"Tadi malam kamu beneran ke Bar Homo?" Tukas Rossah tak senang pada Kevin di meja makan sambil menyendok nasi putih dan telur dadarnya.
"Gak kok." jawab lawan bicaranya dengan singkat lalu menyeruput kopi dari cangkir dengan tampang tidak berdosa.
"Jadi? kemana?" tanyanya sabar.
"Hanya jalan-jalan saja, cari angin."
Sebenarnya tadi malam Kevin hanya menunggu di sekitaran rumah sambil mendengar percakapan Rossah dan Bryan dengan alat penyadap yang memang dari awal sudah di pasangnya di beberapa tempat di dalam rumah . Ketika Bryan hendak pulang pun sempat bertemu dengan Kevin.
"Aku mengajak Rossah makan malam besok. Usahakan Rossah bersedia pergi dengan ku."
Kevin hanya mengangguk dengan ragu dan tidak tahu harus bersikap bagaimana terhadap orang yang di hadapannya ini. Malam itu juga Boss nya memberikan perintah yang sama padanya "Baik Boss. Akan aku pastikan Nona pergi besok malam." Dari kata-kata yang terdengar sangat meyakinkan ini sebenarnya sedang menusuk-nusuk tajam ke dalam hatinya.
"Bryan, tetangga kita ada kasi bingkisan tanda terima kasih buat kamu dan Anna." Rossah menyendok sisa nasi terakhir di piringnya.
"Oh ya? Kamu dapat juga? Isinya apa?" tanya Kevin pura-pura bego dan berlagak kaget.
Rossah tidak memandang wajah Kevin dan bangkit mengangkat piring kosongnya "Aku gak dapat."
"Loh? Kok gitu sih? Beneran kamu gak di kasi? Pelit amat deh." Kevin ikutan bangkit karena sudah selesai makan dan mengikuti Rossah ke wastafel.
"Iya. Tapi sebagai gantinya dia ajak aku makan." Rossah menengadah wajahnya menatap Kevin yang sudah berdiri di sebelahnya. Saat itu, Rossah yakin melihat perubahan mimik wajah Kevin tapi dia tidak bisa mengartikannya.
"Oh ya? Kapan?" Kevin sendiri tidak menyangka pertanyaannya bisa terdengar sedikit cemburu, bukan exited seperti yang sudah seharusnya dia lakukan.
Rossah menatapnya beberapa detik kemudian lanjut mencuci piring "Nanti malam."
Mereka sempat terdiam beberapa detik, tenggelam dalam suara pancuran air keran dan dentingan piring.
"Bagus dong. Ajak Anna beli baju baru gih. Kamu keliatannya gak punya baju bagus deh." ujar Kevin.
"Serius?!" Rossah kembali menatap Kevin sambil menutup keran air dan melap tangan basahnya ke baju. "Beneran serius?!" tanyanya lagi di tambah sedikit penekanan.
"Bener, Ros. Emang kenapa?"
"Kirain kamu mau nyaranin aku untuk nolak. Karena baru juga kenal, masa uda ngajak makan."
"Keliatannya orangnya baik, jadi yah.. Boleh-boleh aja." kata Kevin meyakinni.
"Kamu temenin aku yah, Kev."
"Ahh.. gak. Dia kan ngajaknya kamu, aku enggak deh." tolaknya
"Tapi kan gak ada salahnya sih. Kamu ngawalin aku kali ini. Aku baru kenal loh ama dia, kalau aku di apa-apain gimana?"
Aku selalu siap ngawalin kamu tiap hari, Ross. Tapi untuk kali ini aku tidak di perbolehkan. Walau kamu di apa-apain ama dia, aku hanya bisa pura-pura tidak tahu dan tidak berhak mencampurinya. Maafkan aku Rossah.
"Kev. Mau yah, please." mohonnya lagi sambil merapatkan kedua tangannya di depan wajah.
"Gak, Ross. Kamu aja deh. Aku gak mau di anggap menyebalkan ama cowok kamu itu." Kevin melangkah menjauhi Rossah.
"Apaan sih. Bukan cowok aku yah." Rossah menarik ujung baju Kevin sambil membuntutinya "kalau aku di apa-apain gimana? Aku takut loh, Kev."
"Gak lah, Ross. Tampang culun kek gitu mana mungkin ada niat untuk ngapa-ngapain kamu. Jangan-jangan kamu yang berniat nantinya."

KAMU SEDANG MEMBACA
Rossah
RomansaPunya teman tinggal bersama di rumah kontrakan pasti rasanya seru. Tapi bagaimana kalau tinggal bersama seorang Gay sampai tidak sengaja jatuh cinta padanya?