Chapter 3

2K 96 3
                                    

"Ross, aku ceroboh. Bagaimana ini? Aku harus bagaimana?" Tangis Kevin di kantin di suatu pagi.

"Ada apa?" tanyanya khawatir pada teman satu-satunya yang seorang Gay.

"Aku.. aku.. aku ketahuan, Ross."tangisnya lagi "Aku di usir dari kost."

"Bagaimana? Kok bisa?" tanya Rossah kaget

"Ada satu cowok di kost, dia baik banget ama ku. Dia berbagi sabun, denganku. Meminjamkan selimut padaku. Bahkan kami ngobrol di kamarnya, hanya kami berdua." kenangnya sedih "Trus kemarin aku beranikan diri menyampaikan perasaanku ke dia. Tapi ternyata dia NORMALLLLLL!" Kevin menangis histeris sambil menutup wajahnya dan menghantuk keningnya ke meja.

"Jadi bagaimana sekarang?" tanya Rossah yang tidak tahu bagaimana cara menghibur seorang Gay yang ketahuan jati dirinya.

"Dia ngadu ke induk semang. Lalu aku diusir." Jawab Kevin berusaha tenang dan menghantukkan kepalanya lagi ke meja kantin.

"Jadi ntar kamu tinggal di mana? Barang-barangmu ada di mana sekarang?" Tanya Rossah khawatir.

"Tidak tahu. Barang-barang ku titip di ruang kesehatan. Hanya satu koper dan satu ransel." Kevin menjawab lemas tanpa mengangkat kepalanya

"Kalau kamu mau, sementara tinggal dengan ku aja." usul Rossah.

Setelah melewati satu semester, hubungan pertemanan Rossah dan Kevin semakin erat. Rossah mulai merasa nyaman dengan Kevin. Maka, ketika mendengar Kevin tidak punya tempat tinggal, tanpa ragu Rossah mengajak dia untuk tinggal di rumah kontrakannya. Dia percaya pada Kevin layaknya seorang sahabat.

"Benarkah? Bolehkah? Kamu serius?" Serunya tidak percaya. Rossah mengangguk pasti.

"Trima kasih, trima kasih, trima kasih." Seru Kevin sambil menggengam kedua tangan Rossah dengan perasaan sangat bersyukur.

Selesai perkuliahan hari ini, Rossah dan Kevin berjalan kaki pulang ke rumah kontrakan Rossah yang tidak jauh dari kampus, hanya sekitar sepuluh menit berjalan kaki. Rossah masuk dan menyuruh Kevin untuk menggunakan kamar kosong di sebelah kamar tidurnya. Di dalam nya sudah terdapat tempat tidur ukuran tiga kaki, lemari pakaian, meja dan kursi berbahan kayu, dan sebuah cermin gantung dinding sebelah kanan di samping lemari pakaian dua pintu. Kevin cukup senang tinggal di kamar ini, walau sedikit berbau debu tapi hanya tinggal di bersihkan sedikit saja.

"Bersantailah dulu, aku mau mandi." Kata Rossah lalu meninggalkannya sendiri di kamar.

Kevin memastikan apakah Rossah sudah benar menjauh dari kamarnya lalu mengambil handphone dari saku celananya dan menelepon seseorang.

"Hallo, Boss. Semua berjalan sesuai rencana." Kata Kevin kepada seseorang di seberang telepon. Wajahnya berubah serius, suaranya menjadi datar. Berbeda dengan Kevin yang semenit lalu.

"Bagus. Perhatikan apakah ada orang yang mencurigakan tinggal di daerah sana." Perintah seseorang di seberang telepon.

"Di komplek daerah sini ada sekitar lima belas rumah yang bentuk bangunannya hampir sama. Hanya ada satu rumah yang masih kosong tepat di sebelah rumah yang di tempati Nona." Lapor Kevin

"Jangan sampai lengah, kalau ada yang mencurigakan minta beberapa orang untuk segera patroli di sana. Jangan sampai ketahuan Ross. Mengerti?" Perintahnya lagi.

"Baik, Boss." jawab Kevin tegas.

Seperti yang di bilang Kakaknya Rossah. Tidak gampang menjadi seorang Dhananjaya. Walaupun Richard menyetujui permintaan Rossah untuk kuliah dan bebas dari pengawal, tapi bukan tidak ada cara lain agar Rossah tetap aman dan terawasi. Dia mengutus Kevin yang juga merupakan salah satu dari pengawalnya untuk mengawal Rossah. Semua pengawal Richard sudah melewati training yang berat sebelum bertugas. Keahlian Kevin adalah ahli bela diri dan menembak. Sebenarnya cukup sulit agar Kevin bisa masuk ke dalam pergaulan Rossah. Richard memutar otaknya, memikirkan strategi cukup lama sampai akhirnya memutuskan untuk mengutus Kevin untuk menyamar sebagai Gay agar Rossah bisa nyaman bersama Kevin di dekatnya. Kevin adalah satu-satunya kandidat yang cocok untuk menyamar sebagai mahasiswa Gay di antara para pengawal yang pengalaman dan profesional karena di usianya yang sudah dua puluh lima tahun, tampang Kevin bisa dibilang lebih muda dari usianya. Nilai plus untuk Kevin adalah dia pintar berakting di hadapan Rossah. Buktinya, Rossah sama sekali tidak menaruh curiga terhadap Kevin dan bahkan sampai memperbolehkannya untuk tinggal bersama. Berkat ini, rencana Richard agar Kevin dapat tinggal bersama Rossah berhasil.

Sementara Rossah sedang mandi, Kevin mengambil kesempatan ini untuk menjelajahi rumahnya. Dengan teliti kevin mengamati sampai ke setiap sudut ruangan untuk mencari apakah ada lubang pengintip atau alat penyadap. Tanpa ketahuan oleh Rossah, Kevin sebenarnya sudah memasang alat pemancar atau pelacak di iphone Rossah ketika Kevin meminjam iphonenya untuk mendownload aplikasi Whatsapp. Bagi Kevin, Rossah hanyalah seorang majikan yang harus di jaga keselamatannya.

"Kamu mau mandi?" Tanya Rossah sesaat setelah keluar dari kamar mandi dan mendapati Kevin yang sedang mengamati keluar jendela.

"Mau." Seperti biasa, tampang serius Kevin berubah menjadi manis dan ceria hanya dalam waktu nol koma nol nol nol nol nol satu detik.

Kevin kemudian mengambil handuk dari kamarnya kemudian masuk ke kamar mandi dan mengamati setiap sudut kamar mandi sampai cermin juga tak luput dari perhatiannya. Setelah memastikan semuanya aman, Kevin lalu mandi dengan cepat. Di ruangan lain, Rossah juga penasaran tentang bawaan seorang Gay. Diam-diam dia masuk ke dalam kamar Kevin dan membuka lemari pakaian yang sudah di isi pakaiannya. Rossah melihat apakah ada yang menarik disana sampai melihat sesuatu yang menarik perhatiannya. Celana Dalam bunga-bunga dan bergambar kartoon. Dari boxer sampai segitiga, semuanya bercorak feminin. Kalau begini sih, semua pasti tahu kalau dia itu Gay. Rossah tertawa cekikikan sambil menutup kembali lemari pakaiannya. Kemudian Rossah beralih ke tas kuliah Kevin. Dia membuka setiap resleting dan memeriksa isinya. Tapi tidak ada yang menarik selain buku pelajaran, catatan, alat tulis dan headset wireless canggih dengan bluetooth. Rossah tidak heran dengan headset itu, dia mengira itu hanya alat dengar biasa. Dia tidak tahu kalau itu adalah headset yang harus di miliki setiap pengawal untuk saling berkomunikasi dengan sesama. Kakaknya juga punya satu yang seperti itu, tapi Rossah tidak tahu dan mengerti soal alat itu. Setelah puas, dia menarik kembali kunci resleting tas kuliah Kevin dan meletakkan seperti sedia kala kemudian keluar dari kamar itu sebelum tertangkap basah oleh Kevin. Dia duduk di sofa panjang sambil menyalakan televisi di depannya. Tidak ada siaran yang menarik, hanya ada talk show, acara nyanyi, berita, kartun anak-anak. Biasanya Rossah tidak suka menonton televisi karena memang acara dalam negeri yang tidak begitu menarik minatnya.

"Nonton apa?" Tanya kevin dari belakang dan sukses membuat Rossah terlonjak kaget.

"Gak ada yang menarik." Katanya setelah sadar dari kagetnya.

"Ada DVD? Kita rental film aja dan nonton di rumah." Usul Kevin.

"Kayaknya ada, tapi aku tidak pernah membukanya. Entah bisa atau tidak."

Kevin kemudian memeriksa rak di bawah televisi yang tadinya tertutup pintu kaca hitam. Disana ada digital untuk menangkap siaran, dan DVD player. Kevin coba menyalakannya dan ternyata bisa. Akhirnya mereka memutuskan untuk menyewa beberapa film untuk di tonton bersama. Sebenarnya itu juga salah satu taktik Kevin agar Rossah dapat betah tinggal di rumah dari pada pergi main keluar. Untuk makan malam, Rossah biasanya juga memasak sendiri dengan membeli beberapa bahan masakan di supermarket terdekat yang tak jauh dari komplek tempat tinggalnya. Tapi kali ini, Kevin yang mengambil alih kegiatan memasak. Tak heran jika seorang pengawal bisa memasak, karena ini adalah salah satu kegiatan untuk dapat bertahan hidup.

Tapi, lain menurut pandangan Rossah. Sekali lagi dia takjub dengan Kevin, selain pintar, sigap, dia juga bisa masak. Walaupun sikap Kevin terkadang konyol dan suka tidur di dalam kelas, tetapi dia tidak pernah absen dan selalu menyerahkan tugasnya tepat waktu. Semester yang lalu juga IPK nya jauh lebih tinggi dari Rossah.

Tentu saja, Kevin dulu adalah seorang mahasiswa jurusan komputer yang lulus dengan IPK tertinggi. Dia sudah terbiasa dengan kehidupan kampus.

Kali ini Rossah juga mendapati kalau Kevin lebih pintar memasak darinya. Gadis itu berdecak kagum saat mencicipi masakan Kevin.

"Aku bisa menjadi gemuk karenamu." Protesnya senang

"Aku akan menemanimu olahraga kalau kamu tambah gemuk."Canda Kevin.

Menjelang malam mereka sudah kembali dari rental DVD dan menonton film laga bersama.  Selama menonton mereka hampir tidak berbicara. Rossah terkesima melihat aktor yang tampan dan aktris yang cantik, sedangkan Kevin menganggap aksi perkelahiannya banyak celah dan menipu penonton. Tak heran, karena dia adalah seorang ahli bela diri dan sudah banyak mengalami perkelahian. Akhirnya setelah selesai menonton, mereka sudah mengantuk dan kemudian tidur di kamar masing-masing. Malam pertama mereka tinggal bersama tidak terlalu buruk, diam-diam Rossah merasa lebih aman karena Kevin tinggal bersamanya.

RossahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang