LULLABY

1.4K 90 71
                                    

"kau sudah kembali?" ucap yerin yang duduk disamping kasur sinb sambil memancarkan aura bahagia melihat mantan kekasihnya memasuki kamar.

"hah..., mengapa berat sekali masuk ke kamar ini?" oceh sinb sendirian.

"apa aku membebanimu?"

"apa aku sudah berada diujung jurang kerinduan? Haruskah aku melompot Yerin-ssi?"

Yerin menunduk merasa bersalah karena sudah membuat sinb menjadi sekacau ini.

"apa aku terlihat sangat menyedihkan yerin?"

Yerin mengangkat kepalanya, melihat sinb yang tengah berdiri dibalkon kamar menghadap kearah bulan yang sedang memancarkan sinarnya membelakangi yerin.

Yerin berjalan dari belakang sinb, memeluk sinb sebisa mungkin meskipun tubuh mereka tak bisa saling bersentuhan.

Yerin meneteskan air matanya saat berusaha memeluk sinb yang membuat sinb merasakan basah dibelakang punggungnya, sontak membuat sinb membalikan badannya.

"yerin?" panggil sinb sambil mencari keberadaan yerin disekitarnya.

"itu kau? Benarkan?

"hiks..."

"uljima..."

Yerin menangis sambil berusaha memeluk sinb berulang kali dengan hasil yang sama.

-

-

-

Sia-sia..

Sinb tak kan bisa lagi melihat yerin.

Sinb lelah berusaha menerka-nerka keberadaan yerin didalam kamar itu.

Siapa juga yang mengetahui yerin benar-benar berada didalam kamar itu.

-

-

-

Sinb selalu tertidur mengadap balkon yang pintunya tak pernah ia tutup, harapannya selalu sama, seseorang yang ia rindukan dan masih ia cintai akan datang dengan tidak sopannya melompat melewati balkon itu.

Sinb tersenyum tipis mengingat hal konyol itu sebelum memejamkan matanya.

"jangan buat aku menangis, bahkan untuk sekali. Jangan tinggalkan aku" ucap sinb dalam keheningan malam, angin berhembuslah satu-satunya yang merespon segala ucapan sinb malam ini.

Yerin disana, mendengar dan merespon setiap kalimat yang dilontarkan sinb, namun responnya tak pernah benar-benar dirasakan sinb.

Rindu itu berat, apalagi bila sudah bertemu namun tak dapat merasakan keberadaan satu sama lain.

"aku akan disini sebagai pengantar tidurmu, waktuku tidak banyak, dan meskipun aku meminta waktu lagi untuk bersamamu, ini benar-benar bukan seperti menghabiskan waktu bersamamu. Aku dapat merasakan bagaimana sakitnya merindu sendiri. Maaf tak benar-benar membalas rindumu"

"gwaenchana" jawab sinb dalam tidurnya.

"kau? Bisa melihatku?"

"nee, kupikir itu hanya mimpi, tapi... kau benar-benar disini sekarang. Dan aku bisa melihatmu. Tidak perlu meminta maaf"

"hah..." sulit untuk yerin menahan air mata bahagianya kala mendengar semua kata-kata yang dilontarkan sinb.

"bagaimana kabarmu?"

"aku ingin bersamamu"

"shireo" ucap yerin dengan senyuman yang diiringi airmata.

"keunde wae?" tanya sinb.

"aku tidak ingin membuatmu semakin sulit"

"apa saja yang sudah kau lakukan tanpaku?" tanya yerin memulai perbincangan malamitu.

Tanpa sadar seseorang menangins dibalik pintu kamar sinb. Seseorang yang memang dulunya sering menangis dibalik sebuah pintu. Tangisan kali ini bukan tangisan kekecewaan atau amarah. Air mata itu keluar saat mendengar sinb mulai bercerita dalam tidurnya, seakan-akan seseoarang menuntunnya untuk menceritakan segala yang terlontar dari dalam mulut sinb.

Menyedihkan...

Hidup seseorang yang dihabiskan untuk menahan sakitnya merindu seharusnya masuk kedalam sebuah mukjizat.

-

-

Matahari mulai memancarkan sinarnya dari ufuk barat.

"sinb ya.." panggil yerin memotong cerita sinb.

"nde?"

"waktu begitu cepat berjalan, benarkan?"

"nde? Apa kau mau pergi?"

"tidak, jika aku bisa memilih tidak"

"ye-yerin..."

"kau tau? Kau sedang tertidur sekarang. Jangan berusaha membuka matamu dan tetaplah melihatku dalam tidurmu, aku akan lenyap begitu kau bangun"

"aku akan membuatmu tetap disampingku"

Yerin menggeleng pelan sambil melihat keluar jendela, melihat sudah seberapa tinggi matahari, melihat waktunya yang sudah hampir habis.

"jangan pergi hari ini. Bahkan jika matahari tenggelam dan terbit lagi, jangan..." suaranya mulai melemah "jangan pergi.. aku bahkan sudah menunggu disini untuk waktu yang tidak sebentar, gajimayo"

Yerin hanya merespon kata-kata sinb dengan menangis disamping tubuh sinb yang sedang tertidur.

"hingga saat ini aku masih kuat menahan rindu, tidak tau untuk hari esok, gajima" sinb menangis dalam tidurnya.

Yerin mulai memudar..

"YERIN AAAAAH" sinb membuka matanya dan berteriak.

*BRAKK

Pintu kamar sinb terbuka lebar, eunha membukanya karena khawatir dengan sinb.

Mereka berdua kini dapat melihat yerin yang tengah duduk disamping sinb tersenyum namun dengan air matanya yang berusaha ia bendung.

Yerin bahagia pada akhirnya orang-orang yang ia cintai dapat benar-benar melihatnya dengan kedua bola mata mereka.

"aku tidak akan membiarkanmu sendiri"

"berhenti berbicara!" pinta sinb.

"e-eonnie" eunha masih terpaku melihat sosok yerin sangat nyata duduk disamping sinb.

"nan.."

"kataku jangan.. berbicara" ucap sinb menahan emosi.

Yerin menggerakan tangannya memegang tangan sinb.

"aku sudah berusaha semalaman tapi hingga pagi datang aku masih belum bisa menyentuhmu" ucap yerin sendu.

"semakin kau berbicara semakin cepat kau menghilang. Malhajima!"

"kau dapat melihatku, aku sangat senang, gomawo. Kau tidak mencoba membuka hatimu untuk seseorang, gomawo. Kau selalu merindukanku, gomawo"

"malhajima" ucap lirih sinb.

"mulai hari ini, berusahalah merelakanku, jalanilah hidup dengan baik. Hanya ini yang aku harapkan darimu. Kau sudah membuka matamu dan melihatku. Aku tidak punya pilihan"

Jeda yerin, lalu melihat eunha.. eunha membungkuk hormat pada yerin.

"gomawo" air mata yerin menetes tepat dipunggung tangan sinb.

Yerin semakin pudar dan akhirnya... menghilang.

-

-

-

"lullaby oneureun gaji ma" ucap sinb.

-

-

-

-TAMAT-

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 26, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

An AngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang