5

2.8K 208 4
                                    

"Makanlah Audrey ..." Stuart sedang menyuapi Audrey yang sedang menatap kosong kearah lain yang membuat Stuart menghembuskan napasnya kasar, semenjak ia sadarkan diri Audrey belum makan apapun. Ia sangat khawatir apalagi Audrey sangat terpukul dengan hal itu.

"Stuart ?" Audrey mencengkram lengan Audrey

"Hmm ?"

"Itu bukan Jason kan ?" Tanya Audrey, hanya pertanyaan itu yang selalu terlontar dari mulut Audrey semenjak ia sadarkan diri. Sudah sekian kalinya Stuart meyakinkannya, tapi tetap saja Audrey terus menanyakannya.

"Itu bukan Jason, Audrey" jawab Stuart sedih

"Kau yakin ? Kita hanya salah lihat bukan ?"

"Ya... kita salah lihat"

"Benar, Jason tak mungkin melakukan itu" ujar Audrey meyakinkan dirinya sendiri "itu bukan Jason kan ?" Tanyanya kembali setelah terdiam beberapa detik

"Audrey !" Stuart mencengkram bahu Audrey "Jason tak mungkin melakukan hal itu, kau sudah mengenalnya sejak lama. Kau selalu bersamanya dibandingkan aku, Jason tak mungkin tega melakukan itu. Membunuh seekor seranggapun dia meminta maaf, apalagi... apalagi..." Stuart tak mampu melanjutkan perkataannya, Stuart juga sangat shock melihatnya.

"Tapi... tapi kenapa kau tak pernah menunjukan dimana tempat terakhirnya disemayamkan ?" Tanya Audrey

"Kita tak ingin mengingatnya lagi"

"Kenapa ?"

"Audrey, kita harus melupakannya. Kau harus tau itu, sudah... sekarang kau habiskan makanannya dan istirahatlah. Aku ada urusan dikantor" jawab Stuart berdiri dari duduknya dan berjalan meninggalkan kamar Audrey.

^^

"Bagaimana dengan keadaanku Lui ? Apa yang dikatakan dokter padamu ?" Tanya Ana yang sedang berjalan dilorong rumah sakit bersama Lui

"Kau jangan terlalu stress itu yang dikatakan dokter"

"Oh... benar, akhir-akhir ini mungkin aku terlalu stress"

"Aku dengar Audrey dirawat disini ?" Tanya Lui mengalihkan pembicaraan

"Kemarin malam dia jatuh pingsan distasiun"

"Pingsan ?"

"Ya... dokter mengatakan dia terlalu kelelahan dan shock"

"Maksudnya ?"

"Kau tau bukan pertunangan mereka sebentar lagi, mungkin Audrey sedikit stress saja"

"Benar juga, dia mungkin stress karena akan menjadi istri dari Stuart"

"Hahaha... kau ini" ujar Ana sambil memukul tangan Lui pelan "aku harus pulang" pamit Ana menunjuk pintu keluar

"Baiklah, hati-hati" jawab Lui

"Kau juga, selamat bertugas dokter" ujar Ana sambil tersenyum dan melangkah keluar.

Ana melewati pintu sebelah kiri, seseorang yang lewat melalui pintu sebelah kanan tampak tak asing bagi Ana. Ana pun menoleh kembali kebelakang, pria berkemeja putih bergaris biru tersebut tampak berjalan sedikit tak asing dimata Ana. Ana menggeleng cepat dan memilih melanjutkan langkahnya.

^^

"Permisi ?" Al berdiri didepan meja informasi dimana seorang wanita sedang berjaga dibaliknya.

"Ya... ada yang bisa saya bantu tuan ?" Tanyanya sambil menyelipkan anak rambutnya, Al sedikit risih dengan itu.

"Apa disini ada pasien bernama Deon Loudren ? Dia pasien kecelakaan lalu lintas tadi sore" jawab Al

"Oh... sebentar saya periksa dahulu" ujar wanita tersebut memeriksa komputernya, untuk memeriksa nama saja sangat berlangsung lama entah disengaja atau bukan itu membuat Al geram.

Al memutuskan mencarinya sendiri dan baru saja ia membalikan tubuhnya ia melihat Sarah dan Xavier yang keluar dari dalam lift

"Kalian !" Panggil Al. Sarah dan Xavier menoleh terkejut dan mau tak mau menghampirinya. "Apa yang kalian lakukan disini ? Kalian harusnya berpatroli !" Pertanyaan yang sedikit menusuk ketika rekan mereka dikabarkan kecelakaan dan masuk rumah sakit.

"Deon baik-baik saja, kami hanya ingin memastikan itu" jawab Sarah

"Baiklah, kalian lanjutkan pekerjaan kalian. Aku tak mau mendengar kesalahan lagi"

"Kau akan menjaganya ?" Tanya Xavier

"Apa ?" Al balik bertanya dengan nada dinginnya

"Deon, keadaannya tidak terlalu baik"

"Aku hanya datang untuk memastikan keadaannya saja, banyak suster yang merawatnya. Oh... dan juga, aku butuh informasi tentang ambulance itu darimu !" Ujar Al pada Xavier

"Apa Zero belum melaporkannya ?"

"Kau tau, aku dengannya seperti api dan es. Aku tak suka berbicara dengannya"

"Baiklah, setelah patroli aku akan keruanganmu"

"Jangan sekarang"

"Kenapa ?"

"Sudah dua hari aku belum tidur, aku ingin tidur dulu disini" jawab Al sambil berlalu. Sarah dan Xavier masih bengong ditempatnya.

"Apa dia ingin menemani Deon ?" Tanya Xavier pada Sarah

"Mungkin dia sedikit merasa bersalah padanya, aku dengar distasiun cukup kacau" jawab Sarah

"Melihat cidera Deon itu bukan pertarungan satu lawan satu"

"Benar, aku tidak menyangka"

"Apa ?"

"Al, dibalik hatinya yang dingin dan sikapnya yang kejam. Dia ternyata baik juga"

"Apa maksudmu ?"

"Aku dengar setelah Deon terkapar tak berdaya ia memusnahkan vampire yang tersisa dengan membabi buta dan sekarang.... kau lihat sendiri bukan ? Walaupun ia mempunyai harga diri yang tinggi, ia tak keberatan menjaga Deon untuk kita"

"Ya... kupikir begitu" jawab Xavier sambil mengangguk.

^^

"Sial... kenapa aku tak menanyakan dimana kamar Deon pada mereka ?" Gerutu Al tatkala pintu lift terbuka dilantai dimana Sarah dan Xavier turun.

Al hanya berjalan mengikuti nalurinya, nalurinya cukup tajam untuk mendeteksi apapun. Ia berharap saja ia tidak salah masuk kekamar seseorang yang sedang... ah... sudahlah, ini rumah sakit bukan hotel.

Al melangkahkan kakinya menuju pintu yang tertutup rapat. Kamar 405 tertempel jelas disamping pintu, tak ada nama pasien disana ? Apa ini kamar kosong ?

Al membalikan kembali tubuhnya untuk menuju kamar berikutnya, tapi entah dorongan darimana ia ingin sekali membuka kamar tersebut.

Dengan rasa penasarannya, Al membuka knop pintu dihadapannya sekarang. Kamar ini tidaklah kosong ? Ada pas bunga dengan bunga mawar putih yang sangat segar dan Al yakin baru diganti beberapa jam yang lalu, penghangat ruangan yang menyala. Al pun memasuki kamar tersebut dengan hati-hati agar seseorang yang berada didalamnya tak bangun.

Seseorang berbaring dibalik selimut merah muda tebalnya, Al berdiri disampingnya. Seorang wanita cantik yang sedang berkelana dimimpinya.

"Ah... untuk apa aku disini" pikir Al, ia pun beranjak dari tangannya. Tapi sesuatu mencengkram kemeja lengannya, Al menoleh. Wanita itu tidak tidur ? Atau dia tak sengaja mencengkram kemejanya saat tertidur ? Al berusaha melepaskan tangan wanita tersebut

"Jason..." ujarnya lemah, ia benar-benar masih tertidur. Al menatap wajah yang tampak gelisah itu.

"Apa dia sedang bermimpi ?" Gumam Al

"Jason... " nama itu disebutkan kembali dengan lirih.

Terdengar knop pintu kamar terbuka, Al tersontak kaget dan menoleh kesumber suara.

"Jason ?"

Shadow Of The Darkness (The End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang