Bolehkah?" Rossah mengayun-ayunkan tangan Kevin ceria sambil berjalan menuju ke parkiran.

"Tentu saja boleh."

"Asyikk!!" Serunya

Mereka menaiki hampir semua wahana di salah satu taman hiburan. Rossah bukan tipe gadis penakut yang tidak berani naik roller coaster, sampai-sampai Kevin di tariknya bermain sampai tiga kali. Asalkan Rossah bahagia, naik seratus kali pun Kevin rela. Dia senang akhirnya melihat Rossah kembali ceria dan semangat walaupun hanya satu hari ini. Ya, hanya hari ini.

Beberapa hari yang lalu, Rossah berusaha menelan racun serangga yang tidak sengaja dia temukan di ruang penyimpanan saat dia hendak mencari tempat untuk melarikan diri. Untung saja Terry cepat menemukan Rossah dan berhasil menggagalkan niatnya. Rossah mengancam Bryan akan mengulang bunuh diri jika dia tidak di pulangkan ke Indonesia. Dan akhirnya Rossah kembali ke Indonesia dan langsung di sambut kemurkahan Kakaknya. Richard hampir menembak kepala Kevin di depan matanya. Akhirnya Rossah membuat kesepakatan untuk membiarkan dia bersama Kevin satu hari saja, dan dia berjanji akan menikah dengan Bryan. "Kamu janji tidak akan berulah lagi jika aku menyetujuinya?"

"Aku janji, Kak. Hanya satu hari saja. Tapi lepaskan Kevin. Karena setelah kakak menembaknya, aku juga akan mati di depan mata Kakak."

"Setelah ini kemana?"

Setelah hampir empat jam dan puas menikmati taman hiburan dan mereka makan siang di sebuah warung soto di sekitar taman hiburan. Rossah merasa makan di warung mempunyai perasaan bebas, sederhana dan tanpa beban. Tidak ada peraturan yang berlaku untuk makan di warung selain membayar makanan yang sudah di pesan.

"Ke villa ku. Kamu tau dimana?"

"Tau."

Sudah menjelang sore dan selama di perjalanan Rossah merasa lapar lagi. Dia mengajak Kevin membeli beberapa makanan untuk di makan saat di villa nanti.

"Kamu kok sepertinya lapar terus?" canda Kevin melihat Rossah yang dengan asyiknya makan tahu goreng di sampingnya. Bukan hanya itu, Rossah sudah menghabiskan bakso bakar, batagor, sate kacang dan kali ini lima tahu goreng.

"Ada dinosaurus di perutku." jawabnya asal sambil ngunyah

"Sejak kapan kamu pelihara dinosaurus?"

"Sejak hari ini."

"Kamu yakin masih bisa makan nasi goreng di villa nanti?"

"Bisa dong. Dinosaurus ku kan lahap amat."

"Senang bisa melihatmu selera makan lagi. Aku sempat khawatir melihat mu kurusan."

"Beneran kamu khawatir padaku?"

"Tentu saja. Kurasa hanya aku yang tahu kalau kamu rakusnya minta ampun. Ingat gak, aku masak rendang daging satu kuali dan kamu habisin sendirian. Aku mengajak Anna ke rumah untuk makan dan ternyata sudah habis tinggal bumbunya saja. Kurasa Dinosaurus mu itu sudah kamu pelihara bertahun-tahun."

"Stop it, Kev. Aku jadi kangen dengan rendang itu."

"Masih ada ayam goreng ketumbar. Kemarin itu aku salah masukin bumbu dan ternyata kamu sanggup habisin walaupun rasanya aneh."

"Udah, Kev. Gara-gara ceritamu aku jadi kepengen makan KFC yang di belakang itu."

"Yah sudah, makan saja. Sampai di villa kamu gak usa minta-minta makan lagi."

"Jahat deh kamu. Jarang-jarang kan aku bisa makan sepuasnya. Selama di New York aku kangen banget ama abang miso yang selalu mangkal di dekat mini sweets."

"jadi kamu kangennya sama abang miso itu sampai kamu kurusan begini?"

"Iya. Kamu cemburu?"

"Tidak. Besok aku akan suruh abang miso itu mangkal di depan rumah mu saja."

"Aku kangen pada mu, Kev. Anna juga. Tapi sampai sekarang aku gak bisa menghubungi Anna. Aku belum sempat ke mini sweets sejak balik ke Indo."

"Dia baik-baik saja. Hanya sedikit kangen ama mu."

"Benarkah? Aku ingin menjumpainya sebelum aku balik ke New York."

"Tidak bisa, Ross. Kakakmu melarang."

"Kenapa?"

"Entahlah. Aku tidak begitu jelas." bohongnya.

Malam ini mereka berdua sangat bahagia, waktu sepertinya kembali ke masa-masa di rumah kontrakan. Saat ini mereka tiduran sambil melihat bintang di jendela kamar villa milik Rossah setelah capek masak memasak, makan dan membersihkan. 

"Aku bahagia sekali Kev hari ini."

"Aku juga." Kevin berbisik di telinga Rossah yang sedang dia peluk dari belakang.

"Aku mencintai mu, Kevin."

"Aku juga mencintai mu, Rossah."

"Kamu kebanyakan makan, Ross."

"Kenapa?"

"Perutmu membuncit."

Rossah tertawa terbahak-bahak "Benar. Tapi tenang aja, habis setor besok pagi juga rata lagi."

"Aku juga kebanyakan makan hari ini."

"Mana?" Rossah berbalik dan mengelus perut Kevin. "Benar. Kita sama-sama membuncit hari ini. Buncit bahagia."

Kevin tersenyum. Rossah menaikkan sedikit posisi tidurnya dan mencium bibir Kevin. Bibir hangat dan lembut yang sudah dia rindukan selama beberapa bulan ini. Bibir itu menyambutnya dan melakukan lumatan berirama di bibir Rossah. Tidak ada yang tahu berapa lama mereka saling melumat, sama-sama tenggelam kedalam kerinduannya masing-masing. Rossah menuntun Kevin untuk melakukan lebih jauh. Kevin ragu dan hendak berbalik "Kev, please. Bukankah ini yang terakhir ? Biar aku jadi milikmu lagi untuk terakhir kalinya."

Akhirnya Kevin menurutinya, walaupun di dalam hati Kevin sangat menginginkannya tapi tetap saja dia punya beban yang tidak bisa dia ungkapkan. Demi Rossah dan demi tanpa meninggalkan penyesalan, mereka melakukannya. Hanya untuk malam ini. Malam terakhir sebelum perpisahan yang menyakitkan.



RossahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang