"beritahu aku siapa pria itu!"

894 94 29
                                    

"sudah bisa bercerita?" ucap sinb lembut sambil mengelus kepala eunha yang masih berada dipelukannya.

Eunha mengangguk dalam pelukan sinb, yang membuat sinb melepaskan pelukannya. Lalu mengambil kursi yang masih dapat diduduki dan duduk didepan eunha.

Sinb memegang kedua tangan eunha dengan darah yang sudah sedikit mengering. Sinb membawa eunha kekamar mandi dan membantunya mencuci tangan, membersihkan bekas lukanya. Setelah itu menggiring kembali ketempat semula.

Sinb melepas sweaternya dan menutup kedua tangan eunha menggunakan itu. Agar eunha dapat fokus pada ceritanya bukan pada tangannya.

-

--

---

"beritahu aku siapa pria itu!" ucap sinb tegas dengan nada yang rendah.

Eunha menggeleng, tidak ingin sinb melakukan hal diluar nalar manusia. Eunha tentunya tau sinb dengan kekuatannya bisa saja dengan mudah melenyapkan cio. Eunha tidak mau itu terjadi. Eunha ingin cio menjelaskan padanya apa yang terjadi dahulu, mengapa sapai tega cio membohonginya.

Melihat itu sinb tidak ingin memaksa eunha. Tapi sungguh sinb membenci siapapun yang melukai eunha hingga seperti ini. Sinb mengedarkan pandangannya pada kamar eunha. Sungguh tidak layak sedikipun untuk disebut hotel berbintang milik keluarga Jung.

Sinb mengajak eunha ke kamarnya.

"tidurlah disini, setelah cukup beristirahat kita pulang" ucap sinb beranjak dari kasurnya.

Eunha memeluk sinb dari belakang, tanpa berkata-kata ia menggiring sinb untuk kembali ke kasur, memeluk sinb dengan erat dan menenggelamkan kepalanya di ceruk leher sinb.

Sinb mengelus perlahan punggung dan kepala eunha untuk membuat eunha merasa nyaman dan dapat tidur dengan nyenyak untuk dapat segera melupakan apa yang dia alami hari ini.

Sinb merasa eunha sudah tertidur. Ia mengecup lama kening eunha.

"buat aku berguna untukmu eunha, aku tidak bisa lagi menjaga eomma, izinkan aku menjagamu sekarang" ucapnya setelah melepaskan kecupannya lalu memeluk eunha lembut dan erat.

Eunha yang saat itu belum tidur cukup kaget ketika sinb menciumnya, sedetik kemudian saat sinb mengucapkan kalimat itu eunha langsung meneteskan air mata dalam tidurnya, ia pun makin menenggelamkan kepalanya kebadan sinb tidak ingin oppa nya mengetahui jika ia menangis kembali.

-

--

Eunha masih betah tertidur hingga siang, sinb yakin ini bukan karena eunha kelelahan karena semalam ia mengamuk, tapi memang kebiasaanya bila tidak ada alarm atau siapapun yang membangunkannya ia takkan bangun.

Cahaya matahari masuk, menyilaukan eunha yang masih memejamkan matanya, sinb yang tidur terlentang menyadari pergerakan eunha yang sedikit tergangu dengan sinar matahari. Ia langsung mengubah posisinya menjadi miring untuk membentengi cahaya matahari yang menyilaukan adiknya ini.

Eunha meletakan tangannya pada dada sinb "oppa.."

Sinb melihat tangan eunha yang semalam mengeluarkan darah dan sekarang berwarna kebiruan bengkak. Sinb mendudukan dirinya. Menyentuh kening eunha sebentar.

"demam?" lirihnya. Sinb menelphone pihak hotel untuk memanggilkan ambulance. Sinb juga meminta agar pegawai hotel membereskan apa yang eunha perbuat semalam dan tutup mulut akan hal ini kepada ayah eunha.

-rumah sakit-

"malam itu adalah kali keduaku membenci manusia" jeda sinb dan mengelus ringan lengan eunha.

An AngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang