"huh.. eunha, namaku eunha"

5.6K 205 25
                                    

“aih... kenapa harus bumi?” gumamnya kesal.
“padahal banyak planet di Alam semesta!! Tapi kenapa harus di planet yang umurnya hanya tinggal menghitung hari!”
Dia terlalu asik mengomel sendiri sampai tidak sadar hampir semua orang disekitarnya memperhatikannya. Bahkan sampai ada yang menganggapnya gila.

Dia sedang berada di perpustakaan. Jadi meskipun dia hanya bergumam tetap saja akan terdengar samar oleh orang-orang disekitarnya.

“hei!!” sapa seseorang padanya.
“uh!!”
“haizzz... jelek sekali cara kagetmu”
“...”
“hmm.. ini bukan kali pertama aku melihatmu mengomel tak jelas dan mengatakan hal hal aneh seperti itu pada mereka” katanya sambil menunjuk rentetan buku tentang peradaban bumi yang ada didepannya.
Yang diajak bicara masih menyimak dengan seksama seseorang yang mendadak akrab dengannya.

“hei.. ini sudah 1 bulan kita berada di kelas yang sama dan aku belum pernah sekalipun melihatmu berbicara” ia mengambil nafas sejenak dan melanjutkan kalimatnya “dan.. aku malah lebih sering melihatmu berbicara dengan tumpukan buku didepanmu ini. Hm.. apa... kamu...”
Ia tidak meneruskan kalimatnya, hanya menggerakan telunjuknya mengitari sekitar keningnya,mempertanyakan kewarasan orang yang berada didepannya sedari tadi ini..
Yang diajak berbicara masih setia memperhatikan dengan seksama dan dengan tatapan yang tidak dapat di artikan.

Tanpa basa basi ia lalu menarik nafasnya berat dan pergi meninggalkan sang gadis yang sedari tadi mengajaknya berbicara.
Tepat 2 langkah dibelakang sang gadis, ia merasa ada yang menarik tangannya.
“tunggu!”
Sontak ia langsung menoleh dan melihat tangannya yang kini sedang digenggam oleh.... ia bahkan tidak tau siapa nama gadis yang mengaku satu kelas dengannya.
“bisa bicara kan?” ucap sang gadis tegas.
Pandangannya yang tadi melihat ke arah tangan sekarang teralihkan dan ia melihat langsung kedalam mata sang gadis.
Sang gadis menarik nafasnya dalam, menahan emosinya yang sedikit terpancing karna tidak mendapatkan respon baik dari yang di ajak berbicara.

“huh.. eunha, namaku eunha”

Ia masih tidak merespon, ia bahkan berkali kali mengarahkan pandangannya ketangan mereka yang saling bertautan, memberikan isyarat agar si gadis melepaskan genggaman tangannya.
“aish.... jinjja(?) sekarang aku samanya seperti kau yang hanya berbicara pada benda mati!” dengan tanpa melepas tautan tangan mereka sang gadis pun mulai tersulut emosinya karena sedari tadi hanya dia yang berbicara.

“yak! 1 semester ada 6 bulan! Aku menghabiskan 4 bulannya untuk berada di rumah sakit! Aku hanya punya waktu 2 bulan untuk menyelesaikan semua tugas yang kutinggalkan, dan dikelas hanya kau! Satu-satunya yang tidak memiliki rekan kelompok! Jadi bisakah kau kali ini bekerjasama dengaku!!!” teriaknya membuat semua yang berada di perpustakaan menoleh pada mreka.

“pergilah”
“mwo?” kaget sang gadis.
setelah sekian lama pada akhirnya dia mengeluarkan suara dan itu hanya1 kata yang diucapkan dengan tanpa ekpresi, hanya dingin seolah olah tidak ada perdebatan diantara mereka sebelumnya.

“hidungmu bedarah, pergilah keruang kesehatan” dengan tanpa tenaga yang berlebihan ia melepas tautan tangan mereka dan pergi berlalu meninggalkan si gadis yang bernama eunha itu.
Eunha yang mendengar ucapannya tadi dengan segera mengelap hidungnya dan berlari menuju ruang kesehatan untuk membersihkan darah yang keluar dari dalam hidungnya.
-
-
-
Gadis ini bernama Jung Eunha. Selama 1 tahun terakhir ini dia di diagnosa mengidap penyakit langka. Dokter mengatakan ini seperti kanker dengan perlahan virus akan menyebar keseluruh bagian tubuh, mematikan sel-sel yang ada didalam tubuhnya. Sampai pada akhirnya akan membuat si penderita mengalami kelumpuhan. Selama 1 tahun belakangan ini juga eunha tidak pernah absen mendatangi rumah sakit, tentu saja untuk menjalani pengobatan. Namun 4 bulan terakhir ini ia benar benar harus berada dirumah sakit untuk menjalani rentetan pengobatan dan kemotheraphy. Sialnya itu membuatnya harus meninggalkan kuliah selama 4 bulan. Beruntungnya tempat dia berkuliah adalah milik keluarganya, jadi dia masih tetap akan diberikan materi dan tugas yang mencakup pekulihannya seperti seolah olah dia berada di kampus nya. Aaaah.... hampir lupa, rumah sakit tempat dimana ia dirawatpun masuk dalam cakupan kepemilikannya. Yup.. Eunha adalah anak dari orang tua yang super duper tajir.
Eunha sadar bahwa ia terlahir bukan untuk manja dengan segala fasilitas  yang ia bawa sejak ia dilahirkan didunia ini. Buktinya ia tetap mengejar ketertinggalan kuliahnya tanpa memanfaatkan dosen yang sebenarnya dengan mudah akan memberikan nilai berapapun yang eunha minta.

Eunha diberikan uang bulanan dari orang tuanya dari saat ia SD kls 3 sampai saat ini. Percayalah yang ia gunakan untuk sehari-hari hanya sedikit, sebagian besar uangnya ia tabung hingga saat akhir SMA Eunha sudah dapat membuat yayasannya sendiri yang bergerak dibidang kemanusiaan.
-
--
---
Perjalannya menuju ruang kesehatan tiba-tiba saja terasa jauh, sesampainya dsana ia langsung membersihkan hidungnya dengan dibantu oleh seorang dokter yang memang disediakan oleh kampus tersebut.

“bukankah kau dalam masa pemulihan nona?” tanya sang dokter sambil memberikan secarik tissue pada eunha. Yup.. eunha memilih membersihkan hidungnya sendiri jika ia merasa masih bisa melakukannya sendiri.
“hem..” sambil mengangguk eunha menjawab.
“apa yang terjadi hingga hidung nona berdarah? Apa ada yang membuatmu kesal?” tanya sang dokter melihat raut wajah eunha yang sedari awal datang sudah menunjukan rautan wajah emosi.
“aku tidak apa apa, aku sedang membaca di perpustakaan, mungkin terlalu lelah hingga ini terjadi”
“ah.. i see, nona.. kau tau apa-apa saja yang harus kau hindari pada masa pemulihan, saya harap no..”
“baik dokter, aku tau dan paham, aku akan melakukan apa yang dokter maksudkan, lagi pula sekarang aku sudah merasa membaik, bisakah dokter meninggalkanku? Aku ingin susana yang hening untuk beristirahat”
“baiklah, saya permisi dulu” dokter itu menundukan badannya dan berbalik meninggalkan eunha.
“ehm dok” panggil eunha yang membuat sang dokter menoleh berbalik padanya.
“ya? Ada yang..”
“jangan.. jangan panggil saya nona, saya adalah mahasiswa disini”
“ah... baikalah saya mengerti, kalau begitu saya permisi”

Suasana hening ruang kesehatan membuat eunha merasa mengantuk dan memutuskan untuk tertidur sebentar, memulihkan tenaganya sebelum jam perkuliahan terakhirnya untuk hari ini yang akan dimulai setengah jam lagi.
-
-
Detik berlalu
Menit berlalu
Hingga tak terasa dia tertidur dengan pulasnya.
2 jam lebih ia tertidur, dan ia terbangun karena merasa ada sepasang mata yang sedang memperhatikannya.
Benar saja....
“itu dia, ngapain dia disini?” batin eunha sambil membuka sedikit matanya.
“aku sudah membuat sebagian ringkasannya, dan ini buku refrensiyang sudah ku tandai untuk kau pelajari dan berikan rangkumannya besok” ia berdiri dari duduknya dan langsung pergi meninggalkan eunha yang masih berpura pura tertidur dengan mata yang sedikit terbuka untuk mengintip orang yang memperhatikannya tadi dan mulai sedikit demi sedikit bangun saat dia akan keluar pintu ruang kesehatan.

“pulanglah” katanya tanpa membalik badannya.
Eunha masih menatap punggungnya bingung.

“kau melewatkan kelas terakhirmu 1 jam yang lalu” setelah mengatakannya ia benar-benar berlalu, menutup pintunya dan meninggalkan eunha sendiri.
“a...mahluk apa dia sebenarnya?”
-
-
-
Sampai dirumah eunha langsung membuka buku buku yang diberikan oleh SinB dan mempelajari semua buku yang di refrensikannya. Dibukanya halaman per halaman yang sudah ditandai.
“Apa ini?!” omelnya pada buku-buku itu.
“yak!!!!! aku tau kalau aku sudah lama tidak masuk kuliah! Tapi!! Apa dia fikir aku tidak bisa mengerjakan baggianku! apa dia fikir aku begitu bodoh!”

Buku refrensi terakhir pun eunha buka dan masih dengan hasil yang sama SinB tidak hanya menandai apa yang harus eunha pelajari, tapi juga ia mengerjakannya, bahkan dia menambahkan note link internet yang akan menambah kekurangan materi yang dibutuhkan.
“aih... dia benar-benar mengamgapku bo..” kata katanya terhenti saat melihat secarik note berwarna biru muda.

” kata katanya terhenti saat melihat secarik note berwarna biru muda

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Annyeong buddy...
Terimakasih sudah mau membaca dan membiasakan meninggalkan jejak.. Ehehe

Like
Comments

Salam kenal 👋
Auther

An AngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang