Chapter 16

951 45 0
                                    

Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif atau berada di luar jangkauan. Cobalah beberapa saat lagi.

Sudah yang ke sebelas kali Rossah menelepon Kakaknya sejak pagi tapi tetap saja tidak bisa di hubungi. Karena itu dia bolos kuliah untuk menyelinap ke kantor Richard. Tapi tidak menemukan kakaknya. "Maaf Nona. Boss sedang tidak menerima kunjungan." Kata salah satu pengawal yang berjaga di depan rumahnya.

"Aku hanya ingin memastikan apakah kakakku baik-baik saja." Ngotot Rossah ingin menerobos masuk ke dalam rumahnya.

"Boss sudah berpesan tidak ingin di ganggu siapapun." Dua orang pengawal berwajah garang menghalangi pintu. Rossah menyerah, tidak ada gunanya ngotot pada dua pengawal berwajah jelek itu apalagi berkelahi dengan mereka. Apakah semua pengawal harus berwajah seperti itu dan bersikap kasar? Tidak bisakah Kakak menyewa seorang pengawal yang berwajah seperto oppa korea? Pikir Rossah saat itu yang kesal pada dua orang monster berstelan jas.

"Kalau gitu, sampaikan pada Kakak telepon aku sesegera mungkin. Ok?"

"Baik Nona." jawab mereka serentak sopan.

"Kev, kakak gak perbolehkan aku masuk." Katanya pada Kevin yang menunggu di depan pagar rumah. Pagi-pagi Rossah memutuskan akan mencari Kakaknya dan Kevin ikut-ikutan bolos kuliah untuk menemani Rossah. Tentu saja, karena dia adalah pengawal rahasia Rossah dan dia harus senantiasa bersama dengannya kecuali saat Rossah sedang bersama Bryan.

"Tapi kakakmu ada di rumah kan? Berarti dia memang baik-baik saja. Mungkin sedang sibuk saja." Hibur Kevin.

"Mungkin kamu benar. Tapi Kakak tidak pernah begitu."

"Tenang aja deh. Kakakmu pasti baik-baik aja."

"Semoga." Katanya menghelas nafas "Kemana kita? Lanjut ngampus atau nongkrong?"

"Ngampus aja yuk."

"Payah ah kamu Kev !"

Walau Rossah merasa Kevin tampak cuek dan dingin, tapi dia masih seorang sahabat yang baik selalu menemaninya kemana pun dia pergi. Dia tahu kalau Kevin mengkhawatirkannya. Secara Rossah juga nyaman pada Kevin dan tidak bisa memungkiri perasaan padanya. Walau dia sudah setuju berpacaran pada Bryan, tapi ternyata di dalam hatinya tidak bisa menyingkirkan perasaannya pada Kevin begitu saja. Selama Kevin masih berada di sisinya, dia masih punya secerca harapan. Dan teringat pada pernyataan Anna kalau dia punya firasat kalau Kevin bukan Gay. Tapi Rossah punya banyak bukti kalau Kevin adalah Gay. Dia sering melihat Kevin menatap cowok-cowok ganteng, atletis di kampus. Trus tidak suka berbicara dengan wanita manapun kecuali dia dan Anna. Bahkan parfum dan deodoran saja berkongsi dengan Rossah. Dan Kevin selalu rajin mencukur bulu-bulu ketiak, kaki, tangan seperti wanita. Bahkan bertiga pergi waxing, facial, medi pedi rutin sebulan sekali. Itu semua bukti kalau Kevin adalah Gay, tapi mengapa Anna punya firasat seperti itu. Rossah mengabaikan pernyataan Anna tapi dia tidak bisa sepenuhnya tidak memikirkan dan sebenarnya berharap kalau Anna benar.

"Kev, aku pakai ini bagus gak?" Rossah berputar-putar di hadapan kevin yang sedang nonton di ruang tamu pukul sepuluh malam dengan memakai sweater lengan panjang berwarna putih polos sedikit berbulu dan legging hitam model sobek di bagian lutut.

"Bagus. Baju itu yang kemarin kita beli kan?"

"Iya. Kamu masih ingat ternyata."

"Mau keluar?"

"Ngak." Rossah menghempaskan dirinya di sofa samping Kevin. "Bryan mau datang."

"Oh ya?"

"Tadi dia kirim pesan, katanya baru siap makan malam dengan teman kuliahnya. Jadi sebentar lagi dia mau kesini."

RossahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang