20

1.6K 136 4
                                    

Perdi, Tedd, Thom, Stuart, Perdison maupun Jered kini sama-sama termenung ditempatnya. Mereka kini sudah berada dikediaman Tedd, tapi... tak seorang pun yang berani membuka suara. Stuart yang baru saja bergabungpun seolah enggan bertanya.

"Ini... aneh... sangat aneh... siapa dia sebenarnya ?" Jered mengambil inisiatif bertanya.

"Yang jelas dia bukan pria yang berbahaya" jawab Thom

"Aku menemukan sedikit Profile tentang pria tersebut" Stuart akhirnya membuka suara "namanya Albert, dia menghapus nama belakang keluarganya. Tapi... sudah menjadi rahasia umum jika dia adalah seorang anak kedua dari keluarga militer, ayahnya merupakan seorang jendral berbintang tiga yang ditugaskan didaerah Uzbekistan dan berkebangsaan Jerman, ibunya dan sang kakak perempuannya keduanya tinggal di Swiss. Albert adalah seorang anggota interpol termuda pada saat ia baru menginjak usia 18 tahun dan sudah bergabung dengan unit terorisme, setelah itu ia dipindahkan ketim khusus pada saat usianya menginjak 23tahun dan sampai sekarang ia sudah berhasil memimpin teamnya diberbagai negara. Tekwondo, muaitai, judo, hingga anggar. Dia memgusai semua seni bela diri dan bahkan mempunyai peringkat tinggi dibidangnya, dia juga cerdas dan memiliki IQ diatas 180" jelas Stuart seolah tentang Al sudah berada diluar kepalanya "dia bahkan bisa memberantas 8 orang vampire dengan kemampuan ia sendiri"

Thom merubah ekspresinya menjadi tegang, dia jelas bukanlah putranya yang lembut tapi jujur... hatinya sedikit mencelos ketika mendengar seberapa bahayanya pria tersebut.

"Apa ada informasi lain, maksudku tentang rahasianya ?" Tanya Tedd mulai penasaran

"Aku sedikit mendengar kabar butung tentangnya, dia adalah orang yang selalu bertindak tanpa memikirkan konsekuensi atau semacamnya dan itu membuat para vampire yang bertemu dengannya tak bisa membaca pikirannya. Maksudku adalah... dia melakukan apa yang ingin ia lakukan, tanpa memikirkannya dahulu. Memilih mengambil resiko dari pada menyebabkan resiko dan juga... ada kabar yang aneh... para vampire mengaku bahwa darahnya berbau sangat manis"

Bingo...

Semua orang yang ada disana mulai menunjukan ketertarikannya.

"Para vampire menyebutnya darah heroin, dia memiliki darah itu. Darah yang sangat langka yang membuat para vampire tergoda untuk mendekatinya" jelas Stuart

"Kau tau apa yang menjadi penyebab dia mempunyai darah itu ?" Tanya Perdi

"Aku tidak tahu paman, yang jelas adalah... apakah ada hal semacam itu ?"

"Dia memilikinya Stuart" jawab Tedd.

^^

"Kau tidak apa-apa ?" Tanya Zero setelah melihat Al keluar dari ruang perawatan dengan tangan yang sudah dibalut dengan kain kasa.

"Kau pikir ?" Jawab Al malas

"Aku kira kau akan sembuh dengan sendirinya ?"

"Kau sudah gila ?" Gerutu Al "apa yang lainnya sudah kembali ?"

"Ya... mereka sudah mempunyai tugas masing-masing, kekantor polisi untuk memberikan keterangan, membereskan kekacauan dan mencegah kekacauan"

"Bagus kalau begitu" Al berjalan mendahului Zero.

"Apa sebaiknya kau istirahat saja ?" Tanya Zero setelah menyesuaikan langkahnya dengan Al dan melirik luka Al, mendengar Al kehabisan darah dan mendapatkan luka 65 jahitan dilengannya. Itu bukan luka yang ringan, ia sedikit bergidik dengan kuku tajam para Vampire yang mengoyak lengan Al itu

"Tidak masalah, ini akan sembuh dengan sendirinya"

"Kau pikir kau ini vampire ?"

"Bukankah kau selalu berpikir seperti... Tunggu !!" Al melihat seseorang yang ia ingin temui, pria berjas putih yang baru saja masuk kedalam lift. Al segela mengambil arah memutar untuk ketangga darurat setelah melihat kemana arah lift tersebut.

"KAU MAU KEMANA ?!" teriak Zero seper sekian detik tapi Al sudah hilang dibalik tangga, Zero benar-benar memastikan Al itu memang manusia atau bukan ?

Ups...

Al bertemu pria berjas putih tersebut dan hampir menubruknya ketika keluar dari pintu tangga darurat, pria tersebut pun tampak terkejut.

"Oh... maafkan aku, Dr..." Al melirik jas kerja dokter muda didepannya kini.

"Lui... panggil saja saya Lui" jawabnya dengan senyum yang menghiasinya.

"Dr. Lui"

"Panggil Lui saja"

"Oh... baiklah..."

"Apa ada yang bisa saya bantu ? Atau anda sedang mencari kamar lagi ?"

"Ah... tidak... tidak... temanku sudah pulang, aku sedikit mengambil perawatan disini" Al menunjukan lukanya yang sudah diperban dengan rapih.

"Kau dirawat disini ?"

"Ya... hanya beberapa saat, aku tak terlalu menyukai rumah sakit"

"Oh... anda baru mau pulang ?"

"Ya... begitulah, oh.. ngomong-ngomong. Aku mengenali gadis yang tempo lalu aku salah masuk kamarnya, ternyata dia anak dari teman ayahku"

"Benarkah ? Kau mengenali Audrey ?"

"Tidak terlalu kenal dengannya, hanya dengan ayahnya Mr
Hitler. Kemarin aku datang keacara pertunangannya, aku lihat dia sudah baik-baik saja"

"Oh..."

"Dr. Temannya ?"

"Aku teman satu sekolah dulu"

"Oh..., tapi... aku tak melihat anda dipesta ?"

"Hahah... aku ada konseling jadi tak bisa datang kesana"

"Oh... maaf, apa tidak apa aku mengajak mengobrol anda ? Aku lihat anda sedang sibuk ?"

"Tidak masalah... ini sudah jam makan siang"

"Bagaimana kalau kita makan bersama di cafetaria dilantai bawah ?" Ajak Al

"Baiklah" Lui langsung menyetujuinya.

Jujur... Lui sangat senang karena Al orang yang mudah akrab dengannya, setidaknya dia bisa melihat sahabat lamanya disosok diri Al.

Jason...
Sahabat yang paling ia pedulikan selama ini, Lui sangat ingin sekali diberikan satu kesempatan lagi untuk bisa bertemu dengannya. Meminta maaf dan bahkan berterimakasih dan masih banyak lagi yang ingin ia katakan tapi... Jason sudah pergi untuk selamanya.

"Silahkan... saya yang teraktir" ujar Al menunjuk jenis makanan yang disediakan setelah mereka memilih tempat duduk yang nyaman.

"Hmm... " Lui berpikir dan setelah itu memesan beberapa kentang goreng dan sosis tak lupa kopi Mocca Favoritnya. Al pun memesan crap dan kopi exspreso kesukaannya, menu makan siang yang terbilang anti mainstream.

"Sepertinya... anda..."

"Panggil saja Al" Al memotong perkataan Lui "bicaralah santai denganku" tambahnya

Lui tersenyum sebelum melanjutkan kembali perkataannya "sepertinya, kau mendapatkan luka yang tidak kecil ?"

"Ya... sebuah kaca menghantam tanganku, aku kira ini adalah luka kecil tetnyata aku harus dilarikan kerumah sakit" dengan berbohongpun Al tidak ketahuan, seolah pikirannya memang sengaja dikunci dan membuat orang lain percaya saja "jika aku vampire, mungkin aku tak memerlukan rumah sakit bukan ?" Celetuk Al

Shadow Of The Darkness (The End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang